Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengajak Mahasiswa Asing Menulis

22 September 2020   02:30 Diperbarui: 22 September 2020   02:53 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pengalaman menarik bisa mengajak mahasiswa asing menulis tentang Indonesia. Tujuannya adalah memberikan sarana bagi mereka untuk menyampaikan pandangan mengenai berbagai hal yang mereka alami atau rasakan selama berada di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

Mereka bisa menuliskannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Dalam tiga tahun terakhir hingga 2019, salah satu kegiatan dari tiga bulan program pendampingan bagi mahasiswa asing itu adalah menulis.

Dari total 70an mahasiswa asing atau orang muda dari luar negeri yang menjadi peserta sebuah program beasiswa yang diberikan sebuah kementerian, saya menjadi salah satu pendamping bagi 10-12 orang muda itu.

Informasi mengenai kegiatan menulis sudah disampaikan sejak minggu pertama. Ada informasi mengenai pilihan topik tulisan, kewajiban menulis lima esai pendek untuk setiap peserta (dengan 12 peserta maka ada 60 esai pendek yang bisa dikumpulkan dan dicetak menjadi sebuah buku), jadwal pengumpulan tiap esai, tahap editing, dan lain-lain.

Tema atau topik tulisan berkisar pada pengalaman mereka mengikuti berbagai  kegiatan di Yogyakarta. Ini sangat berkaitan dengan ide tulisan, yaitu bagaimana mendapatkan ide untuk menulis.

Orang asing ternyata memiliki persoalan yang sama dalam menulis, yaitu menemukan ide menulis. Padahal dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, mereka seharusnya memiliki sumber ide yang lebih banyak dan variatif.

Artinya mereka biasanya lebih mudah memperoleh ide untuk menulis. Namun demikian, soal menuliskan ide itu ternyata bisa juga menjadi masalah tersendiri bagi orang asing.

Soal mencari ide tulisan itu, tim pendamping biasanya mengajak mereka berdiskusi di kelas dan di luar kelas. Kegiatan sehari-hari bisa menjadi ide bagus untuk menulis.

Kenyataan bahwa masing-masing dari mereka berasal dari negara dan budaya berbeda akan memberi makna berbeda pada keseharian mereka selama tinggal dan belajar di Yogyakarta. Itu bakal menjadi sisi menarik dari tulisan-tulisan mereka.

Memang tidak semua dari peserta berasal dari negara dengan budaya yang leluasa mengekpresikan pendapat atau pikiran mereka. Walaupun tidak semua, beberapa peserta dari negara-negara di Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika memiliki kesulitan untuk menulis.

Inspirasi bagi tulisan-tulisan mereka bisa datang dari kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal pada program beasiswa ini. Selama 13 minggu berada di Yogyakarta, ke-12 peserta memiliki jadwal tetap dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore. Hampir tiap hari mereka belajar bahasa Indonesia diselingi beberapa perkuliahan mengenai studi Indonesia.

Studi Indonesia ini bisa meliputi aspek budaya, ekonomi, politik, diplomasi, dan topik-topik kontekporer lainnya. Di siang hari, peserta berlatih menari. Biasanya ada dua tarian yang dipelajari selama program tiga bulan ini. Program selingan dari latihan menari biasanya adalah membatik kain, melukis, atau kegiatan vokasi lainnya.

Pada hari-hari tertentu, mereka diajak mengunjungi kantor pemerintah, candi-candi, atau situs-situs budaya lain di sekitar kota Yogyakarta, termasuk makam Raja-Raja Mataram di Imogiri.

Pada setiap kunjungan itu, peserta bisa bertemu dan berbicara langsung dengan orang-orang penting yang terlibat secara aktif pada peristiwa atau kegiatan tertentu. Pengalaman langsung ini menjadi aspek penting dari interaksi mereka dengan masyarakat Yogyakarta.

Bahkan kegiatan rutin peserta ke toko 24 jam juga bisa menjadi inspirasi bagi tulisan mereka. Dengan lokasi penginapan di dekat kampus, mereka selalu melewati toko 24 jam itu ketika berangkat ke kampus dan pulang ke penginapan. Mereka mungkin mengenal penjaga toko itu. Bahkan mereka mungkin hapal lagu toko itu.

Berbagai pengalaman itu bisa menjadi ide mereka untuk menulis esai pendek sepanjang dua hingga tiga halaman untuk setiap peserta. Memang tidak semua peserta menggunakan pengalaman keseharian itu sebagai ide untuk menulis esai pendek. Paling tidak, mereka mempunyai banyak pilihan untuk mendapatkan ide menulis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun