Engkau yang sedang ANDI LAU, Antara Dilema dan Galau, dengarlah ini:
Sesungguhnya, masalah kehidupan ini adalah masalah hati, sehingga terkadang engkau harus menutup matamu untuk dapat melihat dengan jelas.
Mata kita terlalu peka terhadap kelebihan dan kenikmatan hidup orang lain, tapi sering rabun dan terbutakan dari melihat nikmat Tuhan yang telah ada pada diri dan keluarga kita.
Maka, teraturkanlah dirimu untuk mengistirahatkan mata ragamu dalam pertemuan dengan Tuhanmu, agar mata hatimu terbuka dalam kedamaian jiwamu, untuk mengenali pilihan terbaik dalam dilemamu, dan melihat jalan terlapang yang mengeluarkanmu dari kegalauanmu.
ANDI LAU-mu hanya sementara, karena jika engkau tegas dalam keikhlasanmu untuk setia kepada sikap dan perilaku yang baik, engkau akan bebas dilema dan jauh dari kegalauan.
Wahai Wanita, Lupakanlah mencari pria yang terbaik, tetapi fokuslah pada dirimu tuk menjadi wanita Terbaik.
Hormatilah dirimu, jika engkau ingin mendapatkan cinta yang menghormatimu.
Tidak perlu merasa takut kehilangan seseorang, karena masih ada banyak orang di sekelilingmu yang takut kehilanganmu.
Cinta akan terasa indah jika saling menyayangi, saling percaya, dan saling setia.
Pria sejati tidak akan selingkuh karena menghargai pasangannya.
Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan.
Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan.
Itulah dua petikan kata mutiara dari motivator kondang Indonesia bapak Mario Teguh dalam sebuah program acara tiap minggu malam di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia. Saya sangat menikmati program ini, selain mencerdaskan ada juga humor cerdas yang disisipkan, hitung-hitung penyegar penat paska seminggu lelah bergelut dengan kerasnya dunia, hehe. Saya sih tidak nyari leluconnya tapi lebih pada ilmu kehidupan yang saya bisa gayung dalam acara ini. Kadang suka tidak kenyang kalau lihat program tivi bagus macam Mario Teguh ini, penginnya berjam-jam dan kalau bisa jangan sekali seminggu tapi apalah daya bos tivilah yang berkuasa, hehe.
Kalau boleh jujur, televisi kita hari ini sangat-sangat memilukan dan bikin air mata meleleh. Televisi kita jauh sekali dari cermin sebuah bangsa yang menjunjung kultur orang timur dan insan religius. Saya tidak menafikan ada beberapa mata acara yang masih berkualitas, semisal Damai Indonesiaku, Mata Najwa, Kick Andy, Mario Teguh Golden Ways, Si Bolang, Laptop Si Unyil, Jika Aku Menjadi, Orang Pinggiran, dan yang semisalnya -tapi itu semua terlalu secuil dibanding dengan program-program acara yang memang ''sengaja'' di-minus unsur pendidikannya. Televisi kita hari ini seolah-olah bak mesin uang saja. Mereka hanya murni bisnis dan profit oriented. Mereka mungkin lupa atau mungkin tidak pernah berpikir bahwa berkualitasnya program-program acara akan berandil besar sekali terhadap perubahan kualitas karakter masyarakat sebuah bangsa. Tidak spontan tentunya, tapi pelan nan pasti -sungguh itu lebih baik daripada tak ada yang memulai. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mengkonsumsi lebih banyak materi-materi edukasi, baik edukasi politik, budaya, maupun hiburan-hiburan.
Di era 1990 sampai 2000-an dulu kita benar-benar bangga sekali dengan tayangan-tayangan suguhan televisi kita, yang mungkin takkan pernah ada lagi kejayaan serupa. Kita masih ingat mungkin sinetron-sinetron semisal Jendela Rumah Kita, Si Doel Anak Sekolahan, Keluarga Cemara, Remaja Super Lima, Kuis Taktik Boom, Kuis Galileo-Galilei dan sebagainya. Nyaman sekali waktu itu kita menonton, masa kecil yang sehat dan penuh gizi informasi. Makanya maaf dan maaf mungkin dibanding anak-anak generasi sekarang, kita generasi jadul lebih PEKA ZAMAN dan SAREH, pengaruh tumbuh dengan doktrin informasi yang edukatif-berkualitas pasalnya.
