Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2024 menandai kembalinya sosok kontroversial ke Gedung Putih. Meskipun data ekonomi makro AS menunjukkan stabilitas, seperti pertumbuhan GDP sebesar 2,8% pada kuartal ketiga 2024 dan inflasi yang menurun ke angka 1,5%, persepsi negatif publik terhadap ekonomi tetap menjadi faktor utama yang memengaruhi hasil pemilu. Sebanyak 46% pemilih menyatakan kondisi keuangan mereka lebih buruk dibandingkan empat tahun lalu, sebuah sentimen yang lebih kuat dibandingkan saat krisis keuangan global tahun 2008. Dari kelompok ini, mayoritas memilih Trump, menunjukkan kekhawatiran akan stagnasi ekonomi yang dirasakan secara personal, meskipun indikator makro terlihat positif. Dalam kampanye, Trump berhasil memanfaatkan ketidakpuasan pemilih dengan narasi yang menekankan pada perubahan kebijakan ekonomi pro-bisnis, seperti pemotongan pajak, deregulasi, dan proteksionisme perdagangan. Hal ini menciptakan daya tarik di kalangan pemilih yang merasa ditinggalkan oleh kebijakan pemerintahan sebelumnya.
Kondisi Ekonomi Amerika Serikat Tahun 2024
Ekonomi AS mengalami pertumbuhan yang stabil, didukung oleh peningkatan konsumsi dan ekspor. Namun, beberapa sektor, seperti investasi bisnis terutama di perumahan dan bangunan non-residensial, menunjukkan perlambatan. Penurunan investasi ini mencerminkan kekhawatiran tentang ketidakpastian ekonomi di masa depan. Selain itu, meskipun tingkat inflasi mulai terkendali, dampak dari periode inflasi tinggi sebelumnya masih dirasakan oleh banyak rumah tangga, terutama dalam daya beli. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara data ekonomi makro dan realitas ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat, yang menjadi salah satu alasan utama mengapa persepsi negatif terhadap ekonomi tetap dominan. Data exit poll NBC News juga menunjukkan bahwa 68% pemilih menggambarkan kondisi ekonomi sebagai "tidak begitu baik" atau "buruk."
Dampak Kemenangan Trump pada Geopolitik dan Ekonomi Indonesia
Terpilihnya kembali Trump memiliki potensi dampak langsung maupun tidak langsung terhadap ekonomi dan geopolitik Indonesia. Dalam konteks ekonomi, kebijakan perdagangan proteksionis AS dapat memengaruhi akses pasar ekspor Indonesia, terutama produk unggulan seperti tekstil dan kelapa sawit. Selain itu, perubahan kebijakan moneter AS, seperti kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve, dapat memengaruhi aliran modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari sisi geopolitik, Indonesia perlu memperkuat posisi strategisnya di kawasan Indo-Pasifik dimana Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto juga telah menekankan pentingnya kerja sama regional dalam menjaga stabilitas kawasan, termasuk melalui ASEAN dan mekanisme multilateral lainnya. Indonesia juga dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan daya saing ekonominya di tengah perubahan dinamika global. Investasi infrastruktur, transformasi digital, dan promosi ekonomi biru menjadi beberapa prioritas utama dalam menghadapi ketidakpastian global.
Outlook Ekonomi dan Geopolitik Indonesia Tahun 2025
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks. Kondisi ini dipengaruhi oleh dinamika internal maupun eksternal, terutama yang berkaitan dengan stabilitas kawasan, ketegangan geopolitik global, dan tantangan geo-maritim. Dalam konteks ini, terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS pada tahun 2024 memberikan dampak signifikan terhadap geopolitik Indonesia. Adapun kondisi geopolitik Indonesia saat ini adalah sebagai berikut:
- Pusat Perhatian Kawasan Indo-Pasifik: Indonesia memainkan peran penting di kawasan Indo-Pasifik, yang menjadi pusat persaingan geopolitik antara kekuatan besar seperti AS dan China. Kawasan ini mencakup jalur perdagangan strategis, seperti Selat Malaka, Laut China Selatan, dan Samudera Hindia, yang merupakan penghubung utama perdagangan global.
- Maritime Fulcrum: Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia telah memperkuat visinya sebagai "Poros Maritim Dunia" melalui pendekatan keamanan maritim, diplomasi internasional, dan penguatan infrastruktur maritim. Hal ini termasuk pengembangan pelabuhan, konektivitas logistik, dan modernisasi Angkatan Laut.
- Komitmen Lingkungan dan Keamanan Maritim: Indonesia aktif dalam promosi ekonomi biru yang berkelanjutan dan memimpin inisiatif regional untuk mitigasi perubahan iklim dan pelestarian sumber daya laut. Namun, tantangan seperti penangkapan ikan ilegal, perdagangan manusia, dan penyelundupan masih menjadi isu serius.
