Sementara itu, komunitas grup wa atau telegram yang dibentuk karena persamaan minat (fan klub sepak bola, motor, atau mobil tertentu, dan lain-lain) akan bertahan lebih lama. Di sini ada kecenderungan yang hampir sama dengan komunitas serupa yang muncul sebelum pandemi Covid-19. Selama grup wa/telegram itu masih bisa memberikan manfaat, baik material/non-material maupun ekonomi/non-ekonomi, maka grup itu mampu bertahan makin lama.Â
Ketika komunitas itu dibatasi kepada yang dibentuk sejak Covid-19 menyebar di awal Maret 2020, ada beberapa perbedaan dengan yang sudah ada sebelum Covid-19. Perbedaan pertama adalah proses pembentukannya tidak mengalami pertemuan fisik. Menarik melihat grup semacam ini. Hanya karena ikut di webinar, lalu ditawari ikut grupnya, lalu bubar begitu saja ketika sertifikat sudah diterima. Tidak ada keinginan lebih jauh untuk berjejaring dan bekerjasama di antara anggota. Padahal anggota grup webinar itu memiliki spesialisasi pendidikan khusus dan minat yang sama, minimal sama dengan tema webinar.
Kedua, proses kelangsungan komunitas berjalan secara online. Pada komunitas ini, diskusi antar-anggota pada awalnya hanya lewat WhatsApp atau Telegram, tanpa pertemuan langsung dan fisik. Ketika ada aplikasi zoom, pertemuan dan kegiatan diskusi antar-anggota melalui video conference dengan aplikasi itu. Perkembangan lainnya adalah penggunaan Instagram dan aplikasi-aplikasi lain untuk fungsi-fungsi serupa demi variasi kegiatan dan tujuan lainnya.Â
Yang juga menarik adalah semua itu berjalan lancar tanpa disadari, walaupun tanpa pertemuan fisik. Keterbatasan fisik akibat protokol kesehatan tampaknya tidak mengurangi kenyamanan berkomunitas melalui hape saja. Berkomunitas tidak perlu lagi ke luar rumah, harus ke kafe, atau mall. Berkomunitas cukup lewat hape. Setiap kali orang memegang hape, ada kemungkinan orang itu menjawab atau menulis pesan di grup atau komunitas WhatsApp atau Telegram.
Jika sebelumnya hape menjauhkan orang-orang dekat, bisakah kita mengatakan hape ternyata juga membangun komunitasnya sendiri, terutama selama pandemi Covid-19 ini? Komunitas apa? Komunitas digital!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H