Pembelajaran abad 21 merupakan suatu proses pembelajaran yang menekankan student center. Di abad ini, guru harus melakukan aktivitas kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode, model, media, bahan ajar dan sumber belajar yang dapat menarik minat belajar siswa. Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peranan penting dalam pembentukan dasar kecerdasan dan perkembangan anak. Pada tahap ini, anak-anak memulai perjalanan mereka dalam dunia belajar dan menyerap pengetahuan baru. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan pembelajaran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan individu anak. Salah satu pendekatan yang semakin berkembang adalah pembelajaran diferensiasi dalam kurikulum merdeka.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sebagai individu. Atau bisa dikatakan juga bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai upaya mengatasi krisis pembelajaran (learning loss) yang terjadi selama pandemi COVID-19. Kurikulum ini memiliki paradigma baru dan berdiferensiasi yang memungkinkan anak didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pendidikan yang sadar menghargai setiap perbedaan yang terkait dengan perbedaan kemampuan anak. Pendidik merancang pembelajaran yang berpusat pada anak yang menarik dan menarik melalui permainan mandiri, implementasi dalam pembelajaran mandiri tentang isi, proses dan produk pembelajaran yang dapat digunakan untuk menilai Kemampuan dan tahapan perkembangan anak usia dini. Bermain bebas berarti anak bebas untuk terlibat dalam permainan yang bermakna tanpa tekanan dan paksaan dari orang lain untuk menyambut kesiapan materi baru, minat atau kemampuan anak, dan gaya belajar anak.
Dalam implementasinya, pembelajaran ini membagi dan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, siswa juga dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuannya, apa yang disukai, dan termasuk sesuai kebutuhan masing-masing. Dengan begitu, siswa tidak merasa frustasi dan gagal dalam proses belajarnya.
  Pembelajaran diferensiasi dalam kurikulum merdeka masih sangat minim digunakan khususnya pada pendidikan anak usia dini. Perkembangan pembelajaran diferensiasi mulai digunakan diberbagai jenjang pendidik di Indonesia setelah adanya kebijakan baru mengenai sistem pendidikan yang menggunakan kurikulum merdeka sebagai tahap uji coba sebelum serentak digunakan pada tahun 2024 mendatang. Model pembelajaran diferensiasi mulai digunakan pendidik diberbagai jenjang pendidikan termasuk pada pendidikan anak usia dini. Ada beberapa karakteristik dasar yang jadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi, yaitu : 1. Bersifat proaktif Artinya guru secara aktif mengantisipasi kelas yang diajarnya dari awal hingga akhir pembelajaran. Anda dapat mencapainya dengan merencanakan pelajaran yang berbeda untuk setiap siswa. 2. Menekankan kualitas daripada kuantitas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi kualitas tugas lebih disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jadi bukan berarti anak yang pintar akan mendapatkan tugasnya setelah melakukan tugas tambahan yang sama, tetapi akan mendapatkan tugas lain yang dapat meningkatkan keterampilannya. 3. Berakar pada asesmen atau penilaian. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru selalu membuat penilaian yang berbeda-beda untuk mengetahui keadaan dan tingkat pemahaman siswa dalam setiap pembelajaran. Nantinya, hasil evaluasi ini dijadikan umpan balik bagi para guru, agar bisa menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. 4. Menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Didalam pembelajaran berdiferensiasi, ada empat unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi, minat dan gaya belajar mereka, yakni konten / materi (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya) dan lingkungan belajar (iklim belajarnya). 5. Berorientasi pada peserta didik. Tugas yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat pengetahuan awal mereka terhadap materi yang akan diajarkan, sehingga guru harus merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan karakteristik siswanya. 6. Bersifat hidup. Ada kolaborasi terus-menerus (kontinu) antara guru dengan siswa, termasuk dalam hal menyusun tujuan kelas maupun individu. Guru mengawasi bagaimana pelajaran dapat cocok dengan siswa dan bagaimana penyesuaiannya.
Dalam pembelajaran diferensiasi ada lima prinsip dasar yang harus diinggat oleh guru dalam penerapannya yaitu : 1. Lingkungan belajar. Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam membangun kompetensi siswa. Lingkungan belajar digunakan sebagai sarana kreativitas dan desain sesuai dengan keinginan siswa. Dalam lingkungan belajar yang kondusif, guru lebih mudah mengembangkan kemampuan belajar, minat, dan gaya belajar siswa yang berbeda. Lingkungan belajar yang menarik membuat siswa tertarik untuk bersekolah dan belajar. Lingkungan sekolah dirancang berdasarkan kebutuhan siswa agar selama berada di lingkungan sekolah dapat memenuhi kebutuhan sekolah yang tidak dapat diperoleh di rumah. 2. Kurikulum yang berkualitas. Kurikulum yang berkualitas memiliki tujuan pembelajaran yang jelas. Pembelajaran berdiferensiasi memberi anak kebebasan untuk mengembangkan keterampilan mereka sendiri. Kurikulum yang diperkenalkan di Indonesia pada berbagai jenjang, termasuk pendidikan anak usia dini, merupakan kurikulum mandiri yang mendorong peserta didik untuk belajar secara mandiri agar kemampuan anak dapat berkembang secara optimal. Pembelajaran yang berdiferensiasi berlangsung sesuai dengan kurikulum mandiri, yang memandang guru sebagai pelatih dan siswa aktif menyerap materi yang diberikan siswa. Pada saat yang sama, guru merangsang siswa dalam posisi yang lebih lemah dan membantu mereka meringankan kesulitan mereka. 3. Asesmen berkelanjutan. Penilaian pertama yang dilakukan guru adalah penilaian yang dilakukan di awal pembelajaran sebelum topik pelajaran dibahas. Tugas asesmen awal adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi atau topik yang dipelajarinya (prior knowledge) dan juga untuk mengukur kesiapan/kedekatan siswa dengan tujuan pembelajaran. 4. Pengajaran yang responsif. Pengajaran responsif artinya melalui penilaian formatif, guru menyadari kelemahan yang dimilikinya dalam membimbing siswa untuk memahami pembelajaran. Dengan pengetahuan ini, guru bereaksi dan mengubah metode pengajaran mereka untuk berinovasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam konsep diferensiasi, guru memodifikasi RPP dengan menggunakan metode yang berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya. 5. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas. Guru yang baik adalah guru yang dapat mengelola kelas dan mengondisikan siswa tanpa memaksa atau mengancam. Untuk memungkinkan guru agar membimbing siswa mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dalam kondisi yang menguntungkan.
Bahwa pendidikan anak usia dini perlu dilakukan dengan mengadaptasi perkembangan individual anak. Kurikulum Merdeka yang mengutamakan kebebasan dan kreativitas anak harus didukung oleh metode pembelajaran diferensiasi yang menyediakan peluang belajar sesuai dengan kemampuan dan minat anak.
DAFTAR PUSTAKA
ASTUTI, V. W. (30 Juni 2021 ). ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Penerapannya di Kelas.
JaTeng, P. (September 5, 2022). www.paud.id. 12 Ciri-Ciri & Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi.