Kegiatan mengawali hari pertama semarak Idul Fitri di Blitar, ada tradisi bertajuk 'Ambengan Riayan' yang hingga kini terus eksis.
Tak dapat dipungkiri, perayaan lebaran bagi umat Islam merupakan momen yang begitu dinantikan.
Selain bisa menyatukan keluarga, suasana lebaran juga dimanfaatkan untuk nguri-uri budaya lokal.
Di Blitar, ada sejumlah daerah yang mengenal tradisi Ambengan Riayan. Tradisi ini dilakukan usai melaksanakan salat ied di masing-masing musala.
Kemudian, kebiasaan positif ini juga melibatkan warga yang berdomisili di sekitar titik musala.
Seperti terpantau saat pelaksanaan tradisi tersebut, baik pria dan wanita berbondong-bondong datang ke musala membawa hidangan untuk dinikmati bersama.
Tradisi itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan nikmat dari Sang Maha Kuasa usai berperang melawan hawa nafsu selama Bulan Ramadan.
Salah seorang pemilik Musala Al Fithrah, Nur Chamdi mengatakan, Ambengan Riayan memang dilakukan secara rutin setiap hari pertama Idul Fitri.
"Tujuan supaya antartetangga saling dekat dan menandai awal kehidupan yang lebih baik," kata pria yang akrab disapa Nur, Senin (2/5) lalu.
Untuk diketahui, ada menu khas syukuran yang dibawa di musala atau masjid. Seperti nasi, lauk pauk, sayuran, hingga mie. Masyarakat terkadang membawanya dalam bentuk nasi kotak, takir, ataupun satu wadah baskom penuh.
Nantinya, kata Nur, makanan-makanan itu bakal dibagikan rata kepada warga sekitar. Sehingga, bisa turut merasakan arti kebahagiaan.
"Ini nanti ada yang dibagikan lagi, tergantung situasi. Tapi, mereka harus makan dulu di sini (musala, Red.)
Sejatinya, lanjut Nur, dirinya tidak mengetahui secara pasti sehak kapan tradisi itu ada. Namun dia meyakini, para leluhur sudah sedari lama melaksanakan tradisi itu.
Kendati demikian, Nur menyebut, tradisi ambengan riayan itu akan terus dilakukan secara maksimal apabila warga dalam keadaan kompak. Sehingga, potensi perpecahan dalam hidup berdampingan dapat dihindari.
Dalam pelaksanaannya, warga yang sudah datang lalu duduk melingkar dan menikmati sajian menu tradisional. Setelah itu, masyarakat bisa merayakan indahnya Idul Fitri dengan ketulusan hati.
"Sudah jalan enam tahun musala ini dibangun. Tapi, setiap tahunnya Ambengan Riayan terus kami lestarikan seperti yang dulu-dulu," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H