Mumpung pernah menulis soal yang berkaitan dengan YouTuber, saya teruskan saja menulis soal YouTube. Pertanyaan praktisnya: bagaimana mendapatkan ide menulis dari menonton YouTube?
Popularitas YouTube sudah diakui masyarakat dunia. Bahkan orang menggunakan YouTube sebagai profesi baru dan tempat mencari uang. Dengan mengunggah video menarik, orang berharap mendapatkan view sebanyak-banyaknya. Istilah populernya 'monetisasi'. Lalu, jumlah viewer itu bisa dimonetisasi dengan sejumlah uang tertentu. Suatu kali saya kebetulan menonton salah satu video grup K-Pop BTS di YouTube dengan jumlah viewer satu milyar!
Bagi orang-orang tertentu, YouTube bahkan sudah menggantikan televisi. Walaupun ada televisi di rumah, posisi Youtube lebih dekat di hati. Biasanya diperlukan kegiatan fisik untuk bisa menikmati televisi. Ketimbang turun dari tempat tidur lalu berjalan ke ruang tengah untuk menghidupkan televisi, orang lebih mudah meraih hp-nya yang berada di dekatnya lalu meng-klik aplikasi YouTube itu.Â
Saya menganggap perlu menuliskan hal ini karena ada kenyataan menarik mengenai cara banyak orang memperlakukan YouTube. Seperti di media sosial lain (Facebook, Twitter, Instagram, dan LinkedIn), banyak orang memiliki kebiasaan 'berjalan-jalan' membaca status orang lain, tanpa ada kejelasan.Â
Kerjaannya hanya scroll up dan scroll down saja di media sosial itu tanpa ujung. Hanya kuota internet habis yang bisa menghentikannya. Kegiatan jalan-jalan online membaca status orang itu kadang-kadang memakan waktu satu hingga dua jam tanpa disadari. Kalau tidak salah, orang Indonesia memiliki kebiasaan mengakses internet sekitar tiga jam-an setiap hari dan separuhnya mungkin dipakai untuk jalan-jalan online tadi.Â
Saya menawarkan cara yang biasanya saya lakukan sejak work from home (WFH) dimulai di pertengahan Maret yang lalu. Tujuannya tidak sekedar mendapatkan pengetahuan dari video-video tertentu di YouTube, tetapi lebih daripada itu. Saya menonton YouTube untuk mendapatkan ide menulis. Jadi, ada dua manfaat sekaligus saya peroleh. Pertama adalah pengetahuan dan kedua adalah tulisan yang anda baca ini.
1. YouTube adalah Obyek
Pertama, kita harus menempatkan YouTube sebagai obyek; dan  kita yang menjadi subyek untuk mencari ide untuk menulis. Harap diingat bahwa tujuan menonton YouTube tidak sekedar menonton dan mendapat pengetahuan. Ada tujuan lebih penting, yaitu mendapatkan ide untuk menulis.Â
Hubungan antara subyek dan obyek ini perlu ditekankan di sini mengingat ada kecenderungan kita secara tanpa sadar selama ini telah menjadi obyek dari YouTube. Kita sekedar menonton YouTube tanpa ada tujuan. Begitu memegang hp, langsung membuka YouTube, lalu cek dan menonton yang sedang viral atau ramai menjadi perhatian. Jadi, kita yang memegang kendali atau kontrol dalam menentukan video apa yang mau ditonton dalam sebuah kurun waktu tertentu.
2. Tentukan nonton apa
Sebelum meng-klik aplikasi YouTube, kita harus menentukan dahulu: video apa yang akan ditonton? Ada banyak isu atau topik tersedia di 'gudang' video online bernama YouTube itu. Misalnya soal musik, makanan, pariwisata, kota-kota, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
Saya misalnya pada masa tertentu menonton YouTube tentang kopi Indonesia selama 1-2 jam dalam 2-3 hari. Banyak hal bisa ditonton dari isu kopi ini, mulai dari perkebunan kopi arabika dan robusta di Indonesia, cara membuat minuman kopi (capucino, latte, V60, kopi Vietnam) hingga webinar tentang diplomasi kopi yang diadakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow di akhir Agustus 2020.
Dengan cara ini, kita menjadi lebih fokus dalam memilih video di YouTube. Fokus ini penting terkait dengan informasi apa saja yang akan kita peroleh. Istilahnya sekarang adalah you get what you view. Harapan akhir tentu saja adalah mendapatkan ide tentang kopi, misalnya, untuk menulis. Saya sendiri mendapatkan ide yang lebih spesifik (berkaitan dengan pekerjaan saya), yaitu menulis tentang diplomasi kopi Indonesia ke Rusia.