Mohon tunggu...
Lucky Bayu
Lucky Bayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendulum Politik Anies Baswedan

21 Desember 2018   20:28 Diperbarui: 21 Desember 2018   20:56 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies Rasyid Baswedan. Siapa tidak kenal? Gubernur DKI Jakarta yang terpilih dengan fenomenal, mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama.

Menengok hingar bingar Pilkada DKI kala itu dan melihat partai pengusungnya, maka wajar kini Anies berpihak pada pasangan Prabowo-Sandi. Bentuk dukungan itu setidaknya ditunjukkan dengan kemunculan Anies pada Reuni 212 dan acara-acara resmi Prabowo-Sandi.

Namun benarkah Anies berada pada gerbong 02? Jika anda atau banyak orang menganggapnya demikian, saya berpendapat sebaliknya.

Pertama, Anies bukan anggota partai politik manapun. Bukan Gerindra, bukan PKS, bukan juga PAN atau Demokrat. Dia independen. Orang mengenalnya sebagai Mantan Rektor Universitas Paramadina Jakarta.

Ketika namanya sudah agak terkenal, Anies mendaftar sebagai calon presiden lewat Konvensi Partai Demokrat untuk Pilpres 2014. Sayangnya, Demokrat hanya meraih suara 10,19 persen di Pemilihan Umum dan tidak dapat mengajukan calon presiden tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Anies pun berganti sauh dengan menjadi juru bicara Jokowi-Jusuf Kalla. Menang dan dia jadi Menteri Pendidikan. Oleh Jokowi dia dianggap nggak perform sehingga di-reshuffle.

Pilkada DKI 2017, Anies maju bersama Sandiaga Uno diusung Gerindra-PKS, menantang Ahok dengan PDIP-nya.

Apakah Anies maju dan pindah gerbong karena dendam pada Jokowi? Ah, terlalu naif jika hanya itu alasannya. Manuver-manuver politiknya lebih didorong oleh ambisi dan pragmatisme. Apalagi dia tidak berpartai. Mudah saja berpindah haluan asal menguntungkan.

Pragmatisme adalah kecenderungan seorang politisi oportunis seperti Anies. Nah jika dia bisa dengan mudah berpindah, siapa yang bisa menjamin Anies akan setia pada Prabowo?

Kedua, orang yang punya ambisi besar seperti Anies jelas punya proyeksi ke depan. Plus, sudah memperhitungkan cara meraihnya.

Dengan jabatannya sebagai Gubernur DKI, maka orang ini jelas berpotensi masuk konstelasi cawapres, bahkan capres. Menghitung waktu, jika Prabowo-Sandi 2019 menang maka paling cepat 10 tahun atau tahun 2029 kemudian, baru dia bisa jadi calon presiden/wakil presiden.

Jarak 10 tahun terlalu lama. Realitas politik bisa berubah tajam. Apalagi jika Anies tidak terpilih lagi di Pilkada DKI 2022, jelas namanya akan tenggelam dan tidak kedengaran pada 2029.

Kalaupun dia jadi gubernur lagi dan masa jabatannya berakhir 2027, namanya belum tentu cukup kuat untuk bertarung dengan kader partai yang lebih punya bargaining.

Kenapa harus menunggu 10 tahun, kenapa tidak lima tahun? Memang posisi Anies lebih kuat pada Pilpres 2024 daripada 2029. Tapi jika dia mengincar posisi Cawapres untuk Prabowo periode kedua, dia harus bersaing dengan kader-kader dari partai koalisi.

Sebagai petahana, Prabowo juga lebih banyak pilihan. Sebagai sosok Nasionalis, pimpinan Gerindra, dan representasi Jawa (lahir di Jakarta), Prabowo akan mencari wakil dari kalangan berbeda dari dirinya. Mungkin agamis, non Jawa, atau partai lain dari salah satu pendukungnya.

Partai-partai yang mengusungnya mungkin berubah dan tokoh kuat yang ingin jadi orang kedua akan bermunculan. Sandiaga Uno jelas prioritas. Masih ada AHY yang disodorkan Demokrat, atau PKS dan PAN juga bisa setor nama. Kalau koalisi berubah, bakal lebih banyak lagi. Cak Imin mungkin.

Mereka orang-orang kuat di partainya masing-masing yang lebih punya bargaining (dan dana) dibanding Anies.

Jadi satu-satunya jalan Anies bisa masuk ke pencalonan Pilpres (jika Pilpres 2019 dimenangkan Prabowo) adalah menunggu 10 tahun lagi. Itupun belum tentu.

Justru posisi Anies akan lebih menguntungkan jika Jokowi yang menang. Karena ia hanya perlu menunggu lima tahun jika ingin naik kelas ke Pilpres 2024.

Hitung-hitungannya, jika Prabowo kalah (lagi) dia akan habis. Dan partai oposisi butuh tokoh kuat untuk 2024. Anies jelas salah satunya. Setidaknya untuk wakil presiden. Selama lima tahun kedepan, posisi tawar dia masih kuat, popularitasnya juga masih bagus.

Ditopang ambisi politiknya, patut diduga Anies tidak sekadar berharap Jokowi menang. Daripada hanya mbatin atau berdoa usai shalat, sangat masuk akal jika Anies juga "bergerak". Toh, sebagai gubernur, Anies punya infrastruktur, fasilitas, dan jaringan untuk membantu Jokowi tanpa diketahui khalayak ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun