Mohon tunggu...
Lusiana
Lusiana Mohon Tunggu... Guru - Guru

saya suka membaca kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

26 Juli 2016   10:23 Diperbarui: 26 Juli 2016   10:41 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

PENYUSUN

LUSIANA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan karya tulis sederhana ini yang berjudul “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”.

Dan saya mengucapkan terima kasih kepada :

semua pihak yang telah membantu terselesainya karya tulis yang sederhana ini. Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Harapan Saya apabila ada kurang lebihnya mohon saran dan kritiknya.

Bekasi, 27 Juli 2016

Penyusun,

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat, baik itu melalui media cetak, wawancara, dialog dan lain sebagainya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan yang terjadi dimana-mana, sirkulasi ekonomi yang terhambat serta dunia politik yang menuai pro dan kontra menjadi salah satu topik yang hangat di masyarakat. Berbagai alternatif penyelesaian masalah ini telah dilakukan seperti peraturan, undang-undang, dan penerapan hukum yang lebih kuat.

Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budaya dan karakter bangsa juga telah menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah telah mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa ini melalui Departemen Pendidikan Nasional. Karena itulah saya tertarik menjadikan topik ini sebagai bahasan karya ilmiah sederhana yang akan kami tulis.

1.2 Identifikasi masalah

a. Peristiwa apa sajakah yang kini marak terjadi sebagai bentuk penyimpangan dari karakter bangsa ?

b. Apa sebab-sebab terjadinya penyimpangan karakter tersebut?

c. Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat penyimpangan karakter ini?

d. Bagaimana upaya mengurangi atau bahkan menghilangkan penyimpangan karakter tersebut ?

1.3 Rumusan masalah

Bagaimana pengaruh penyimpangan karakter ini pada prestasi siswa?

1.4 Tujuan dan manfaat

a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku anak bangsa yang terpuji dan sejalan dengan karakter bangsa Indonesia.

b. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa.

c. Mengembangkan sikap mandiri, disiplin, jujur, kreatif dan berwawasan kebangsaan

1.5 Metode penelitian

a. Mengamati kondisi kegiatan belajar dan mengajar di sekolah

b. Membaca buku sumber

Bab II

Pembahasan

2.1 Contoh-contoh perilaku penurunan moral

Ada beberapa peristiwa yang tergolong penyimpangan karakter di negeri ini. Contoh kecil saja, di zaman yang sudah modern ini banyak orang yang lupa beretika, lupa menjaga sopan santun, tak mau saling tolong menolong, tak bertanggung jawab, tidak tahu batas-batas pergaulan dan masih banyak lagi. Hal sekecil itu saja sudah tak terkendali, apalagi hal yang besar.

Realitanya, banyak makelar kasus, penggelapan pajak, korupsi, kejahatan yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab dan yang amat sangat memprihatinkan adalah perilaku remaja Indonesia yang masih berada di usia sekolah. Menurut survey, pada tahun 2015 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia sekitar 18.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit HIV dan AIDS, 63% remaja melakukan hubungan seksual di luar nikah, 21% diantaranya melakukan aborsi dan sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pemakai narkoba dan 1,1 juta diantaranya adalah pelajar tingkat SMP hingga mahasiswa. Keadaan inilah yang membuat keadaan negeri ini semakin buruk.

2.2 Sebab-sebab penurunan moral

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak sekaligus orang pertama yang memberikan kasih sayang, bahkan ketika anak itu masih ada dalam kandungan. Contohnya saja seorang ayah mengumandangkan adzan dengan lirih di telinga sang anak ketika ia baru saja dilahirkan, itulah bekal awal untuk mengawali hidup dengan kebaikan. Sedangkan, ketika sang anak hendak tidur, ibulah yang menenangkan atau membacakan dongeng untuknya. Tidak hanya itu, ayah dan ibu juga mengajari putra putrinya berjalan, berbicara dan mulai berkomunikasi dengan orang lain. Dengan begitulah, orang tua memberi bekal utama dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi anak yang baik.

Namun, kenyataannya ada orang tua yang belum mengerti bagaimana cara mengasuh anak dengan penuh cinta dan kasih sayang. Buktinya, ada saja orang tua yang menitipkan anaknya kepada babby sitter (pengasuh) atau asisten rumah tangga. Sehingga, anak tersebut mendapatkan pendampingan tumbuh dan berkembang bukan dari orang tua yang sudah berkeahlian mengurus anak dan tidak pula orang tua itu menjadi pendamping terindah ketika anaknya tumbuh. Ada saja alasan yang dijadikan para orang tua untuk memutuskan menitipkan anak kepada babby sitter. Salah satu alasan andalannya adalah karena harus mencari nafkah untuk membiayai anak itu, padatnya jam kerja dan lain sebagainya. Seharusnya tidak begitu. Boleh saja bekerja, tanpa melupakan tugas utama sebagai orang tua.

Ada pepatah bilang, bahwa “segala sesuatu yang ditangani oleh orang yang bukan ahlinya, tunggulah saat kehancurannya.” Berarti harusnya para orang tua harus memiliki kemampuan dalam hal mengurus anak. Tidak hanya itu, bentuk perlakuan yang diterima anak dari orang tua dan lingkungan, menentukan kualitas kepribadian seorang individu. Seseorang yang memiliki kepribadian lemah karena ia kurang mendapat perhatian penuh dari orang tua, kurang rasa aman, sering dimanjakan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat karena ia telah mendapat perhatian penuh dari orang tua, kehangatan jiwa dan pemberian pengalaman hidup dari orang tuanya.

Peran kedua sebagai seseorang yang mengembangkan karakter anak adalah guru. Sebagai seorang guru, hendaknya memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya terutama sering-sering mengecek siswanya. Tidak hanya sekedar menghabiskan bab-bab pada buku pelajaran, sekedar menyampaikan informasi atau mengejar target kurikulum.

Menurut pengakuan salah satu siswa, ada saja kelemahan guru yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas, diantaranya :

1. Tidak punya selera mengajar

2. Kurang memperkaya materi (lemah sumber)

3. Kurang disiplin

4. Asal masuk kelas

5. Tidak bisa komputer

6. Kurang terampil

7. Asal sampaikan materi, urutan tidak akurat

8. Di kelas diremehkan anak

Hal yang seperti inilah yang bisa menjadi salah satu penghambatnya.

Peran ketiga adalah masyarakat atau tempat anak itu tinggal atau bermain atau bergaul. Anak bisa terkontaminasi kebiasaan yang buruk akibat pengaruh luar. Sehingga, sedini mungkin orang tua harus bisa menjaga anak-anaknya dari pengaruh luar yang negatif.

2.3 Dampak penurunan moral

a. Banyak anak berperilaku anarkis

b. Banyak anak tidak memiliki sikap yang santun terhadap orang lain

c. Tidak mau tolong menolong dengan sesama, dan tidak menghargai sesuatu

d. Banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan anak terhadap orang tuanya

e. Perubahan gaya hidup, mulai dari nilai-nilai agama, sosial dan budaya

f. Jati diri bangsa Indonesia luntur

2.4 Upaya meminimalisir penurunan moral

a. Bagi para orang tua, sebaiknya mulai sekarang belajar bagaimana mengasuh anak yang baik dan benar dengan cara mengikuti parenting education

b. Lebih memperhatikan anak dan mendampingi anak dalam situasi apapun

c. Mengutamakan waktu bersama dengan keluarga walaupun jam kerja padat

d. Bagi para guru, sebaiknya mulai menerapkan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan serta membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam suatu mata pelajaran.

e. Guru yang menjadi contoh dan panutan di sekolah juga harus dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya, seperti berpakaian rapi, berkata sopan, disiplin, perhatian kepada murid dan menjaga kebersihan.

f. Melakukan kegiatan-kegiatan rutin di sekolah, seperti setiap hari senin melakukan Upacara bendera, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru atau teman

g. Mengkoreksi perbuatan yang kurang baik secara spontan, misalnya menegur ketika siswa berteriak-teriak ketika proses pembelajaran berlangsung

h. Memuji perbuatan tepuji, misalnya memperoleh nilai tinggi, membantu teman atu bahkan memperoleh prestasi dibidang seni atau olahraga

i. Sekolah sebaiknya mendukung program pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam perwujudan misalnya toilet sekolah yang bersih, bak sampah terletak di berbagai tempat dan kondisi sekolah yang bersih

j. Sebagai pelajar, hendaknya dapat menyaring hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.

2.5 Pengaruh penurunan moral terhadap prestasi belajar

Sebuah penelitian yang sangat mengejutkan yang menyangkut kecerdasan seseorang dalam meraih kesuksesan pernah dikemukakan oleh pakar kelas dunia, Daniel Goleman yang menyatakan bahwa “80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosinya (emotional quotient=eq), sedangkan 20% ditentukan oleh IQnya.” Disinilah pembentukan karakter itu sangat berperan untuk meraih kesuksesan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dapat dijadikan obat agar terjadi peningkatan prestasi akademik pada siswa.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang panjang lebar diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Di negeri ini sudah jelas terjadi penurunan moral yang cukup memprihatinkan, sehingga seluruh lapisan masyarakat harus bertindak lebih lanjut atas hal ini

b. Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini sangat berpengaruh pada prestasi siswa dan akhlak setiap individu

c. Orang tua dan guru merupakan orang pertama yang member bekal kepada anak-anak bangsa tentang pendidikan karakter sebelum anak tersebut terjun di masyarakat

d. Perilaku anak tergantung dari pemberian contoh oleh orang tua terutama dan gurunya

e. Keadaan lingkungan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak bangsa

f. Pengaruh yang mendasar akibat penurunan moral adalah pesatnya globalisasi

3.2 Saran

Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan untuk kelanjutan penulisan karya ilmiah ini, diantaranya :

a. Semoga dengan adanya karya ilmiah sederhana yang saya tulis ini dapat memperkaya pendapat pembaca untuk mengembangkan pendidikan karakter pada anak atau siswa

b. Dapat dijadikan referensi tentang pendidikan karakter pada anak

Daftar pustaka

a. Fadjaray, Suhadi. 2012. Character Building Strategies Bercocok Tanam Karakter di Kebun Sanubari Anak. Jakarta: Rahmat Media Press (RAHMA PRESS).

b. Sunarto, Kamanto, 2010. Pengantar Sosiologi, Jakarta:UI PRESS.

c. Amri, S. dkk. 2013. Implementasi pendidikan karakter dalam pengembangan karakter siswa. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun