Terus-terang, saya harus mengatakan bahwa ide menulis ini berasal dari tulisan Bapak I Ketut Suweca. Tulisan beliau lah yang membawa saya meng-klik Topik Pilihan Kompasiana. Trimakasih banyak atas ide ini, Pak. Semoga berkenan.
Baiklah. Mari saya mulai.
YouTuber sudah menjadi salah satu pilihan menarik dari banyak cita-cita anak sekarang. Sebuah profesi masa depan. Pakar strategic management semacam Rhenald Kasali atau AB. Susanto menyebutnya sebagai Future profession yang menantang dan prospektif, bukan present apalagi past profession.
Buat orang tua (ortu), dengan 'materi' pendidikan 20 tahun yang lalu di Indonesia, mempunyai anak dengan cita-cita itu tentu saja sangat tidak terduga, jika bukan sesuatu yang menantang. Menantang pikiran dan emosi tentang sesuatu yang tidak atau belum ada di jaman ortu itu seumuran anaknya sekarang. Lalu apa jawaban atau respon orang tua, kalau anaknya mau jadi YouTuber?
Ada banyak pilihan jawaban untuk pertanyaan itu. Pilihan-pilihan ini bisa menunjukkan karakteristik ortu seperti apa yang ada pada anda.
Namun demikian, saya harus menyampaikan kepada anda satu hal paling penting dari pilihan dan karakter ortu ini: apa pun pilihan anda itu tidak untuk mengatakan, mencap, menstigma, apalagi menghakimi, bahwa anda adalah ortu baik atau tidak baik. BUKAN!!!
Saya juga bukan seorang psikolog. Yang saya punya sebagai dasar untuk menulis ini adalah pengalaman sebagai ortu saja.Â
Ada tiga pilihan jawaban yang bisa dipertimbangkan di sini.
1. Satu boleh, yang lain tidak
Pilihan pertama. Selalu ada dua sisi dari sesuatu, baik itu dalam bentuk fakta maupun masih berupa ide atau gagasan. Ini tentu saja juga berlaku untuk keinginan anak menjadi YouTuber. Selalu ada baik dan buruk, yang positif dan negatif, ada yang boleh dan yang tidak boleh, setuju dan tidak setuju.
Keduanya bisa saling menafikan, saling menghilangkan, sehingga hanya satu sisi saja yang tetap ada dan bertahan. Bisa yang positif saja yang tetap dipakai, lalu yang negatif dibuang atau dihilangkan, dan seterusnya.
Jadi ada dimensi positif dan negatif bagi seseorang ---termasuk anak--- untuk menjadi YouTuber. Persetujuan ortu hanya melihat pada sisi positif atau manfaatnya saja. Pilihan ini bisa saja diambil ortu, tanpa mempertimbangkan resiko negatifnya.