Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi merupakan tujuan pembangunan nasional dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat yang merata. Dengan pertumbuhan yang stabil dan maksimal, negara dapat melanjutkan pembangunan dan memberikan pelayanan yang baik bagi rakyatnya. Oleh karena itu, pertumbuhan dan kestabilan ekonomi merupakan dua hal yang perlu diupayakan sebaik mungkin.Salah satu sumber ketidakstabilan ekonomi yang utama dan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya kenaikan harga secara umum dan terus menerus, atau lebih dikenal dengan sebutan Inflasi.
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana meningkatnya harga barang-barang secara umum yang merupakan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat secara terus menerus. Salah satu kebijakan dalam pengendalian inflasi adalah kebijakan moneter.
Untuk kebijakan moneter, pada umumnya kebijakan yang dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter,jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan nilai tukar. Pada umumnya kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan intern (internal balance) dan keseimbangan ekstern (external balance).
Pengaruh Jumlah Uang yang Beredar, Suku Bunga, dan Nilai Tukar terhadap Tingkat Inflasi
- Pengaruh Jumlah Uang Yang Beredar
Penawaran uang atau uang beredar ( = Money Supply) adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian. Definisi uang beredar biasanya dibedakan menjadi uang beredar dalam arti sempit (M1) yang mencakup uang kartal dan uang giral, uang beredar dalam arti luas (M2) mencakup M1 (uang kartal dan uang giral) ditambah dengan simpanan yang terdiri dari tabungan dan deposito.
Bagi kalangan monetarist, meningkatnya jumlah uang beredar secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya inflasi. Jika jumlah uang beredar terus tumbuh, perekonomian akan terus bergerak pada tingkat harga yang lebih tinggi. Selama jumlah uang yang beredar meningkat dalam proses terus menerus, inflasi akan timbul. Dengan kata lain, peningkatan tingkat harga lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah uang beredar
Teori yang menyoroti hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar adalah Teori Kuantitas Uang. Dimana teori ini merupakan teori tertua mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek.Teori inflasi bekerja paling baik dalam jangka panjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi dalam data bulanan tidak akan seerat hubungan keduanya jika dilihat minimal selama periode 10 tahun (Mankiw, 2007).
    2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Menurut Samuelson (1989), tingkat bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Tingkat bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan per unit waktu. Dengan kata lain, masyarakat harus membayar biaya untuk meminjam uang.
Tingkat suku bunga menurut Irving Fisher dibagi menjadi dua yaitu suku bunga nominal merupakan suku bunga yang masih mengandung faktor inflasi, dan suku bunga riil yang merupakan suku bunga yang di dapat dari keseimbangan antara permintaan dan penawaran pasar keuangan. Dengan kata lain tingkat suku bunga riil merupakan selisih dari tingkat suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang terjadi pada periode yang sama.
Investasi juga merupakan fungsi dari suku buga. Makin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut merupakan ongkos untuk penggunaan dana (Cost of Capital). Makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Keseimbangan tingkat bunga berada pada titik 0 dimana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas 0, berarti jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
    3. Pengaruh Nilai Tukar
Menurut Hamdy (2008) nilai tukar adalah harga mata uang lokal terhadap mata uang asing. Jadi, nilai tukar merupakan nilai
dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Â
Kurs sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor
cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang Asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari,2003).
Perubahan nilai tukar ini perlu dicermati lebih seksama bagaimana kejutan nilai tukar akan mempengaruhi perekonomian dan inflasi. Perubahan nilai tukar initentunya akan berimplikasi terhadap karakteristik fluktuasi nilai tukar danpengaruhnya terhadap perekonomian terbuka. Rupiah mendapatkan tekanan-tekanan depresiatif yang sangat besar diawali dengan krisis nilai tukar. Nilai tukar rupiah secara simultan mendapat tekanan yang cukup berat karena besarnya capital outflow akibat hilangnya kepercayaan investor asing terhadap prospek.
Adapun macam-macam kurs yang sering kamu temui di bank atau tempat penukaran uang asing (money changer), di antaranya sebagai berikut:
a. Kurs beli, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money changer membeli valuta asing atau apabila kita akan menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau dapat diartikan sebagai kurs yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta asing.
b. Kurs jual, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money changer menjual valuta asing atau apabila kita akan menukarkan rupiah dengan valuta asing yang kita butuhkan. Atau dapat disingkat kurs jual adalah harga jual mata uang valuta asing oleh bank atau money changer.
c. Kurs tengah, yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs beli dan kurs jual yang dibagi dua).
Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang asing yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta yang membengkak, berakibat pada menurunnya harga barang-barang ekspor kita diluar negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang-barang dari negara lain. Penurunan harga tersebut menyebabkan peningkatan pada penjualan (hukum permintaan "apabila harga barang menurun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah"), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu:Â
1) sistem nilai tukar tetap,Â
2) sistem nilai tukar mengambang terkendali, danÂ
3) sistem nilai tukar mengambang.
Masing-masing sistem nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan.Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan adanya kepastian nilai tukar bagi pelaku pasar. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar karena ada keharusan bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar pada level yang telah ditetapkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI