Mohon tunggu...
LUCKY NUGROHO
LUCKY NUGROHO Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Mercu Buana

Filateli dan Berenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghadapi Dinamika Geopolitik: Strategi Prabowo-Gibran untuk Menciptakan Stabilitas Ekonomi Indonesia di Indo-Pasifik

1 Oktober 2024   15:06 Diperbarui: 1 Oktober 2024   20:23 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kawasan Indo-Pasifik merupakan pusat dari dinamika geopolitik global, yang mencakup berbagai kepentingan strategis dari kekuatan besar dunia. Dengan meningkatnya persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kawasan ini telah menjadi arena kontestasi yang kian memanas. Situasi ini diperburuk oleh ketegangan di Timur Tengah, yang mempengaruhi kestabilan harga minyak dunia dan, pada gilirannya, menambah ketidakpastian bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. 

Terpilihnya Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode 2024-2029 memberikan harapan baru bagi upaya Indonesia dalam memainkan peran strategis di kawasan ini. Dengan latar belakang militer dan pengalaman panjang dalam dunia politik, Prabowo diharapkan mampu mengarahkan kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih aktif dan adaptif dalam menghadapi tantangan global. Pada saat yang sama, kepemimpinannya bersama Gibran Rakabuming Raka diharapkan mampu membawa stabilitas ekonomi yang dibutuhkan di tengah kondisi global yang tidak menentu.

Tantangan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2025

Pada tahun 2025, Indonesia diperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan ekonomi yang kompleks. Pertama, ketidakstabilan harga minyak dunia akibat konflik di Timur Tengah, seperti serangan drone Iran ke Israel, telah menyebabkan lonjakan harga energi yang signifikan. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi dan transportasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Kedua, perlambatan ekonomi Tiongkok, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, dapat menekan sektor perdagangan luar negeri. Permintaan akan komoditas ekspor seperti batubara, minyak kelapa sawit, dan produk-produk manufaktur dari Indonesia dapat mengalami penurunan, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan negara dari sektor ekspor. Di sisi lain, kebijakan moneter ketat dari bank sentral negara-negara maju seperti Federal Reserve AS, yang enggan menurunkan suku bunga, dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi global. Hal ini berisiko menekan aliran modal ke negara berkembang seperti Indonesia, yang dapat mengakibatkan volatilitas nilai tukar dan penurunan investasi asing.

Peran Strategis Indonesia di Kawasan Indo-Pasifik

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan posisi geografis yang strategis, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memungkinkan negara ini untuk menjalin hubungan yang baik dengan berbagai kekuatan besar tanpa harus terikat pada salah satu pihak. Dalam pidatonya di IISS Shangri-La Dialogue 2022, Menhan Prabowo Subianto menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi persaingan kekuatan besar dan mendukung tatanan internasional berbasis aturan (rules-based order). 

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan ini tanpa memihak pada satu kekuatan tertentu. Oleh karena itu, untuk memperkuat perannya, Indonesia perlu terus aktif dalam mempromosikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), yang bertujuan untuk mendorong kerjasama dan dialog di antara negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Melalui AOIP, Indonesia dapat menjadi fasilitator dalam menyelesaikan sengketa maritim dan meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

Solusi Strategis dari Perspektif Ketahanan Geopolitik

Selanjutnya, untuk menghadapi tantangan geopolitik dan menjaga stabilitas ekonomi di tahun 2025, Indonesia perlu mengadopsi beberapa strategi berikut:

  • Memperkuat Diplomasi Ekonomi dan Perdagangan: Indonesia harus mengintensifkan kerjasama perdagangan dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik serta memperkuat hubungan ekonomi dengan mitra strategis lainnya. Diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan nilai tambah produk dalam negeri menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar tertentu, seperti Tiongkok. Selain itu, Indonesia perlu mendorong partisipasi aktif dalam perjanjian perdagangan regional seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia.
  • Mendorong Investasi di Sektor Energi Terbarukan: Ketergantungan pada energi fosil harus segera dikurangi dengan mendorong investasi di sektor energi terbarukan. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi pengembangan energi surya, angin, dan bioenergi, serta mempromosikan penggunaan energi yang lebih efisien di sektor industri dan transportasi. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan energi nasional, tetapi juga membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi karbon dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
  • Penguatan Sektor Ekonomi Domestik: Dalam menghadapi ketidakpastian global, pemerintah perlu fokus pada penguatan sektor ekonomi domestik, terutama di bidang pertanian, perikanan, dan industri manufaktur. Pengembangan infrastruktur yang mendukung sektor-sektor ini, seperti jalan, pelabuhan, dan teknologi digital, dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Selain itu, pemberdayaan UMKM melalui akses keuangan yang lebih baik dan pelatihan keterampilan juga penting untuk meningkatkan kapasitas ekonomi domestik.
  • Peningkatan Kapasitas Kebijakan Moneter dan Fiskal: Dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu, fleksibilitas kebijakan moneter dan fiskal sangat diperlukan. Bank Indonesia perlu terus memantau dinamika global dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan kebijakan yang bijaksana. Di sisi fiskal, pemerintah harus siap untuk mengeluarkan stimulus ekonomi yang tepat sasaran guna menjaga daya beli masyarakat dan mendorong investasi. Penguatan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
  • Penguatan Ketahanan Digital dan Keamanan Siber: Di era digital, keamanan siber menjadi komponen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pemerintah perlu mengembangkan strategi keamanan siber yang komprehensif untuk melindungi infrastruktur digital dari ancaman serangan siber yang dapat mengganggu sistem keuangan, layanan publik, dan keamanan nasional. Peningkatan kapasitas teknologi informasi dan pengembangan sumber daya manusia di bidang keamanan siber harus menjadi prioritas untuk memastikan ketahanan digital nasional.

Dengan demikian, di tengah dinamika geopolitik yang kompleks dan tantangan ekonomi global yang semakin meningkat, pemerintahan Prabowo-Gibran dihadapkan pada tugas yang berat untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan strategi yang tepat, seperti memperkuat diplomasi ekonomi, mendorong investasi di sektor energi terbarukan, dan meningkatkan ketahanan digital, Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai negara yang stabil dan kuat di kawasan Indo-Pasifik. Keberhasilan ini akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk merespon secara cerdas dan adaptif terhadap perubahan global yang cepat. (lq)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun