Mohon tunggu...
Lucia Widi
Lucia Widi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

common people like you..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Dia Bernama Kelimutu

2 Maret 2014   01:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keagungannya tak kalah dengan Gunung Rinjani di Lombok. Dia berada di Desa Moni, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai ke sana, kamu harus melakukan perjalanan selama satu setengah jam dari Ende dengan menggunakan bus menuju Maumere. Atau bisa menyewa mobil travel, hanya saja biaya lebih mahal. Moni sendiri adalah sebuah desa kecil yang cukup asri. Hamparan sawah hijau mengelilingi rumah-rumah penduduk yang berada di kaki gunung. Hawanya sejuk, berbeda dengan sebagian besar daerah di Flores yang panas. Dari desa Moni, kamu harus melakukan perjalanan sepanjang 12 km untuk mencapai kaki gunung itu dengan menyewa motor yang disediakan oleh banyaknya penginapan di Moni. Lalu setelahnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih satu sampai dua jam.

Kebanyakan orang yang datang ke gunung itu, memulai perjalanannya dari subuh. Alasannya agar bisa melihat matahari terbit. Karena kalau terlambat sedikit, kabut datang dihalau oleh sang surya. Dan kamu akan kehilangan momen indah itu.

Kalau kamu datang sendiri, jangan kawatir. Karena di setiap penginapan dipastikan menawarkan jasa pemandu. Masyarakatnya pun ramah-ramah. Mereka selalu memberikan senyum dan sapa terbaik. Sangat tulus.

Dia memiliki tiga kawah dengan warna yang berbeda-beda. Dan sewaktu-waktu warna tersebut bisa berubah karena ada zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sinar matahari pun turut andil dalam perubahan tersebut. Ada yang bilang kawah-kawah itu berwarna putih, hijau, dan biru. Sebagian lain berkata hitam, hijau zamrud, dan merah. Belakangan menjadi hitam, hijau kebiruan, dan biru menuju hitam.

Danau-danau tersebut memiliki legenda yang dipercaya oleh masyarakat adat Ko’onara, penduduk suku asli gunung tersebut. Ko’onara sendiri merupakan keturunan dari Lio, suku yang tersebar hampir di wilayah Ende. Konon, danau tiga warna itu dijaga oleh burung arwah yang berbeda-beda. Ada Tiwu(kawah) Nua Muri Koo Fai, yang dijaga oleh burung arwah para bayi dan anak muda. Arwah yang belum memiliki dosa. Dia berwarna hijau. Lalu ada Tiwu Ata Polo, kawah berwarna hitam yang dijaga oleh arwah-arwah jahat. Dan terakhir, yang mendiami puncak teratas adalah Tiwu Ata Mbupu. Kawah ini dijaga oleh burung para nenek moyang, arwah orang-orang suci dan bijaksana. Kamu harus berjalan menanjak lagi dari posisi dua sebelumnya untuk mencapai kawah berwarna putih itu.

Dan sepertinya sang surya sudah berada tepat di atas kepala. Teriknya akan menuntun kamu untuk meninggalkan kawah tiga warna yang cantik itu. Biarkan burung-burung bekerja, terbang di atas arwah yang dijaganya. Dan kamu akan pulang dengan membawa kenangan indah. Sambil berharap semoga bisa bejumpa kembali dengannya. Dia bernama Kelimutu.

1393253438459348736
1393253438459348736

13932535301885398669
13932535301885398669

1393253729691622425
1393253729691622425

13932539811704852906
13932539811704852906

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun