Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jika Menunggu Itu (Tidak) Menyenangkan, Maka Menulislah!

29 September 2020   17:16 Diperbarui: 30 September 2020   02:39 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu kegiatan yang biasanya dilakukan adalah menunggu. Kegiatan ini sering menjadi domain laki-laki, seperti di gambar atas. Oya gambar di atas tidak terjadi pada 2020 ini, namun tiga tahun lalu. 

Mereka sedang menunggu istri atau pasangan mereka yang sedang berbelanja sebelum virus Corona menyebar sejak Maret 2020 ini. Pada situasi lain, kegiatan menunggu juga mungkin terjadi ketika mengantar anak atau berada di tempat lain. Tidak harus menunggu ketika pasangan berbelanja.

Ada banyak alasan tentu saja yang menyebabkan orang harus atau terpaksa menunggu. Agaknya jarang ya ada kegiatan menunggu berlangsung begitu saja. Menunggu adalah akibat dari kegiatan lain, bukan sebab.

Pada saat menunggu inilah berlangsung suasana emosional yang bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sebuah proses yang tipis sekali dan, bahkan, kabur batas-batas teritorialnya antara enak dan tidak enak itu. 

Di sini, saya memilih suasana yang menyenangkan saja. Suasana ini akan mendorong proses menulis ini masih bisa berlanjut sampai jumlah kata mencapai angka setidaknya 600an kata dan menjadi tulisan seperti ini...hehehehe...

Bagi saya, salah satu kegiatan yang bisa dilakukan ketika menunggu itu adalah menulis. Tentu saja dengan catatan bahwa kegiatan menunggu berlangsung secara menyenangkan maka menulis bisa dilakukan dengan lebih baik. 

Itu harapannya. Ini pun bukan berarti bahwa ketika menunggu itu tidak menyenangkan bagi beberapa orang, lalu kegiatan menulis tidak bisa dilakukan. 

Dalam pengalaman saya, ketika menunggu itu menyenangkan, maka menulis bisa dilakukan secara menyenangkan dengan hasil yang menyenangkan juga.

Pertanyaanya: mengapa ketika menunggu itu sebaiknya menulis?

Konteks atau situasi pandemi Covid-19 ini menjadi alasan utama mengapa ketika menunggu itu perlu menulis. Situasi pandemi dengan protokol kesehatan ---khususnya memakai masker dan menjaga jarak--- untuk mencegah penyebaran Covid-19 menjadi alasan utamanya. 

Dengan protokol itu, kegiatan menunggu seperti di gambar di atas sudah tidak bisa dilakukan secara leluasa. 

Saya dengar penerapan protokol kesehatan tidak terlalu ketat, sehingga gambaran menunggu seperti di gambar itu masih terjadi. Ini tentu saja perkecualian yang tidak perlu dijadikan contoh. 

Kembali ke situasi sekarang ini, menulis menjadi kegiatan solutip ala bu Tejo, ketika harus menunggu dalam situasi pandemi ini. Demi menjalankan protokol kesehatan dan saling menjaga kesehatan dengan sesama 'penunggu', kegiatan menulis perlu dilakukan.

Dengan menulis, maka orang melakukan adaptasi atas normal baru. Normal baru itu adalah kembali menjalankan kegiatan sehari-hari, namun terbatas. 

Terbatas ini terkait dengan pelaksanaan kegiatan itu secara fisik dan secara individual/sendiri. Kegiatan bersama atau sosial, misalnya di kantor, harus menjalankan protokol kesehatan terkait luas ruangan dan jumlah peserta dan sebagainya. 

Dalam situasi terbatas fisik dan sifat individual itu, menulis adalah solusi terbaik. Saya tidak akan menjelaskan mengapa menulis itu solusi terbaik. Jawabannya terlalu melimpah. 

Namun demikian, ada satu alasan yang saya anggap jawaban terpenting, yaitu menulis itu mendorong kita produktif dan menghasilkan sesuatu yang kongkrit.

Produktif dalam pengertian ketika menunggu di era pandemi ini terkena protokol kesehatan, maka kita menjadi lebih individual. Daripada diam saja dan bengong seperti beberapa orang di gambar di atas, maka menulis menjadikan kegiatan menunggu itu menghasilkan. 

Penunggu menjadi produktif. Produktif bahkan secara kongkrit. Secara nyata. Ada tangile product dari kegiatan menunggu. Menunggu tidak lagi sia-sia. 

Kegiatan menunggu akan menjadi lebih menyenangkan ketika tulisan yang dihasilkan itu dimuat di blog Kompasiana. Penunggu bisa berbagi dengan orang lain mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan menunggu yang sedang dilakukannya.

Bayangkan, jika kegiatan menunggu terjadi sekali seminggu ketika mengantar istri berbelanja mingguan,  maka setiap minggu akan lahir sebuah tulisan. Tidak masalah dengan bentuk dan kualitas hasil dari menulis itu. Yang penting, menulis saja ketika menunggu. 

Kebetulan saja, saya melakukan kegiatan menunggu itu ketika istri berbelanja dan mengantar anak-anak saya. Ini sekedar cara untuk mengisi waktu secara produktif pada saat harus menunggu. 

Dengan membaca tulisan ini, saya berharap menunggu itu bisa menyenangkan ---daripada sebaliknya--- sehingga bisa menulis dengan nyaman dan menyenangkan juga. 

Produk tulisan pun juga menyenangkan. Terima kasih untuk anda yang sedang membaca tulisan ini sambil menunggu. Semoga ada tulisan yang dihasilkan. Salam sehat dari Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun