Mohon tunggu...
LUCKY NUGROHO
LUCKY NUGROHO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Mercu Buana

Filateli dan Berenang

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hari Anti-Korupsi: Generasi Muda sebagai Agen Perubahan di Era Pemerintahan Prabowo

13 Januari 2025   04:41 Diperbarui: 13 Januari 2025   04:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap 9 Desember, kita memperingati Hari Anti-Korupsi Internasional sebagai momentum penting untuk merenungkan dampak korupsi yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Korupsi, sebagai salah satu tantangan terbesar bagi pembangunan sosial dan ekonomi, telah mengganggu kepercayaan publik dan menghambat kemajuan masyarakat. Peringatan ini diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2003, setelah disahkannya Konvensi PBB tentang Anti-Korupsi, dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi. Tema kampanye tahun ini menekankan peran generasi muda sebagai agen perubahan dalam melawan praktik korupsi yang merusak.

Dampak Korupsi di Indonesia dan Global

Hasil survei Ipsos pada November 2024 menunjukkan bahwa korupsi finansial dan politik masih menjadi masalah serius di banyak negara, dengan 26 persen responden dari 29 negara mengidentifikasi korupsi sebagai isu utama. Di Indonesia, masalah korupsi ini mencakup berbagai sektor dan praktik, yang sering kali merugikan masyarakat luas. Korupsi bukan hanya penghalang bagi pembangunan ekonomi, tetapi juga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik. Selain itu, dampaknya terasa tidak hanya pada aspek sosial dan ekonomi, tetapi juga memperburuk ketidakadilan dan kesenjangan dalam masyarakat. Sementara itu, negara-negara maju seperti Belanda dan Jerman telah menunjukkan persepsi korupsi yang lebih rendah, mencerminkan efektivitas penegakan hukum yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan korupsi memerlukan pendekatan yang holistik dan komitmen dari semua pihak.

Korupsi dalam Politik: Lobi, Suap, dan Donasi Politik

Di ranah politik, bentuk korupsi tidak hanya terbatas pada suap dan gratifikasi, tetapi juga mencakup kegiatan lobi dan donasi politik. Lobi, dalam konteks yang sah, dilakukan untuk memengaruhi keputusan kebijakan dengan cara yang transparan. Namun, terdapat batasan yang tipis antara lobi yang etis dan praktik korupsi. Jika dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau sebagai imbalan untuk keputusan tertentu, maka lobi tersebut dapat dikategorikan sebagai korupsi. Suap, di sisi lain, adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang paling langsung dan merusak. Suap dapat terjadi ketika uang atau barang diberikan kepada pejabat publik untuk mempengaruhi keputusan yang seharusnya berpihak pada masyarakat. Situasi ini menimbulkan ketidakadilan, di mana kebijakan yang menguntungkan rakyat banyak dapat dibatalkan demi kepentingan segelintir orang yang mampu menawarkan suap. Donasi politik, yang pada dasarnya bertujuan untuk mendukung kampanye politik, sering kali dianggap sebagai pintu masuk bagi praktik korupsi. Ketika donasi ini diberikan dengan harapan untuk mendapatkan imbalan politik setelah pejabat terpilih, maka hal ini menciptakan konflik kepentingan yang dapat menggoyahkan integritas proses politik. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan aturan yang jelas dan transparan mengenai donasi politik dan lobi agar dapat mencegah praktik korupsi yang merusak.

Komitmen Pemerintah Prabowo dalam Pemberantasan Korupsi

Di bawah kepemimpinan pemerintah Prabowo, telah ada komitmen yang jelas untuk memperkuat upaya pemberantasan korupsi. Pemerintah berfokus pada penguatan tata kelola pemerintahan yang baik, di mana transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat menjadi agenda utama. Komitmen ini bertujuan tidak hanya untuk melawan praktik korupsi tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, generasi muda memainkan peran penting sebagai agen perubahan. Masyarakat, terutama anak muda, perlu diajak serta dalam diskusi mengenai tata kelola yang baik dan pentingnya integritas dalam pemerintahan. Generasi muda sering kali menjadi korban dari praktik korupsi yang merugikan, namun mereka juga memiliki potensi untuk menuntut akuntabilitas dan mendorong perubahan yang positif dalam sistem.

Tantangan dalam Implementasi Good Governance

Meskipun langkah-langkah signifikan telah diambil dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, tantangan yang dihadapi tetap besar. Salah satunya adalah resistensi dari kelompok-kelompok tertentu yang merasa terancam oleh penegakan hukum yang lebih ketat. Lingkungan politik yang rentan terhadap praktik-praktik buruk, seperti lobi yang tidak transparan dan suap, menjadi penghalang bagi reformasi yang diinginkan. Selain itu, masalah donasi politik yang tidak transparan juga menjadi tantangan besar. Tanpa adanya pengawasan yang ketat terhadap sumber dan penggunaan dana politik, potensi korupsi akan selalu ada. Oleh karena itu, perlunya regulasi yang lebih ketat dan transparansi dalam pendanaan politik sangat diperlukan untuk memastikan bahwa praktik korupsi dapat diminimalisir.

Harapan ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun