Gejala dan tanda  anak stunting antara lain anak memiliki panjang badan lebih pendek untuk anak seusianya (pertumbuhan tulang tertunda),  anak tampak lebih muda atau lebih kecil untuk usianya, berat badan tidak naik dan cenderung menurun serta mudah terkena penyakit infeksi.Â
Risiko yang dialami oleh balita pendek atau stunting adalah kesulitan belajar dan kemampuan kecerdasan (kognitif)nya lemah, mudah lelah dan tidak aktif, serta berisiko mengalami berbagai penyakit kronis saat dewasa.Â
Bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan pada masa janin dan pertambahan berat badan yang cepat pada masa setelah lahir akan akan mengakibatkan "missmatch" sehingga lebih berisiko mengalami penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif di usia dewasa yang disebut dengan teori The Fetal Origins of Disease, seperti kejadian penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan diabetes mellitus.
Pengaruh stunting karena peran gen (faktor keturunan) adalah kecil, tidak lebih dari 25%. Pengaruh lingkungan (asupan makanan dan penyakit infeksi) jauh lebih besar, yang sebagian besar berawal dari periode 1000 HPK
Penyebab Stunting
Faktor Ibu
- Faktor gizi buruk (kekurangan zat gizi makro dan mikro dalam jangka waktu yang lama) yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita akibat kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa melahirkan dan setelah ibu melahirkan (masih banyak bayi baru lahir yang tidak dilakukan Inisiasi Menyusui Dini /IMD maupun bayi usia 0-6 bulan tidak mendapat ASI ekslusif, bayi usia 0-24 bulan tidak menerima makanan pendamping ASI),
- Masih kurangnya konsumsi makanan bergizi sehingga masih banyak ibu yang mengalami anemia gizi. Gizi ibu berperan sekitar 20% risiko mengganggu kehamilan, angka kematian anak dan stunting
- Jarak kehamilan. Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan meningkatkan masalah gizi pada ibu, karena ibu belum memiliki status besi yang cukup untuk kehamilan berikutnya
- Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan Ante Natal Care/ANC (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) dan Keluarga Berencana (KB)
- Penyalahgunaan obat selama kehamilan : misalnya obat golongan neurotransmitter yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi baik pada ibu maupun janin
Faktor Bayi : defisiensi asupan gizi (makro mikronutrien) yang berlangsung lama dan terus-menerus, factor genetik, prematuritas, berat lahir bayi, panjang lahir bayi
Faktor Infeksi, investasi parasit dan polusi
- Infeksi berulang dan atau lama pada anak seperti diare  ( terkait erat dengan air, sanitasi dan kebersihan (water, sanitation and hygiene, WASH) serta infeksi cacing usus (helminthiasis) dapat menyebabkan gangguan nafsu makan, gangguan pencernaan dan penyerapan, gangguan penggunaan zat gizi dan peradangan kronis  yang dapat menganggu pertumbuhan
- Beberapa penelitian penyatakan paparan bahan bakar biomassa seperti sampah, batubara, arang atau kayu dikaitkan dengan stunting pada anak
- Faktor Lingkungan dan sosial ekonomi
- Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi seperti masih banyaknya rumah tangga yang melakukan Buang Air Besar (BAB) di ruang terbuka. Walaupun, berdasarkan hasil Riskesdas 2018, perilaku BAB di jamban semakin baik, yaitu sebesar 88,2% dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 sebesar 82,6%.
- Masih banyaknya rumah tangga yang belum memiliki akses ke air minum yang bersih. Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan pada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, sehingga zat gizi sulit diserap oleh tubuh yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan.
- Pengangguran
- Kemiskinan
PRIORITAS UTAMA yang harus dilakukan untuk mencegah stunting
- Bagi Remaja Putri, Calon ibu hamil dan Calon Pengantin (Catin)
- Cegah anemia remaja putri
- Pelayanan kesehatan bagi ibu sejak sebelum terjadi pembuahan
- Mengikuti Kursus Calon Pengantin di KUA
Bagi ibu hamil dan ibu menyusui
- Minum Tablet Tambah Darah (TTD) 1 tablet setiap hari
- Pola makan gizi seimbang, Hilangkan taboo (mitos)
- Lakukan pemeriksaan kehamilan selama paling sedikit 4 kali (Berat Badan (BB) Lingkar Lengan Atas (LILA), Tekanan darah, pemeriksaan organ perut (palpasi Leopold), tes urin, cek darah)
- Lakukan praktik Inisisasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah bayi lahir
- Berikan hanya ASI saja sampai bayi usia 6 bulan, dan teruskan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun
- Berikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi diatas usia 6 bulan (waktu pemberian tepat, mutu MP ASI Â baik, jenis dan urutan pemberian MP ASI, tekstur dan kekentalan, cara memasak yang tepat)
- Lakukan Pola Hidup Bersih Sehat
Bagi balita
- Asupan makanan bergizi seimbang dan cukup sesuai usia, pastikan bayi dan anak selalu mendapatkan sumber protein hewani yaitu daging (sapi, ayam,ikan), telur atau susu
- Berikan vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan
- Cegah penyakit infeksi : Berikan Imunisasi lengkap dan teratur, jaga kebersihan air dan badan, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, hindari polusi dan gigitan nyamuk
- Pantau tumbuh  (grafik pertumbuhan) dan kembang (ceklis buku KIA) balita
- Stimulasi dan kasih sayang orang tua setiap hari (bicara, bermain, kasih sayang, pujian)
- Periksa ke Posyandu/Puskesmas/Dokter rutin : bayi tiap bulan, balita tiap 3 bulan