Mohon tunggu...
Lucky Lombok
Lucky Lombok Mohon Tunggu... -

lahir di jakarta saat ini tinggal di bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Ngejot di Bali

18 Juli 2011   05:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tradisi Ngejot Di Bal

Di Bali, ngejot artinya memberikan sesuatu (umumnya makanan) kepada orang lain ketika kita mempunyai hajatan atau pada saat hari raya tertentu. Mungkin hampir sama seperti di daerah lainnya di seluruh Indonesia, di Bali juga ada tradisi ngejot ini. Sebenarnya secara umum sifat orang Indonesia khususnya di Bali adalah tolong menolong dan saling berbagi, dan tradisi ngejot ini adalah salah satu bukti nyata. Tradisi ngejot di Bali bisa kita dibedakan menjadi dua yaitu ngejot ketika hari raya dan ngejot ketika seseorang memiliki hajatan atau melaksanakan suatu upacara adat/agama tertentu.

Ngejot ketika hari raya seperti Galungan, Kuningan dan lainnya biasanya bersifat sukarela dan lebih menyesuaikan situasi dan kondisi. Artinya apa yang kita miliki itulah yang kita berikan pada orang lain yaitu biasanya tetangga dan kerabat serta sanak famili. Mungkin karena di saat itu hampir semua orang juga merayakan hari raya, jadi bisa dibilang ibarat bertukar kado karena biasanya saling ngejot.

Di samping itu, di daerah tertentu yang majemuk, umat beragama non Hindu juga ikut menerima jotan (barang/makanan yang diberikan waktu ngejot),  begitu juga sebaliknya ketika hari raya umat lain seperti Idul Fitri, Natal, Waisak dan lainnya warga Hindu juga turut merasakannya. Betapa indahnya perbedaan bukan?

Sementara itu, ngejot ketika melaksanakan suatu upacara adat/agama seperti pawiwahan (pernikahan), mepandes/metatah (potong gigi), nelu bulanin (tiga bulanan), odalan, otonan dan lainnya sedikit berbeda. Untuk upacara yang tergolong besar seperti pernikahan, potong gigi, tiga bulanan, ngejot biasanya dilaksanakan lebih formal, isi jotan sudah diatur sedemikian rupa, daftar orang yang menerima jotan pun ada, serta yang membawakan jotan juga berpakaian adat. Isi jotan biasanya berupa sate, nasi (dengan takaran tertentu), lawar, buah dan lainnya. Orang yang menerima jotan biasanya per kepala keluarga, yaitu tetangga, dan sanak keluarga dalam jangkauan tertentu. Orang yang menerima jotan ini juga berarti diundang untuk datang menghadiri upacara tersebut.

Sedangkan untuk upacara agama yang lebih kecil seperti otonan, odalan di merajan alit (tempat suci keluarga kecil) dan lainnya, ngejot lebih dinamis seperti ngejot pada waktu hari raya agama. Tidak semua hari raya di Bali diikuti tradisi ngejot, yang sudah pasti adalah hari raya Galungan, Kuningan, Pagerwesi dan lainnya. Sedangkan hari raya Nyepi, Saraswati, dan beberapa lainnya jarang diikuti dengan tradisi ngejot.

itu ceritaku ......mana ceritamu ................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun