Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tentang Membaca Digital

12 Oktober 2020   16:41 Diperbarui: 12 Oktober 2020   16:47 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dari tulisan saya sebelumnya, tulisan ini membahas membaca sebagai salah satu kegiatan penting untuk menulis. Kegiatan ini mau tidak mau menjadi semacam syarat ketika menulis adalah sebuah kegiatan yang direncanakan, bukan yang spontan dan bukan pula proses yang mengalir begitu saja.

Dengan sebuah perencanaan, menulis memerlukan argumen dan data atau informasi pendukung argumen itu yang biasanya diperoleh dengan membaca.

Masalahnya adalah era digital ditambah work from home sekarang ini ternyata telah secara tidak sadar mengubah kegiatan yang selama ini kita kenal sebagai membaca.

Semangat jaman telah mengubah pengertian membaca, cara orang membaca, dan materi atau bahan bacaan. Kenyataan bahwa kita dipaksa beradaptasi dengan pandemi Covid-19 telah menyebabkan kita semakin diarahkan kepada kegiatan membaca yang tidak terduga sebelumnya, yaitu membaca digital.

Semakin sedikit orang menjual koran atau majalah cetakan sekarang ini, ketika akses berita tersedia di berbagai media online (dalam bentuk e-paper, e-magazine, dll.).

Sebaliknya, kebanyakan orang tidak lagi membeli atau berlangganan media cetak, ketika versi online-nya ternyata berharga lebih murah, atau bahkan bisa didapatkan secara gratis lewat 'jaringan' tertentu.

Makna yang berubah
Pertama, membaca dalam pengertian sebenarnya atau harfiah adalah kegiatan memberi arti terhadap sekumpulan huruf, kata, dan kalimat. Itu adalah pengertian awal dari kegiatan keseharian yang disebut sebagai membaca.

Kita biasanya melakukannya tanpa gadget atau alat elektronik. Kita membaca secara langsung berbagai bacaan non-digital itu menjadi pengertian dasar dari kegiatan itu.

Sementara itu, perubahan mendasar berlangsung ketika segala aspek kehidupan mengalami proses internet-isasi atau internet of things (IoT). Kehidupan manusia pun mengalami perluasan. Manusia tidak hanya hidup di dunia nyata, namun juga di dunia maya atau siber (cyberspace). Manusia memiliki dua dunia yang harus dihidupi dan dikunjungi.

Kenyataan itu menunjukkan ada perkembangan baru pada makna kegiatan membaca. Pada perkembangan kedua ini, membaca dilakukan dengan menggunakan sebuah alat bernama hape dan alat-alat elektronik lainnya dan harus selalu terkoneksi internet sebagai syarat utamanya. Tanpa internet, mustahil kita terhubung dengan dunia digital itu.

Demikian pula dengan materi atau bahan bacaan, atau obyek dari kegiatan membaca juga bermigrasi ke dunia digital. Ada proses digitalisasi terhadap hampir semua materi bacaan, sehingga memaksa perpustakaan mencari cara kreatif untuk bertahan beriringan dengan dunia digital (e-library).

Ada bentuk fisik dari bahan bacaan yang kita baca. Bentuk fisik itu yang kita tidak temukan atau alami lagi ketika digitalisasi berbagai aspek kehidupan berkembang pesat pada saat ini, termasuk membaca.

Digitalisasi membaca dan menulis
Lalu, apa hubungan membaca digital dengan menulis? Bukankah digitalisasi membaca membuat menulis menjadi semakin (di)mudah(kan)?

Betul, konsekuensi dari perkembangan arti membaca di dunia digital itu adalah kemudahan untuk menulis. Tetapi, kemudahan itu juga memiliki risiko. Ada kemudahan atau manfaat dan, sekaligus, resiko dari munculnya kegiatan membaca digital itu yang berbeda dengan membaca non-digital.

Salah satu manfaat dari perkembangan ini adalah bacaan tersedia berlimpah tanpa harus ke berbagai tempat bacaan itu berada secara fisik. Hanya memakai hape, berbagai macam bacaan digital (e-book) bisa diperoleh dengan mudah. Selama waktu hape terhubung dengan akses internet, selama itu pula membaca digital bisa dilakukan.

Proses menggunakan data atau informasi digital juga dipermudah dengan kecanggihan aplikasi membaca atau menulis yang tersedia. Semua aplikasi memaksimalkan penggunaannya secara user friendly. Copy-paste menjalankan fungsi itu, walau tentu saja ada efek negatifnya.

Apa yang bisa dilakukan terhadap resiko atau aspek negatif dari membaca digital itu?

Pertama, yang bisa kita lakukan bukanlah menghilangkan, tetapi lebih fokus pada meminimalkan resiko. Menghilangkan aspek negatif dari membaca tidak mungkin dilakukan karena aspek negatif dan positif selalu ada di kehidupan nyata dan digital.

Kedua, meningkatkan manfaat dari membaca digital. Fokus pada peningkatan manfaat akan mendorong pengguna memaksimalkan pemakaiannya. Jika masih ada kelemahan, pihak lain akan menciptakan aplikasi baru dengan fungsi lebih lengkap ketimbang aplikasi lama.

Dengan bacaan digital yang hampir semuanya tersedia melalui hape, maka kegiatan menulis pun semakin dimudahkan. Menulis pun berlangsung secara digital, tanpa balpoin dan kertas. Semua proses dan kegiatan membaca-menulis digital terjadi aplikasi di hape.

Pengalaman saya (dan tentu saja sebagian Kompasianer) ketika menulis untuk Kompasiana, misalnya, semua proses itu terjadi di dalam blog Kompasiana secara langsung dengan memakai hape. Saya tidak memerlukan aplikasi membaca dan menulis secara khusus. 

Begitulah kegiatan membaca digital berkembang pesat mempengaruhi perilaku membaca dan menulis kita pada jaman Covid-19 sekarang ini. Dengan membaca digital seperti itu, menulis pun berlangsung secara digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun