Dan setelah itu Bara berbicara:
"Terimakasih kepada keputusanmu Olin, terimakasih pada saranmu Ikson, keputusanku sama seperti yang olin buat, memilih agama yang kupelajari selama dua bulan, aku sekarang sudah dibaptis menjadi seorang kristen seutuhnya dengan nama Immanuel Bara, jika olin mendapatkan kesederhanaan dan tahu bagaimana berharganya tubuhnya aku memilih menjadi pengikut kristus karena persekutuan, aku tidak pernah mendapatkan ini sebelumnya, disini aku diajarkan tentang kasih, tentang dua pasang manusia yang disatukan tidak akan terlepaskan, dari situ aku belajar betapa berharganya yang diberikan Tuhan dan disini aku betul-betul dijanjikan keselamatan oleh Yesus, hal yang tidak pernah diberikan oleh penyebar agamaku sebelumnya, sekali lagi kutegaskan aku sama seperti olin, tidak merasa terpaksa tidak demi orang yang kucinta, tapi dari sudut hatiku!".
Kali ini aku betul-betul pusing menghadapi mereka berdua, saat aku berharap satu diantara mereka yang mengalah, mereka malah saling kompak mengalah, aku tak tahu skenario telenovela apa yang pernah mereka baca. Tapi mulai disitulah hatiku mulai terketuk, tak ada logika saat mengenal Tuhan, karena logika yang dimiliki tak akan bisa mendefenisikannya, aku sudah melihat dari mata-kepalaku sendiri, mereka berjumpa Tuhannya disaat situasi harus menuntut logika penuh perhitungan, dan ternyata mereka menjawabnya tanpa logika. Kembali aku teringat kata-kata Einstein "cahaya itu ada, namun jika ditanya mengapa gelap ada, itu karena gelapan adalah objek saat cahaya tidak dapat masuk" hal itu sama seperti tidak adanya kehadiran Tuhan pada jiwa kita, membuat kita tidak percaya Tuhan itu ada.
Mungkin aku harus membuka hatiku untuk membiarkan Tuhan masuk kedalamnya..
Untuk Alima Olin dan Immanuel Bara, aku sudah lepas tangan, aku hanya bisa berharap saat menikah nanti, mereka semakin menyatu.