Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siasat Menulis Buat Mahasiswa

1 Oktober 2020   16:08 Diperbarui: 1 Oktober 2020   16:27 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu soft skill yang harus dimiliki mahasiswa adalah menulis. Dibandingkan lainnya (seperti membaca, mendengarkan, dan berbicara), kemampuan menulis tampaknya agak lebih penting, setidaknya selama masa kuliah. Ini karena evaluasi belajar mahasiswa di ujian tengah (UTS) dan akhir semester (UAS) lebih banyak dilakukan dalam bentuk tertulis. Yang paling penting adalah mahasiswa harus membuat skripsi sebagai syarat lulus kuliah, mulai S1 hingga S3.

Masa pandemi Covid-19 ini juga tampaknya menempatkan kegiatan menulis lebih banyak diandalkan. Normal baru menyebabkan cara belajar tatap muka berubah menjadi tatap layar dengan segala konsekuensinya. Salah sat akibatnya adalah dosen atau pengajar perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian agar kegiatan perkuliahan tetap berlangsung tetap lancar dan tidak merugikan mahasiswa.

Sebelum lanjut membahas soal menulis itu, pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara online tidak dipungkiri telah menguak persoalah struktural. Persoalan ini berada di luar dosen dan mahasiswa, sehingga menjadi kendala tersendiri. Masalah struktural itu meliputi, antara lain, koneksi internet lambat dan listrik 'byar-pet'. 

Presentasi tugas kelompok, misalnya, tidak bisa lagi diadakan secara leluasa seperti di kelas tatap muka. Kalaupun tetap diadakan, presentasi kelompok memerlukan penyesuaian juga, misalnya soal lamanya waktu presentasi kelompok.

Dalam konteks itulah, kegiatan menulis menjadi salah satu solusinya. Ada banyak bentuk tulisan yang mahasiswa harus kuasai selama menjalani perkuliahan. Salah satu di antaranya adalah menulis esai atau artikel opini. 

Mengapa esai opini penting? Salah satu sebabnya adalah tulisan opini akan menunjukkan kemampuan berpendapat atau beragumen dan menjelaskannya dalam bentuk tulisan. Melalui opini, mahasiswa dapat menguraikan pikirannya yang berbeda dengan yang lain. Tidak masalah apakah tulisan itu berbentuk deskriptif atau argumentatif.

Tulisan opini sebanyak 2-3 halaman kertas kuarto A4. Ini bukan paper (akademik) yang biasanya antara 10-15 halaman. Contoh-contoh dari esai/artikel opini itu biasanya adalah tulisan-tulisan opini yang dimuat di berbagai koran/harian, misalnya Kompas, Republika, Media Indonesia, Seputar Indonesia, dan seterusnya. Dengan hanya 2-3 halaman saja, mahasiswa juga harus menggunakan kalimat-kalimat yang efektif untuk menjelaskan analisisnya mengenai sebuah isu. Melalui artikel opini, mahasiswa diminta memilih sudut pandang baru dari isu yang masih hangat menjadi perdebatan.

Zaman internet telah menyediakan limpahan sumber pengetahuan, termasuk soal menulis opini. Banyak dosen juga menggunakan internet (media sosial) untuk menyebarkan pengetahuannya melalui berbagai aplikasi. Rujukan juga bisa dicari di berbagai portal opini online, seperti geotimes, qureta, mojok, kumparan, detik, kompas, dan seterusnya.

Bagi mahasiswa, contoh tulisan opini menjadi sangat penting untuk mengetahui isi dari sebuah tulisan opini. Mahasiswa perlu memahami bagian-bagian dari tulisan opini, misalnya pendahuluan, isi, dan penutup atau kesimpulan; perlu tidaknya daftar pustaka atau rujukan data tulisan; penulisan argumen dan dukungan data, gaya bahasa, dan ejaan bahasa Indonesia yang benar. 

Beberapa tulisan opini saya juga saya pakai sebagai contoh. Misalnya opini di portal geotimes, qureta, kumparan, dan detik. Lalu, saya juga tentu saja memberikan tulisan saya di blog Kompasiana ini untuk beberapa cara menulis.

Ini semua hanya menuliskan siasat atau cara menulis buat mahasiswa. Siasat ini bisa juga dipakai oleh non-mahasiswa. Memang ketrampilan menulis ini bersifat saling melengkapi dengan ketrampilan lainnya. Kegiatan perkuliahan menjadi praktek dari semua keterampilan itu. Menulis menjadi salah satu kelemahan dari banyak mahasiswa, khususnya menulis opini.

Bersiasat saja hanya akan berhenti pada memikirkan caranya menulis saja. Sekarang adalah waktunya untuk praktek menulis opini itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun