Mohon tunggu...
Lusius Sinurat
Lusius Sinurat Mohon Tunggu... Trainer, Penulis & Editor Buku, Essais -

Public Trainer & HR Consultant of Cerdas Bersinergi Consulting http://www.cerdasbersinergi.com | Founder/Ketua Dewan Pembina LSM DAG-DKI www.dag-dki.com | Blogger www.lusius-sinurat.com | Twitter @5iu5

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangisan Pengungsi Suriah

11 September 2015   09:05 Diperbarui: 11 September 2015   09:16 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sesungguhnya saudara kami?
Saudara kami adalah mereka
yang memiliki dua helai baju
dan memberi kami sehelai.

Saudara kami adalah mereka
yang berbagai tempat tinggal
di saat kami hidup dalam pengungsian
hingga terkatung-katung menggelandang.

Saudara kami adalah mereka
yang membuka pintu bahagia bagi kami
yang sedang terusir dari rumah kami sendiri.

Saudara kami berbeda
dengan mereka yang seagama,
bahkan satu ras dengan kami.

Saudara kami,
bahkan bukanlah pertama-tama
yang postur tubuh, tampilan wajah,
tinggi badan rata-rata,
bahkan format rambut
yang mirip dengan kami.

Saudara kami itu
bisa saja berbeda agama dengan kami,
yakni mereka yang dituduh
oleh orang-orang yang seagama dengan kami
sebagai "orang kafir".

Saudara kami itu bisa jadi
adalah mereka yang bahkan
tidak takut mengalami deflasi ekonomi di negaranya
demi menampung yang tak lagi punya apa-apa.

Itu sangat mungkin,

dan memang mungkin....

Inilah yang sungguh

kami alami saat ini!

 

Saudara kami adalah mereka
yang tak pusing darimana asal kami
namun tetap membentangkan spanduk "selamat datang"
kepada kami yang tiba-tiba datang
sembari memeluk kami yang kedinginan
dalam perjalanan kami meminta suaka ke negara mereka.

Ketika kami ini adalah orang-orang Arab
dan kami beragama Islam,
tadinya kami berharap
agar negara-negara makmur
seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kwait, Jordania
dan beberapa negara hebat di wilayah Timur Tengah
akan siap memahami penderitaan kami
karena serangan membabibuta ISIS..

Tapi tidak ! Mereka seakan tidak peduli.
Entah bagaimana nasib saudaranya sesama Arab
mereka bahkan tak berbunyi...

Tentu saja kami tak akan mengutuk mereka,
saudara-saudara Arab kami yang telah kehilangan solidaritas.
Kami juga tak akan menghantui mereka
dengan jiwa-jiwa dari orang Suriah
yang telah tenggelam dan mati ditengah lautan.
yang telah mati secara sadis,
hingga jiwa yang menghilang secara tak jelas
oleh serangan keji ISIS, kaum durjana nan ngeri di negara kami.

Kami justru bersyukur
karena ada saudara-saudara kami di Eropa,
yang oleh nenek-moyang kami sering digelari "negara kafir".
dan dalam kekafiran itu justru merekalah yang menampung kami.

Kaum kafir itu pula yang menyelimuti kami
di saat kami datang dalam kondisi kedinginan,
berbagai makanan di saat mereka tahu kami kelaparan,
berbagai tempat tinggal di saat kami tak lagi punya rumah
dengan membangun tenda-tenda dan
penampungan layak bagi kami.

Kami justru bersyukur dan berterimakasih
kepada kaum kafir itu, kepada penganut agama kafir itu
apalagi di saat pemimpin 'agama kafir' terbesar di dunia,
Paus Fransiskus berseru kepada umatnya di Eropa
agar bersedia menampung kami, para pengungsi Arab.

Entahlah,
kami tak bermaksud menyalahkan
siapa-siapa pun dalam penderitaan kami.
Hanya saja, lewat penderitaan ini
kami justru belajar memperdalam keimanan kami,
yakni bahwa Allah mencintai kami
melalui siapa saja,
tak terkecuali kaum yang kami gelar kaum kafir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun