Ketidakpastian politik menjelang Pemilu tidak hanya memengaruhi iklim sosial, tetapi juga menimbulkan dampak signifikan pada keputusan ekonomi. Fenomena sikap 'wait and see' menjadi respons utama pelaku usaha terhadap situasi ini, yang berdampak langsung pada berbagai aspek perekonomian.
Tahun politik di Indonesia, seperti Pemilihan Umum (Pemilu) presiden dan kepala daerah, selalu membawa dinamika yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memerlukan stabilitas politik untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Namun, ketidakpastian yang sering muncul menjelang Pemilu mempengaruhi keputusan pelaku ekonomi, seperti pengusaha, yang mengambil sikap "wait and see." Fenomena ini berdampak pada perlambatan aktivitas ekonomi, terutama pada penyaluran kredit, investasi, dan konsumsi domestik.
Dengan menggunakan teori prospek sebagai kerangka analisis, artikel ini akan membahas tantangan pelambatan ekonomi di tahun politik dan bagaimana harapan pemulihan muncul setelah stabilitas politik tercapai. Ketidakpastian politik menjelang Pemilu sering kali membuat pelaku usaha mengambil sikap "wait and see."
Mereka menunda ekspansi usaha, investasi, atau pengajuan kredit hingga hasil Pemilu memberikan kejelasan mengenai arah kebijakan ekonomi pemerintah yang baru. Fenomena ini mencerminkan penghindaran risiko yang menjadi salah satu konsep inti dalam teori prospek.
Teori prospek, yang diperkenalkan oleh Kahneman dan Tversky du tahun 1979 dengan artikel berjudul "Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk", menjelaskan bahwa individu lebih cenderung menghindari kerugian daripada mengejar keuntungan.
Dalam konteks tahun politik, ketidakpastian politik membuat pengusaha lebih fokus pada potensi kerugian akibat perubahan kebijakan daripada peluang keuntungan yang mungkin diperoleh. Akibatnya, banyak keputusan strategis yang tertunda, sehingga memperlambat aktivitas ekonomi.
Beberapa Data dan Indikator Pelambatan Ekonomi di Tahun Politik
Perekonomian Indonesia pada tahun politik sering mengalami pelambatan. Salah satu indikator yang menunjukkan hal ini adalah pertumbuhan ekonomi yang cenderung lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 tercatat hanya 4,97%, turun dari kuartal IV 2023 yang mencapai 5,17%.