Kita juga maklum keluhan para sohibul tivi itu bahwa biaya produksi kadang menjadi kendala, makin mahal biaya produksi maka makin berkualitaslah program acaranya. ''Kadang kami bisa saja membuat acara bagus tapi apa masyarakat doyan?'', kata mereka. Kita nego dulu ya bos, hehe. Gini bos, hari ini kan beras makin mahal nah bukankah kita malah makin kreatif, kita jadi menyiasati dengan tidak mewajibkan tiap hari makan nasi tapi kita selang-seling. Senin kita makan jagung -Selasa kita makan singkong -Rabu kita makan ubi rambat (telo) -Kamis kita makan sukun -Jumat kita nyantap beras -Sabtu kita ngunyah kentang, nah Minggu itulah kita campur semua itu makanan. jagungnya, singkongnya, ubinya, sukunnya, berasnya, kentangnya, benar-benar yummi maknyus apalagi lauknya ada peyek iwak, benar-benar nyenyak tidur malam kami. Nyoba ya bos, hehe. Itu analogi saja, intinya kita jangan gampang menyerah, gampang melempem, gampang pesimis, atau yang harus dihindari sejauh-jauhnya yaitu gampang kendat alias bunuh diri -na'udzu billah. Pasti ada solusi apalagi itu amanah moral bangsa, benar-benar Tuhan di pihak anda. Jangan rela bangsa kita menjadi bangsa statis, bangsa yang jalan di tempat. Jangan rela bangsa kita menjadi bangsa cemoohan. Jangan rela bangsa kita menjadi bangsa bulan-bulanan. Apalagi bangsa yang bertakdir diri OON, kepikiran belajar aja tidak ada -ini berarti mati saja lebih baik.
Saya, anda semua, adalah para orangtua sekaligus anak bangsa. Kita mendamba anak-anak kita punya SDM Super, punya mindset dinamis, setia pada kebenaran, berjiwa patriot, profesional dalam tugas dan pastinya di tangan merekalah bangsa ini kelak diserahkan. Generasi super tidak serta merta tercipta, tidak pula simsalabim, dan tidak pula turun dari langit. Dia melalui proses yang panjang sekali. Dia tercipta dari elemen-elemen baik yang saling bersinergi, yang harus diupayakan dengan keras dan tanpa kenal lelah. Saatnya anda yang terhormat lagi mulia, para bos televisi -merenunglah sedalam-dalamnya- anda punya tanggungjawab besar pada bangsa ini, pada Tuhan juga tentunya. Lewat tangan anda, anda bisa merubah dunia ini, merubah Indonesia, merubah peradaban, merubah nilai dan merubah nasib. Anda adalah lokomotif perubahan. 350 tahun lebih kita dijajah, apalagi yang membuat kita menjadi sapi perahan penjajah-penjajah itu kalau bukan karena kebodohan kita. Cerdaskan kami anak-anak bangsa. Buatlah program mata acara terbaik, buatlah acara tersehat dan tercerdas. Buatlah program siaran yang benar-benar menjadikan kami menjadi Superhero kebaikan dan nama anda pun akan harum sepanjang sejarah. Buat sebanyak-banyaknya siaran semacam Orang Pinggiran, Jika Aku Menjadi, dan semisalnya. Anda dan tim kru panteng semua channel televisi Indonesia, riset acara apa yang terbaik dan tersehat baik program-program beritanya, budaya, olahraga, hiburan, dan lainnya. Anda buat tivi milik anda itu benar-benar tivi sehat, tanamkan di lubuk hati anda "rugi tak masalah, asal anak bangsa menjadi manusia-manusia super''. Kami yakin gebrakan anda akan menjadi sejarah, dan anda pun akan sejajar dengan para pahlawan bangsa ini sekalipun negara tidak mengakui atau mengangkat anda  menjadi pahlawan.
Salam revolusi kebaikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H