Selanjutnya potensi dampak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS adalah sebagai berikut
Dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, terdapat beberapa potensi beberapa kebijakan dari pemerintah AS yang antara lain:
- Perubahan Kebijakan Perdagangan
- Dengan kembalinya Trump, kebijakan proteksionisme perdagangan diperkirakan akan meningkat, yang dapat memengaruhi ekspor Indonesia, terutama di sektor tekstil dan kelapa sawit. Ini menuntut Indonesia untuk segera mendiversifikasi pasar ekspor.
- Peningkatan Ketegangan di Laut China Selatan
- Kebijakan luar negeri Trump yang condong pada penguatan militer dan konfrontasi dengan China diperkirakan akan meningkatkan ketegangan di kawasan, termasuk Laut China Selatan. Hal ini dapat memengaruhi stabilitas regional yang menjadi prioritas Indonesia.
- Dampak Kebijakan Moneter AS
- Kebijakan moneter yang lebih ketat di bawah Trump dapat menyebabkan peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve. Hal ini berpotensi memengaruhi aliran modal asing ke Indonesia, menekan nilai tukar, dan memperburuk defisit transaksi berjalan.
- Peluang dan Tantangan Diplomatik
- Dengan kebijakan Trump yang kurang mendukung kerjasama multilateral, Indonesia perlu memainkan peran lebih aktif di ASEAN dan forum internasional lainnya untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan.
Lebih lanjut, berdasarkan kondisi potensi dampak kebijakan dari erpilihnya kembali Trump, maka Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan geopolitiknya melalui beberapa langkah strategis yang antara lain
- Diversifikasi Pasar Ekspor: Mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional seperti AS dengan memperluas akses ke negara-negara mitra di Asia, Eropa, dan Afrika.
- Penguatan Infrastruktur Maritim: Melanjutkan pembangunan pelabuhan dan konektivitas maritim untuk meningkatkan efisiensi logistik dan daya saing ekspor.
- Pemanfaatan Teknologi Digital: Transformasi digital di sektor perdagangan dan logistik dapat meningkatkan transparansi, efisiensi, dan daya saing Indonesia di pasar global.
- Peran Aktif di ASEAN: Sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia memiliki momentum untuk memimpin inisiatif-inisiatif yang memperkuat kerja sama regional, termasuk di bidang keamanan maritim dan mitigasi dampak perubahan iklim.
- Peningkatan Kapabilitas Militer Maritim: Indonesia harus memperkuat Angkatan Laut untuk menjaga kedaulatan di perairan dan menghadapi tantangan keamanan maritim yang semakin kompleks.
Teori Image dalam Pengambilan Keputusan
Teori Image (Image Theory) berfokus pada bagaimana individu membuat keputusan dalam konteks hubungan atau organisasi, dengan asumsi bahwa keputusan tersebut dapat tetap atau diubah di kemudian hari. Teori ini diusulkan sebagai alternatif dari teori pengambilan keputusan tradisional dan sebagai teori psikologis deskriptif tentang pengambilan keputusan yang diperkenalkan oleh Mitchell & Beach di tahun 1990 dalam jurnal Organizational Behavior and Human Decision Processes. Menurut teori ini, individu sering membuat keputusan secara intuitif dan otomatis, menggunakan proses yang sederhana, mudah, non-analitik, dan cepat, bahkan ketika keputusan tersebut memiliki kepentingan yang signifikan bagi pembuat keputusan. Dalam konteks kemenangan Trump dan dampaknya terhadap Indonesia, teori Image dapat membantu memahami bagaimana persepsi dan nilai-nilai memengaruhi keputusan politik dan ekonomi. Misalnya, persepsi negatif publik AS terhadap kondisi ekonomi, meskipun data makroekonomi menunjukkan stabilitas, dapat dijelaskan melalui kerangka kerja teori Image. Persepsi ini memengaruhi keputusan pemilih untuk mendukung Trump, yang menawarkan perubahan kebijakan ekonomi yang lebih sesuai dengan nilai dan harapan mereka. Demikian pula, Indonesia dapat menggunakan kerangka kerja teori Image dalam merumuskan strategi politik dan ekonominya. Dengan memahami persepsi dan nilai-nilai yang mendasari keputusan negara lain, Indonesia dapat mengantisipasi dan merespons perubahan kebijakan global dengan lebih efektif. Selain itu, dengan membangun citra positif melalui diplomasi dan kerja sama regional, Indonesia dapat memperkuat posisinya di kancah internasional dan melindungi kepentingan nasionalnya. Secara keseluruhan, kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024 memiliki implikasi yang luas bagi geopolitik dan ekonomi global, termasuk Indonesia. Dengan memahami dinamika ini dan menerapkan strategi yang tepat, Indonesia dapat menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul di tahun-tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H