Mohon tunggu...
Lucky Azhari
Lucky Azhari Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

ex. Jurnalis Jawa Pos Radar Tulungagung. Penulis artikel olahraga dan hiburan. Hanya ingin menyajikan konten yang membuat pembaca klimaks menikmati alur tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Raket

Ganda Putra Indonesia Berkelas?

22 Juli 2023   23:56 Diperbarui: 22 Juli 2023   23:59 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto - dok. Shi Tang/Getty Images

"Kita (Indonesia) gudangnya ganda putra, ya!" ucap Dicky, salah satu teman di klub bulu tangkis.

"Bukan gudangnya, tapi kiblatnya," jawabku menyanggah.

Obrolan singkat Sabtu (22/7) sore itu kemudian berlanjut ke lapangan. Net putih yang membentang di tengah-tengah karpet hijau berbahan dasar karet itu jadi pembatas laga 'nostalgia' antara aku dan Dicky.

Ya, kami memang berangkat dari salah satu klub bulu tangkis kecil di desa. Aku dan Dicky, masing-masing bermain di tunggal putra. Sebelum akhirnya kami dipasangkan menjadi ganda putra. Dulu, saat kami masih berusia 11 tahun, rasanya setiap hari ingin selalu latihan. Bahkan, apapun porsinya disikat hehehe...

Tapi apa daya, setelah masuk bangku SMP, keinginan menjadi atlet redup. Masing-masing dari kami kemudian memutuskan mengejar hal yang sesuai kemampuan.

Sekian tahun berlalu, akhirnya bisa tanding lagi dan berakhir dengan keunggulan rekan jangkung ku itu. Skor akhir tercatat 9-21, 21-8, 23-25.

Setelah laga nostalgia itu, kami lantas duduk bersandar di tembok. Topik pembahasannya, yakni turnamen Korea Open 2023 yang kini tengah berlangsung. Kami sama-sama bertukar pikiran tentang wakil Indonesia yang gugur berjamaah.

Lagi-lagi, hingga menembus babak final turnamen kasta BWF Super 500 itu, sektor ganda putra yang mampu berbuat buat banyak. Bendera Indonesia di babak final Korea Open 2023 itu pun diusung oleh pasangan peringkat 1 dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Tiket ke babak pamungkas itu didapat setelah keduanya mengandaskan wakil tuan rumah, Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae dengan skor 17-21, 21-16, 21-18. Kualitas pertandingan yang ditunjukkan Fajar/Rian itu pun sangat kentara. Permainan depan dari Fajar tampak menantang, sementara diimbangi dropshoot dan smash keras dari Rian. Poin demi poin pun diraih hingga menutup pertandingan dengan kemenangan manis.

Kami lantas memakluminya, karena memang sejak lama Indonesia tak pernah kekurangan stok ganda putra. Mulai dari Christian Hadinata/Ade Chandra di era 1970-an, dilanjutkan pada era 1980-an dengan pasangan legendaris Tjun Tjun/Johan Wahyudi.

Ada sejumlah pasangan emas Indonesia yang bersinar sepanjang masa. Kami pun (saat masih bocil) bermimpi menjadi seperti mereka. Memang seberkualitas itu pasangan ganda putra Indonesia.

Christian Adinata/Ade Chandra
Indonesia punya pasangan elit, yakni Christian Hadinata/Ade Chandra. Keduanya begitu disegani lawan-lawannya dan membuktikan sebagai yang terbaik dengan juara beruntun All England 1972 dan 1973 serta juara Asian Games 1978 dan 1982.

Tjun Tjun/Johan Wahyudi
Usai kedigdayaan Christian Hadinata/Ade Chandra meredup, giliran Tjun Tjun/Johan Wahyudi yang bersinar. Kedua pasangan itu juga sempat jadi rival berat. Tjun/Johan tak kalah moncer. Pasangan ini juga menyumbangkan prestasi emas pada ajang All England 1974, 1975, 1977, dan 1980. Mereka juga merajai tribun juara pada turnamen yang digelar sepanjang 1970-an.

Eddy Hartono/Rudy Guawan
Selanjutnya ada pasangan Eddy Hartono/Rudy Guawan. Pasangan ini, kata ayahku dulu juga jadi pasangan tterbaik yang mampu bersaing ketat melawan ganda putra terbaik Korea, Park Joo Bong/Kim Moon Soo dan jagoan china, Tian Bingyi/Li Yongbo. Eddy/Rudy menyumbang medali perak di Olimpiade Barcelona 1992 usai di final kalah melawan pasanga Korea tersebut.

Ricky Subagja/Rexy Mainaky
Kegagalan seniornya dalam meraih emas Olimpiade Barcelona tak mau diteruskan oleh Ricky Subagja/Rexy Mainaky. Pasangan tersebut moncer pada Olimpiade Atlanta 1996 dengan meraih medali emas. di tahun 1990-an, pasangan ini digdaya dengan menjuarai All England 1995 dan 1996, juara dunia 1995, juara Indonesia Open 1993 dan 1994, juara Asian Games 1994 dan 1998, dan prestasi apik lainnya.

Candra Wijaya/Tony Gunawan
Kejayaan ganda putra pun berlanjut ke pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan. Meski pada akhirnya Tony Gunawan pindah menjadi kewarganegaraan Amerika Serikat, namun mereka mengukir sejarah manis dengan meraih emas Olimpiade Sydney 2000 dan berhasil naik podium pada ajang-ajang bergengsi lainnya.

Markis Kido/Hendra Setiawan:
Duet Kido/Hendra melanjutkan tongat estafet kedigdayaan ganda putra Indonesia. Pasangan ini tercatat sebagai peringkat 1 dunia, serta meraih emas Olimpiade Beijing 2008. Duet Kido/Hendra itu juga menjadi pesaing kuat China, Cai Yun/Fu Haifeng dan Jung jae Sung/Lee Young dae dengan menjuarai ajang Kejuaraan Dunia 2007 dan emas Asian Games 2010.

Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan
Stok pasangan ganda putra terus berlanjut. Kali ini pada era 2013 (usai Hendra dan Kido dipisahkan), Ahsan/Hendra jadi monster ganda putra dunia. Hasilnya pun cemerlang. Pada 2013, mereka menjadi juara dunia 2013, Indonesia Open 2013, dan Malaysia Open 2013. Lalu pada 2018-2019 keduanya yang sudah tak muda, tampil ganas dengan menjadi kampiun di ajang All England, Juara Dunia, dan BWF World Tour Final. Keduanya saat ini (2023) masih berpasangan, dan bertengger di ranking 8 BWF.

Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon
Pasangan berjuluk The Minions ini mungkin jadi yang paling menggegerkan dunia bulu tangkis dari sekian banyak pasanganlegendaris Indonesia lainnya. Kevin/gideon mencatatkan dirinya sebagai pemegang ranking 1 dunia terlama di nomor ganda putra BWF. Mereka juga merajai turnamen yang diselenggarakan BWF pada era 2016 hingga 2019. Seperti All England, French Open, Japan Open, Indonesia Open, China Open, dan puncaknya Asian Games 2018. Meski begitu, mereka belum berhasil kampiun di ajang Juara Dunia dan Olimpiade.

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto
Pasangan ini kini jadi penerus kejayaan 8 ganda putra Indonesia sebelumnya. Fajar/Rian kini menduduki ranking 1 dunia dengan raihan gelar juara bergengsi. Mulai Chinese Taipei Masters 2016, Malaysia Masters 2018 dan 2022, Korea Open 2019, Swiss Open 2019 dan 2022, Indonesia Masters 2022, Denmark Open 2022, Malaysia Open 2023 dan All England Open 2023.

Sebenarnya masih banyak ganda putra indonesia lainnya yang belum diulas namun tak kalah ganasnya. Tetapi, dari sekira 9 pasangan itu, mereka begitu gemilang di masanya. Terkini di Korea Open 2023, Indonesia hanya punya satu wakil di final yakni Fajar/Rian. Semoga mereka mampu menyelamatkan wajah Indonesia.

Nah, dari ulasan ini, bulu tangkis Indonesia utamannya di sektor ganda putra agaknya masih sangat berkelas. ganda putra kita juga disegani oleh pesaingnya, utamanya dari China, Denmark, Korea, dan Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun