Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ide Menulis 3: Rusia dan Nasionalisme Vaksin

18 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 18 Oktober 2020   12:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: news.ru

Tiga minggu sudah perkuliahan online berlangsung. Sekarang ini waktunya mahasiswa diberi tugas menulis artikel opini. Tujuannya adalah agar mereka belajar mengutarakan pendapat dalam bentuk tulisan. 

Kebiasaan orang Indonesia lebih banyak berkegiatan secara verbal menjadikan kegiatan menulis perlu menjadi perhatian, termasuk untuk tugas perkuliahan.

Untuk memulai menulis artikel opini, saya menggunakan isu nasionalisme vaksin sebagai ide tulisan. Lalu, beberapa pertanyaan di bawah ini bisa dipakai untuk memantik informasi yang diperlukan untuk menulis artikel opini ide.

Apa kaitan antara nasionalisme dan vaksin? Apakah vaksin bisa meningkatkan nasionalisme? Atau sebaliknya, salah satu sumber dari nasionalisme adalah vaksin? Mengapa nasionalisme vaksin itu penting? Masih ada banyak pertanyaan lain yang bisa dimunculkan untuk memperoleh ide menulis.

Selain itu, ada banyak topik di dalam isu nasionalisme vaksin itu. Topik ini juga bisa dipakai sebagai ide tulisan. Misalnya, topik-topik seperti kebijakan luar negeri atau diplomasi sebuah negara, kepentingan negara besar atau perusahaan farmasi multinasional, akses vaksin, upaya-upaya multilateral, dan lain-lain.

Melalui pertanyaan dan topik-topik itu, Kita bisa mengetahui ada banyak hal tercakup di dalam isu nasionalisme vaksin. Setelah itu, satu topik bisa dipilih sebagai judul tulisan opini. 

Misalnya, topik untuk judul adalah nasionalisme Rusia dalam pengembangan vaksin 'Sputnik V'. Judul itu menunjukkan bahwa bahasan mengenai isu nasionalisme vaksin menggunakan studi kasus Rusia.

Oya, saya mengingatkan sekali lagi, tulisan ini bukan merupakan artikel opini tentang sebuah isu terkait nasionalisme vaksin di Rusia. Beberapa artikel opini tentang Rusia bisa ditengok di qureta.com. 

Namun, tulisan ini hendak memberi contoh tentang cara menulis artikel atau esai opini tentang nasionalisme vaksin yang dipraktekkan Rusia. Oleh karena itu, tulisan ini akan menguraikan: Apa saja yang perlu ditulis di bagian pendahuluan, isi, dan kesimpulan dari sebuah esai opini sepanjang 600-700 kata.

Pendahuluan
Dalam sebuah artikel opini, bagian pendahuluan bisa terdiri dari 1-3 alinea pendek. Satu alinea pendek memiliki 1-3 kalimat saja. 

Dengan ruang yang kecil itu, bagian pendahuluan ini harus mampu menjelaskan sisi menarik atau arti penting dari kebijakan Rusia dalam nasionalisme vaksin. Misalnya, kebijakan itu ditempuh sebagai bagian dari respon Presiden Vladimir Putin atas perkembangan eksternal, yaitu ketidakjelasan otoritas kesehatan global ---yaitu World Health Organization (WHO)--- dalam pengembangan vaksin. Atau lebih disebabkan sebagai respon pemerintahan Putin terhadap dinamika politik domestik. Jadi, ada dua faktor penentu yang bisa dipilih untuk menjelaskan kebijakan Putin. 

Bagian Isi
Dengan pokok bahasan ini, nasionalisme vaksin yang ditempuh Rusia akan menggunakan pendekatan realisme dalam politik luar negeri. Pada pendekatan ini, sistem internasional dianggap bersifat anarkis.

Menurut pendekatan ini, negara berperan dominan dan menjadi satu-satunya aktor dalam hubungan internasional. Akibatnya, perilaku negara sangat ditentukan oleh kepentingan nasionalnya, misalnya perlindungan warganegara. 

Pengetahuan tentang pendekatan realisme itu penting diketahui dan perlu dipahami. Ketika menulis opini, pendekatan itu perlu ditulis singkat dengan bahasa populer di alinea awal di bagian isi. 

Alinea selanjutnya bisa menguraikan kenyataan mengenai anarki internasional pada saat pandemi. Anarki ini, misalnya, dapat dilihat pada kecenderungan beberapa negara berlomba-lomba menemukan vaksin Covid-19. Tidak adanya kejelasan bahwa otoritas kesehatan multilateral (WHO) memiliki kemampuan mengembangkan vaksin Covid-19. Akibatnya, berbagai negara berlomba-lomba menemukan vaksin itu, termasuk Rusia. Ujung dari kompetisi itu adalah nasionalisme vaksin. 

Data mengenai nasionalisme vaksin yang juga dilakukan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jepang, dan beberapa negara anggota UE, juga bisa ditambahkan di bagian ini.  Melalui data tersebut, artikel opini ini juga menjelaskan bahwa nasionalisme ekonomi juga diterapkan oleh negara-negara lain.

Kesimpulan
Pada bagian akhir, yaitu kesimpulan, satu alinea dengan 2 kalimat pendek cukup untuk menutup artikel opini. Sesuai namanya, bagian ini menegaskan lagi arti penting dari argumen mengenai nasionalisme vaksin dalam kebijakan luar negeri Rusia.

Uraian di atas hanya satu contoh dari banyak kemungkinan analisa atas isu nasionalisme vaksin di Rusia. Kalimat ini untuk menjawab pertanyaan: apakah isu yang sama ini bisa dianalisis dengan cara lain dan menghasilkan  artikel opini lain yang berbeda? 

Tentu saja bisa. Dari sisi pendekatan yang arus utama (mainstream) masih ada dua, yaitu liberalisme dan konstruktivisme. Di masing-masing dari ketiga pendekatan itu memiliki varian-varian lain. Belum lagi jika ditinjau dari pendekatan non-mainstream dan lain-lain. 

Ada keluasan pengetahuan. Ada banyak analisa atas sebuah fenomena. Yang penting adalah argumen perlu didukung data, sehingga tidak terjerembab ke dalam asumsi semata.

Baiklah, saya sudahi tulisan ini. Hitungan kata di tulisan ini sudah menunjukkan lebih dari 600 kata. Setelah editing, saya tayangkan tulisan ini di Kompasiana nanti siang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun