Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memilih Menulis dari Godaan Podcast dan YouTube

16 Oktober 2020   16:25 Diperbarui: 17 Oktober 2020   08:20 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, manfaat ekonomi menjadi salah satu pertimbangan memakai sebuah aplikasi. Istilahnya kemampuan monetisasi dari penggunaan aplikasi itu. YouTube tampaknya yang paling berhasil dalam monetisasi ketimbang yang lain. Akibatnya, pengguna Youtube lebih banyak ketimbang yang lain. Bahkan pengguna youtube yang dikenal dengan nama youtuber telah menjadi profesi atau pekerjaan populer. Youtuber populer bisa menghasilkan pendapatan jauh lebih dari cukup.

Prinsip kedua, semua aplikasi tetap ada dengan pengguna masing-masing. Di sini, pengguna menjadi faktor penting untuk menentukan popularitas aplikasi. 

Dari aspek kepercayaan diri (pede), misalnya, orang lebih memilih menulis karena kurang pede untuk menampilkan suara di Podcast atau wajah di YouTube. Walau kecenderungan ini tidak untuk mengatakan bahwa pengguna Youtube itu adalah orang-orang yang percaya diri...hehehe. Bukan pula menjelaskan bahwa penulis adalah orang yang tidak percaya diri.

Pada prinsip kedua ini, pemilihan aplikasi itu lebih pada pertimbangan: sejauh mana orang menemukan aplikasi yang lebih memudahkan aktivitasnya sesuai dengan minat user. Bisa saja seorang penulis mencoba kemungkinan menggunakan Podcast karena lebih nyaman daripada memakai Youtube. Memakai Youtube dianggap lebih ribet karena harus mempersiapkan penampilan wajah.

Meski demikian, banyak juga pengguna youtube tidak terlalu repot dengan penampilan. Beberapa waktu yang lalu, seseorang tampil di YouTube tanpa bicara dan bergerak alias diam saja selama 1 jam ternyata mendapatkan viewer cukup banyak. Video orang diam itu paling tidak menjadi populer atau viral, tanpa repot merias wajah dan tanpa harus percaya diri.

Dari kedua prinsip itu, aplikasi pendukung pada ketiga aktivitas itu tampaknya tidak terlalu bersaing. Mereka berada di tempat masing-masing secara berdampingan. Memang tidak ada jaminan bahwa penulis hanya akan menulis saja tanpa keinginan untuk bermain audio di podcast atau tampil full-body di Youtube.

Akhir-akhir ini ada kecenderungan podcaster tampil di YouTube. Beberapa host di tv swasta menggunakan perangkat seperti penyiar radio yang lengkap dengan ruang studio-nya tampil di YouTube. Di sini, host itu melakukan aktivitas podcast, namun memanfaatkan fungsi YouTube. Akibatnya, dia tampil atau berperilaku sebagai seorang podcaster yang sedang bicara dengan tamu-nya menggunakan fungsi yang dimiliki YouTube.

Apakah ini salah atau dilarang? Tidak. Bukan itu maksud saya. Saya hanya menyajikan ada perkembangan fakta yang berbeda dari kebiasaan umum antara menggunakan Podcast dan YouTube. 

Ini adalah sebagian dari hasil pengamatan saya saja. Toh, praktek itu tidak dilarang oleh aplikasi yang bersangkutan. Justru sebaliknya, pemilik aplikasi seharusnya gembira dengan perkembangan itu. Pengguna pun kemungkinan baru saja menyadari kemungkinan menggabungkan fungsi dari kedua aplikasi itu.

Semua medium yang ada di aplikasi itu memberikan pilihan fungsi yang nyaman bagi kita sebagai user. Tingkat kenyamanan atau user friendly tentu saja berbeda di antara para pengguna. Sepanjang aplikasi itu mau menawarkan fungsi yang paling friendly kepada user, maka aplikasi itu akan direspon user dengan baik.

Dalam alur pikir yang seperti itu pula, saya lebih memilih menulis dengan aplikasi yang saya anggap nyaman ketimbang menggunakan Podcast atau YouTube. Memang fungsinya berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun