Mohon tunggu...
Ludi Mauliana
Ludi Mauliana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Strive to be awesome

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Night At Library

3 Juli 2015   16:32 Diperbarui: 3 Juli 2015   16:32 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Itu Red Velvet, Yah. Ibu dapat resepnya dari buku. Semoga panggangannya berhasil,” cerita ibu sambil menuangkan telur goreng orak-arik ke piring kosong milik ketiga anggota keluarganya.

“Buku lagi. buku lagi. Membosankan!” sungut Haidi.

“Kenapa, sih, kamu tidak suka membaca lagi? Nih, dengarkan, ya...”

“Ah, diam! Simpan saja ceramahmu untuk teman-teman komunitas membacamu, Kutu Buku. Aku sibuk!” potong Haidi sambil berlalu meninggalkan meja makan. “Oh, iya, lain kali, kalian tidak perlu basa-basi mengajakku ke luar. Aku punya Thomas. Ia tahu cara bersenang-senang!” teriak Haidi diikuti suara berisik anak tangga dan pintu.

Lantai yang Haidi pijak kini menyambut suara berisik itu dengan ikut berguncang. Haidi terpaksa bangkit dari kursi begitu setiap benda di sekelilingnya bergetar-getar hebat. Jendela berderit, lampu di langit-langit bergoyang tak tentu arah, piring-piring berjatuhan dan pecah menghantam lantai. Belum selesai dikejutkan dengan semua gejolak itu, bertitik-titik api muncul tanpa peringatan dan membesar melahap setiap benda yang disentuhnya.

“Tidak! Tidak! Jangan selesai dulu!” Haidi memekik sekuat yang dia bisa namun teriakannya tak bisa menyaingi bisingnya guncangan di dalam rumah itu.

Setitik cahaya putih terbit di seberang penglihatan Haidi. Guncangan dan kobaran api di sekeliling Haidi makin menggila seiring melebarnya cahaya itu. Haidi menaruh tangan di depan pandangan, menghalau benderangnya cahaya putih itu.

“Kumohon, beri aku waktu lebih lama!” jerit Haidi.

Cahaya putih itu tak mau mendengar. Pancarannya yang menyilaukan terus menyeruak, menelan setiap objek termasuk jilatan api yang ada di sekeliling Haidi hingga segalanya tak nampak lagi. Haidi yang menyadari waktunya hampir habis berusaha merengkuh orang tua dan saudaranya yang seketika membatu. Cahaya putih itu tak kenal simpati, hanya terus mengembang hingga membutakan Haidi dan melenyapkan semua dari pandangannya.

***

 “Kan sudah kubilang agar kau tidak terlalu bersemangat.” sahut sebuah suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun