Mohon tunggu...
Donal Eryxon
Donal Eryxon Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba menulis

Biasa dan monoton.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Cerita tentang Keyakinan, Bukan Cerita Keyakinan

18 November 2020   10:10 Diperbarui: 18 November 2020   12:05 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar - https://www.huffingtonpost.com/

Setelah itu aku mau mendengar keputusan mereka untuk melanjutkan hubungan atau tidak. Karena aku berpikir bahwa pacaran itu tonggak awal menuju pernikahan, buat apa pacaran serius kalau tidak menikah? Itu Absurd!

***
Perkuliahan sudah selesai, 3 bulan mereka menjalani hubungan mereka tanpa ada campur tanganku. Dan pada akhir perkuliahan kami bertiga berkumpul dan berbicara serius tentang hubungan mereka, hubungan yang harusnya terlarang antara Olin dan Bara, dengan penuh emosional mereka berdua mengakui bahwa mereka benar-benar semakin saling mencintai, "gawat, masalah ini bagiku semakin besar..!" lalu aku menanyakan kepada mereka akan komitmen menuju pernikahan, aku menerima jawaban yang buruk. Mereka siap menikah dalam waktu yang dekat ini, dan siap menerima semua konsekuensi..! baik dari keluarga, maupun dari masyarakat sekitar mereka.

Sekarang mereka bagaikan nahkoda yang kapalnya kehilangan navigasi, sebagai sahabat yang baik, aku harus menjadi mercusuar buat mereka. Menurutku salah satu mereka harus mengalah, harus masuk ke salah satu agama yang mereka anut, dan aku tidak pernah berpikir bahwa mereka akan memilih jalan yang kuyakini, seorang Atheist! Menurutku seorang Atheist itu harus banyak menyangkal dan lebih mengandalkan logikanya dibandingkan imajinasi dan pengharapan mereka akan Tuhan dan jalan selamat. Jika mereka memilih jalanku, aku akan menolak tegas!

Sedikit berpikir lebih keras dan lebih lama diwaktu yang singkat dan kritis saat itu membuat aku mendapatkan jalan keluar, aku menyarakan sekaligus memaksa mereka supaya mereka mempelajari keyakinan pasangan mereka selama waktu libur ini, jadi keputusan final akan mereka tentukan, siapa yang akan mengikuti agama pasangannya, tentunya ini akan menjadi jalan keluar yang sangat emosional bagi mereka berdua, mempelajari agama yang secara historisnya sering bertentangan, antara sara dan hagar, antara Ishak dan ismael dan antara kiblat dan vatikan. 

Dan aku sebagai sahabat mereka berdua mungkin bisa memahami perasaan harry potter saat tahu bahwa kedua sobatnya, Ron Weasley dan Hermione Granger ternyata saling jatuh cinta, bahkan yang kualami mungkin lebih dari itu.

***

Dua Bulan kemudian..

Kami kembali berkumpul ditaman, di dalam benakku rasanya mereka berdua sudah jenuh dan muak dengan ajaran-ajaran yang banyak pertentangan diantara mereka, bertentangan dengan ritual keagamaan mereka. aku yakin dengan ide brilianku ini setidaknya bisa menghalangi niat aneh mereka untuk menikah, aku lebih bahagia jika mereka kembali bersahabat dan kembali bersama berdiskusi seperti sedia kala.

apa yang diharapkan berbeda dangan yang ada pada kenyataan, itu adalah defenisi dari masalah, benar, ternyata Olin mau mengalah dan memeluk islam, dia bahkan berkata dengan tegas.. "aku menjadi muamalaf dengan nama baru ku Alima Olin, ini bukan arena paksaan atau karena cinta, aku masuk ke islam karena aku sudah menemukan diamana Tuhanku yang sebenarnya, tidak ada penyesalan ketika aku meninggalkan agamaku yang dulu. 

Aku mau masuk Islam karena aku mendapatkan kesederhanaan saat berdoa, kerendahan hati saat sholat, disini aku sadar sehebat apapun manusia itu tetap sama dimata Tuhan, itu sebabnya disaat sholat hatiku terketuk saat sujud bersama, tidak ada yang berbeda yang mana punggung pejabat dan yang mana punggung pemulung. aku tidak akan menemukan itu saat di gereja. Aku juga sangat begitu berharga saat menutup tubuhku hingga aurat ku tertutup. Aku sudah yakin dengan ini dan tak akan berpaling lagi.

Aku hanya geleng-geleng kepala,"yah setidaknya ada yang mengalah itu lebih baik.." sahutku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun