Mohon tunggu...
Lucky Azhari
Lucky Azhari Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

ex. Jurnalis Jawa Pos Radar Tulungagung. Penulis artikel olahraga dan hiburan. Hanya ingin menyajikan konten yang membuat pembaca klimaks menikmati alur tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kisah Li Xuerui: Mantan Ratu Bulu Tangkis China dan Pahitnya Cedera

4 Desember 2023   20:21 Diperbarui: 4 Desember 2023   20:57 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

China merupakan negara adidaya bulu tangkis. Tak heran, banyak daftar peraih gelar juara bergengsi dari China. Satu di antaranya mantan pebulu tangkis tunggal putri, Li Xuerui. Namanya begitu tersohor usai berhasil menyabet emas Olimpiade London 2012 lalu.

Sayangnya, badai cedera yang melanda Li Xuerui pada 2016 lalu membuat mimpinya sirna. Kembalinya Li di persaingan bulu tangkis selepas cedera tak membuahkan hasil signifikan. Dia pun akhirnya memutuskan gantung raket pada 2019. Namun begitu, kisahnya tetap menarik diulas kembali.

Legenda tungga putri kelahiran Chongqing, China, 24 Januari 1991 silam ini kali pertama muncul sekira tahun 2008. Di usianya yang masih belia, saat itu Li cukup menunjukkan pola permainan yang istimewa. Salah satu gelar bergengsi junior yang dia raih kala itu emas Kejuaraan Junior Asia 2008 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Di final, pemain bertubuh tinggi semampai ini mengalahkan wakil sesama Negeri Tirai Bambu, Wang Shixian melalui drama dua set langsung, 22-20, 21-13. Keperkasaannya terus berlanjut hingga 2010. Pada era tersebut, Li tidak sendiri. Banyak pebulu tangkis China lainnya yang mewarnai persaingan sektor tunggal putri.

Mantan tunggal putri China, Li Xuerui - dok. Hong Wu/Getty Images
Mantan tunggal putri China, Li Xuerui - dok. Hong Wu/Getty Images

Mereka di antaranya Wang Yihan, Wang Xin, Wang Lin, Wang Shixian, Jiang Yanjiao, hingga Liu Xin. Tak jarang dirinya bertemu dengan rekan senegara di babak-babak puncak. Li seringkali keluar sebagai yang terbaik yang semakin melambungkan namanya.

Pada tahun yang sama, Li berhasil meraih gelar level grand prix gold pertamanya di Macau Open Grand Prix Gold 2010. Di final, dia mengandaskan unggulan Indonesia, Adriyanti Firdasari dua set langsung, 21-18, 21-15. Keganasan Li Xuerui berlanjut di Badminton Asia Championships 2010. Di babak puncak, pemain jangkung ini mengalahkan kompatriotnya, Liu Xin lewat rubber gim, 21-13, 18-21, 21-19.

Menjelang gelaran Olimpidae London 2012, prestasi Li terus melejit. Dia bahkan memenangi Thailand Open GPG 2011, Bitburger Open 2011, dan German Open GPG 2012. Konsistensi Li semakin menjadi saat sukses memboyong trofi turnamen prestisius All England 2012, setelah di final menumbangkan Wang Yihan, 21-12, 21-19. Musim 2012 agaknya menjadi puncak karier seorang Li Xuerui. Jika diakumulasi, total 5 gelar super series BWF telah diraihnya. 

Tunggal putri China, Li Xuerui (kiri) saat menjuarai All England 2012 - dok. Miguel Medina/Getty Images
Tunggal putri China, Li Xuerui (kiri) saat menjuarai All England 2012 - dok. Miguel Medina/Getty Images

China lantas mempercayakan tiga tunggal putri terbaik di Olimpiade London 2012. Selain Li Xuerui, ada pula Wang Yihan dan Wang Xin. Keputusan Negeri Panda menurunkan Li Xuerui benar-benar keputusan tepat. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Li melesat ke final dan kembali bentrok dengan Wang Yihan. Permainan sengit ditunjukkan kedua pemain. Laga kemudian berakhir dengan kemenangan dramatis Li Xuerui dengan skor 21-15, 21-23, 21-17.

Berdiri di podium tertinggi di perhelatan akbar empat tahunan itu memang jadi dambaan Li. Raut wajah bahagia dan tangis haru tak dapat dia sembunyikan saat lagu kebangsaan China berkumandang. 

Tunggal putri China, Li Xuerui menunjukkan medali emas Olimpiade London 2012 - dok. Michael Regan/Getty Images
Tunggal putri China, Li Xuerui menunjukkan medali emas Olimpiade London 2012 - dok. Michael Regan/Getty Images

Meski telah mencetak sejarah meraih emas olimpiade, pemain dengan dua perak kejuaraan dunia ini enggan pensiun dini. Dirinya justru semakin ganar di berbagai ajang kejuaraan perorangan maupun beregu. Pada 2015, dia berhasil menjuarai Denmark Open 2015 usai menekuk P.V Shindu asal India, 21-19, 21-12.

Misi Li Xuerui menambah pundi-pundi medali emas pada olimpiade terus menguat. Bersama Wang Yihan, dia kembali bertanding di Olimpiade Rio 2016. Melenggang ke semifinal, dia berhadapan dengan wakil Spanyol, Carolina Marin. Semula laga berjalan lancar. Namun memasuki separo akhir set kedua, Li Xuerui tergeletak usai pukulan lob ke lawan. Posisi yang salah saat mendarat membuat Li menderita cedera anterior cruciate ligament (ACL) dan lateral meniscus.

Meski mendapat perawatan medis, Li tetap bertanding hingga akhir laga. Sayangnya, kondisi yang tidak memungkinkan membuatnya kalah dari Carolina Marin, 14-21, 16-21. Keadaan ini lantas memaksanya melepas medali perunggu kepada tunggal putri Jepang, Nozomi Okuhara pada perebutan posisi ketiga.

Tunggal putri China, Li Xuerui cedera saat menghadapi wakil Spanyol, Carolina Marin di semifinal Olimpiade Rio 2016 - dok. David Ramos/Getty Images
Tunggal putri China, Li Xuerui cedera saat menghadapi wakil Spanyol, Carolina Marin di semifinal Olimpiade Rio 2016 - dok. David Ramos/Getty Images

Hiatus cedera lebih dari setahun, pemegang ranking 1 selama 124 pekan ini kembali ke lapangan pada 2017. Tepatnya pada gelaran kejuaraan nasional (kejurnas). Lantaran cedera lutut belum sepenuhnya pulih, dia memutuskan bermain di nomor ganda untuk sementara waktu. Sayangnya, Li terhenti di penyisihan grup.

Setahun kemudian, persisnya pada 2018 dia kembali di sektor tunggal putri. Dia mulai mengikuti turnamen kelas bawah. Hasilnya, empat gelar dia persembahkan, di antaranya China Masters 2018, US Open 2018, Canada Open 2018, dan Korea Masters 2018.

Lantaran tak mampu mengikuti kerasnya persaingan tunggal putri dunia ditambah riwayat cedera, Li Xuerui memutuskan pensiun pada 2019. Korea Open 2019 jadi turnamen terakhir yang diikutinya. Dia tak mampu melanjutkan laga saat menghadapi wakil Jepang, Sayaka Takahashi dan mmenyerah dengan skor 15-21, 3-11.

Lama tak terdengar kabarnya pascapensiun, Li menghebohkan publik dengan kabar pernikahannya dengan mantan pebulu tangkis China, Qiao Bin pada Desember 2019. Keduanya pun dikaruniai seorang putra.

Meski sudah lama pensiun, Li masih belum bisa jauh dari dunia olah raga. Dia saat ini tengah sibuk menjadi dosen olah raga di sebuah kampus di China, sementara sang suami diketahui menjadi pelatih di Pelatnas Bulu Tangkis China (CBA).***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun