Potensi pertanian Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Dijuluki negara agraris, jelas bukan satu keanehan. Sebab, sektor pertanian memegang peranan penting dalam hal perekonomian nasional.
Pemerintah pun berupaya memberikan fasilitas untuk mendongkrak sektor ini. Mengingat, luasnya lahan pertanian dan benyaknya petani.
Salah satu fasilitas itu, yakni pengadaan pupuk bersubsidi. Seperti organik dan beberapa jenis pupuk lainnya.
Melalui pengadaan dari pemerintah itu, para petani yang tergabung di kelompok tani (poktan) resmi, bisa menerima pupuk bersubsidi dengan harga lebih ekonomis.
Sayangnya, sejumlah petani mengaku bahwa kedatangan pupuk tersebut kerap mengalami keterlambatan sebulan bahkan lebih.
Salah seorang petani di Blitar mengaku, molornya kedatangan pupuk ini jelas berimbas pada masa tanam hingga hasil tanaman.
Bukan hanya itu, petani juga menyebut, stok pupuk selalu tak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Seolah menyusut tiap tahun.
"Mengeluhnya karena selain kadang terlambat, pupuk kurang. Jadi ada tanaman yang tumbuh beda," ujar seorang petani yang tak ingin disebutkan namanya.
Ya, salah satu dampak yang sudah dirasakan, yakni kualitas hasil tanaman yang tak merata. Menurutnya, ini membuat petani merugi.
Dia berharap, distribusi dan jatah pupuk subsidi untuk para petani bisa cukup di setiap lahan pertanian. Sehingga, kualitas tanaman bisa semakin baik.
"Lha kalau subsidi sulit, petani juga bingung mau beralih yang non subsidi. Mahal harganya dua kali lipat. Itu kan pupuk impor," imbuhnya.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar, Nevi Setyabudiningsih mengatakan, sejatinya, pupuk sudah disesuaikan dengan kebutuhan.
Dia tak menampik bahwa pemerintah pusat tidak bisa memenuhi kebutuhan pupuk hingga 100%. Sebab, ingin membawa pertanian menuju organik.
"Nah, soal pupuk tidak ada istilah langka. Memang tujuan pemerintah membawa sektor pertanian mengurangi penggunaan pupuk kimia," tandasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H