Secangkir kopi buat mirna,
Ku pesan saat dia datang,
Di sebuah kafe, tempat kami janji berjumpa.
Secangkir kopi buat mirna,
Kupesan sesuai yang dia suka,
Tanpa sianida karena aku ingin dia tetap bernyawa,
Dan kembali kepada keluarganya dengan suka cita.
Sayang, itu hanya fatamorgana,
Karena di dunia nyata sesungguhnya dia sudah tiada,
Sianida didalam kopi favoritnya, telah merenggut hidupnya.
Keluarga berduka, dan hidup mereka tidak akan pernah sama,
Siapa?
Siapa yang telah menabur racun di kopinya. Sungguh tega.
Dia datang, karena memenuhi undangan sahabat yang menganggapnya hanya sebatas teman biasa...
ternyata hanya untuk mengantarkan nyawa.
Seandainya dia tahu, dia akan mati di saat itu.
Tentu dia akan, memilih tidak pergi.
Yang dia tahu, hanyalah dia tidak berani pergi sendiri.
Dia meminta Hanny datang menemani.
Hanny menjadi saksi, bahwa pilihannya untuk tidak berani pergi sendiri menjadi bukti,
Karena seseorang menghendaki dia mati.
Palembang, 22 Oktober 2016
Sambil menunggu vonis hakim, semoga korban mendapat keadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H