Mohon tunggu...
LUCKY NUGROHO
LUCKY NUGROHO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Mercu Buana

Filateli dan Berenang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mengurai Hikmah dari Superholding Dunia: Peluang dan Tantangan Danantara

10 Januari 2025   09:27 Diperbarui: 10 Januari 2025   19:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara, terlambat membentuk superholding untuk mengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara strategis. Di saat negara-negara seperti Singapura (Temasek Holdings, 1974), Malaysia (Khazanah Nasional, 1993), dan Uni Emirat Arab (Mubadala Investment Company, 2002) telah memanfaatkan superholding untuk mengoptimalkan aset negara, Indonesia baru memulai langkah ini melalui rencana pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Ketertinggalan ini menyebabkan pengelolaan BUMN di Indonesia cenderung terfragmentasi, tidak efisien, dan kurang kompetitif di pasar global. Danantara dirancang sebagai superholding yang akan mengelola delapan BUMN besar, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), PLN, Pertamina, Telkom Indonesia, MIND ID, dan Indonesia Investment Authority (INA). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan aset negara, menarik investasi asing, dan memperkuat daya saing BUMN di pasar internasional. Dengan nilai aset yang dikelola mencapai Rp9.480 triliun, Danantara diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan struktural yang selama ini menghambat kinerja BUMN. Dalam konteks global, sovereign wealth funds (SWF) seperti Norwegian Pension Fund dan Mubadala Investment Company telah membuktikan bahwa pengelolaan aset negara secara terpusat mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi nasional. Inspirasi dari praktik-praktik ini mempertegas urgensi pembentukan Danantara.

Hikmah dari Superholding Negara Lain

Tentunya ketika membuat suatu perencanaan dan pembentukan dari Danantara diperlukan pembelajaran atau himah dari superholding yang telah eksis di negara lain, yaitu:

  • Temasek Holdings (Singapura): Didirikan pada 1974, Temasek mengelola portofolio senilai miliaran dolar yang tersebar di sektor keuangan, telekomunikasi, transportasi, dan infrastruktur. Temasek berhasil membangun kepercayaan global melalui tata kelola yang transparan dan strategi investasi yang berorientasi jangka panjang. Model ini menunjukkan pentingnya independensi manajemen dalam memastikan keberlanjutan nilai aset negara.
  • Khazanah Nasional (Malaysia): Khazanah berperan sebagai dana investasi strategis yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Dengan pendekatan ini, Khazanah mampu meningkatkan daya saing nasional sekaligus menciptakan dampak sosial yang positif. Indonesia dapat belajar dari kemampuan Khazanah untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi dan sosial.
  • Mubadala Investment Company (Uni Emirat Arab) Mubadala mengelola portofolio senilai US$302 miliar dan berkontribusi besar dalam diversifikasi ekonomi Uni Emirat Arab. Fokus pada teknologi, kesehatan, dan energi terbarukan mengurangi ketergantungan pada sektor minyak, memberikan pelajaran penting bagi Indonesia dalam mendiversifikasi portofolio aset Danantara.

Manfaat Pembentukan Danantara

Selanjutnya, sesuai dengan tujuan dari pembentukan Danantara, maka manfaat pembentukan dari Danantara adalah sebagai berikut:

  • Efisiensi dan Sinergi: Dengan menggabungkan delapan BUMN besar, Danantara akan menciptakan sinergi operasional dan efisiensi manajerial, sehingga mampu mengurangi biaya operasional dan meningkatkan daya saing global.
  • Peningkatan Investasi Asing: Sebagai entitas yang terpisah dari APBN, Danantara memiliki fleksibilitas untuk menarik investasi asing, memberikan akses terhadap modal dan teknologi modern.
  • Pembangunan Berkeadilan: Danantara diharapkan mampu mendistribusikan investasi ke wilayah-wilayah tertinggal, sehingga menciptakan keadilan ekonomi dan mempercepat pembangunan infrastruktur.
  • Peningkatan Daya Saing BUMN: Dengan manajemen yang lebih profesional, BUMN di bawah Danantara akan lebih kompetitif di pasar internasional, terutama di sektor energi, telekomunikasi, dan keuangan.

Tantangan dan Risiko

Adapun tantangan dan risiko yang akan dihadapi oleh Danantara adalah sebagai berikut:

  • Integrasi Budaya dan Operasional: Menggabungkan BUMN dengan budaya kerja, sistem, dan visi yang berbeda memerlukan upaya integrasi yang kompleks.
  • Potensi Politisasi: Seperti yang terjadi pada 1MDB di Malaysia, pengelolaan aset negara berisiko terhadap intervensi politik yang dapat mengganggu independensi dan kinerja.
  • Kebutuhan Transparansi dan Tata Kelola: Untuk menarik investor asing, Danantara harus berkomitmen pada transparansi dan akuntabilitas sesuai dengan standar internasional.
  • Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM): Keberhasilan Danantara bergantung pada ketersediaan SDM yang kompeten di bidang investasi, manajemen, dan pengelolaan BUMN.

Masa Depan BUMN di Indonesia dengan Danantara

Dengan pembentukan Danantara, BUMN besar diharapkan dapat lebih fokus pada pengelolaan aset strategis, sementara Kementerian BUMN mengalihkan fokus pada restrukturisasi BUMN kecil dan menengah.

  • Transformasi Tata Kelola: Danantara memiliki potensi untuk menjadi salah satu entitas investasi terbesar di dunia, memberikan contoh tata kelola yang profesional dan berorientasi pada hasil.
  • Kontribusi terhadap Pembangunan Nasional: Melalui investasi di sektor infrastruktur, pendidikan, dan energi terbarukan, Danantara akan menjadi motor penggerak pembangunan yang berkelanjutan.
  • Daya Saing Global: Dengan strategi investasi yang terarah, Danantara mampu memperkuat posisi Indonesia di pasar global, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kesejahteraan sosial yang inklusif.

Pembentukan Danantara adalah langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan kontribusi BUMN terhadap pembangunan nasional. Dengan belajar dari pengalaman superholding negara lain, seperti Temasek dan Khazanah, Danantara dapat mengadopsi praktik terbaik dalam tata kelola, investasi strategis, dan transparansi. Namun, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada kemampuan untuk mengatasi tantangan integrasi, transparansi, dan risiko politisasi. Jika dikelola dengan baik, Danantara tidak hanya akan memperkuat BUMN, tetapi juga menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun