Mohon tunggu...
Lucky Azhari
Lucky Azhari Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

ex. Jurnalis Jawa Pos Radar Tulungagung. Penulis artikel olahraga dan hiburan. Hanya ingin menyajikan konten yang membuat pembaca klimaks menikmati alur tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kisah Manis Pasutri Mantan PMI Asal Blitar: Sukses Budidaya Melon Hidroponik, Terinspirasi Pertanian Korea Selatan

6 Januari 2024   08:52 Diperbarui: 6 Januari 2024   09:00 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasutri Yohanes Yulianto dan Maria berada di greenhouse melon hidroponik milik mereka - dok. Mochammad Luki Azhari/Jawa Pos Radar Tulungagung

Kisah inspiratif bisa datang dari siapa saja. Termasuk, dari pasangan suami istri (pasutri) warga Desa Sumberagung, Kecamatan Gandusari, Blitar, Yohanes Yulianto dan Mariana.

Sebelum menggeluti usaha pertanian dengan metode hidroponik, Yohanes dan Mariana lebih dulu merantau ke luar negeri. Keduanya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Korea Selatan (Korsel).

Ide merintis pertanian modern di kampung halaman dengan sistem hidroponik tidak tercetus begitu saja. Pasutri ini mengaku terinpirasi pertanian yang maju di Korsel.

"Bukan hanya orang tua, di sana dengan pertanian yang maju, anak-anak muda juga banyak yang akhirnya bertani. Karena menguntungkan," ujar Yohanes.

Yohanes mengakui tidak mudah menekuni usaha pertanian ini. Meski sempat terbentur dengan modal di awal, namun hal itu mampu ditekan agar pembiayaan dapat lebih efisien. Tahun 2017 menjadi perjalanan mereka menggeluti sektor pertanian.

Mariana menunjukkan melon varietas chamoe di greenhouse milknya. - dok. Mochammad Luki Azhari/Jawa Pos Radar Tulungagung.
Mariana menunjukkan melon varietas chamoe di greenhouse milknya. - dok. Mochammad Luki Azhari/Jawa Pos Radar Tulungagung.

"Selain lebih praktis, hidroponik tentu lebih sehat. Karena minim pengunaan pupuk kimia, hanya air dengan kadar pH (potential hydrogen) yang terukur," sambung pria berusia 43 tahun ini.

Tanaman pertama yang menjadi cikal-bakal usaha pasutri ini, yakni sayur-sayuran. Di antaranya, selada, pakcoi, bayam merah dan hijau, daun mint, dan kangkung.

Tanaman ini dikelola di depan hunian mereka. Mayoritas pembeli ibu rumah tangga sekitar. Bisnis lantas semakin berkembang. Singkat cerita, keduanya membentuk greenhouse di lahan persawahan tak jauh dari rumah.

Sukses dengan tanaman sayur, pasutri ini merambah ke jenis buah-buahan. Beberapa jenis melon, seperti varietas honey dew, chamoe, noewla, dan sweetnet berhasil dibudidayakan. Kadar air yang tinggi dan cita-rasa manis, membuat sejumlah varietas ini jadi incaran konsumen.

Konsistensi selama 7 tahun terakhir bukti kerjasama solid Yohanes dan Mariana. Pasutri yang sudah dikaruniai dua anak ini bagi tugas mengelola greenhouse dan seisinya. Persoalan teknis, seperti instalasi air, pengecekan kadar pH jadi tugas Yohanes. Sementara Maria, fokus pada perkawinan silang tanaman sebelum berbuah. Ini harus dilakukan secara telaten agar hasil optimal.

Seorang pembeli mengamati melon varietas sweetnet yang hendak dibelinya - dok. Mochammad Luki Azhari/Jawa Pos Radar Tulungagung.
Seorang pembeli mengamati melon varietas sweetnet yang hendak dibelinya - dok. Mochammad Luki Azhari/Jawa Pos Radar Tulungagung.

"Setidaknya, butuh waktu 60 hari untuk panen. Itu dari pembibitan hingga berbuah," jelas Mariana (40).

Sekali panen melon honey dew menghasilkan 750 kilogram (kg). Varietas melon khas Thailand ini paling laris di pasaran. Peminatnya bukan hanya warga sekitar, melainkan hingga luar kota, dan beberapa diantaranya dari kalangan dokter atau tenaga medis. Melon honey dew dibanderol Rp 25 per kg.

"Kami berharap ke depannya agar lebih maju. Salah satu yang kami ingini yakni membuat wisata petik melon untuk edukasi pula," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun