Mohon tunggu...
Lusia Lorinanto
Lusia Lorinanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosial Media sebagai Ajang Dunia Pamer

19 November 2022   23:33 Diperbarui: 19 November 2022   23:46 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap estetis, yakni berasal dari bahasa Yunani aisthesis yang bermakna sensasi. Di tahap ini manusia mengambarkan kehidupannya hanya untuk kesenangan, penuh nafsu dan keinginan, hanya sebagai acuan pola hidupnya sesuai trend zaman. Ketika manusia bertindak mereka sering tidak mempertimbangkan apakah perilaku yang mereka lakukan itu baik atau salah bagi orang lain.

Menurut Kierkegaard, tahapan tersebut berhubungan dengan keinginan spontan dan keinginan manusia yang berada pada tahap estetis yang di mana di tahap ini manusia akan menunjukkan dirinya bagaimana mendapatkan kesenangan dan kenikmatan yang didapatkan. 

Di tahap estetis sendiri manusia juga akan lebih memilih menikmati kesenangan dan menolak akan hal yang membuat dirinya tidak bahagia yang didasari oleh suasana hati sendiri. 

Apabila manusia tidak melakukan hal tersebut dengan keinginannya, dirinya akan merasa ada yang hampa atau ada yang kurang dalam diri dan hidupnya. Hal ini akan berdampak pada tindakan fatal apabila manusia merasa dirinya tidak memiliki kesenangan, dapat menimbulkan rasa ingin bunuh diri untuk kabur dari kehampaan yang mereka alami.

Dilansir dari urban dictionary, Flexing adalah tindakan membual tentang hal-hal yang berhubungan dengan uang, seperti tentang berapa banyak uang yang dimiliki atau tentang barang-barang mahal yang mereka miliki. Tindakan tersebut biasanya dilakukan oleh anak-anak muda di media sosial. Dapat dikatakan juga mereka berlomba-lomba memamerkan kekayaan untuk mendapatkan pujian bahwa dirinya itu sangat sempurna.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Flexing diantaranya, yaitu adanya faktor tekanan sosial, tekanan sosial yang dimaksud ini seperti tuntutan gaya hidup atau pengaruh dalam lingkungan selain itu juga adanya faktor masalah kepribadian, faktor ini menyebabkan seseorang suka mencari perhatian, hal tersebutlah yang membuat dia merasa ingin mendapatkan pengakuan lebih hebat dari orang lain dan juga masih banyak faktor-faktor lainnya.

Flexing ini juga sebenarnya merupakan perilaku yang normal jika tidak dilakukan secara berlebihan namun, pada masa sekarang ini lebih banyak memberikan dampak negatif karena dilakukan dengan kesengajaan untuk menarik perhatian dari orang lain dan publik. 

Sebagai contoh perilaku flexing yang buruk dapat kita jumpai di salah satu Influencer yang bernama Indra Kenz. Dia sering kali memamerkan harta kekayaannya dengan tujuan untuk memengaruhi orang-orang agar memiliki keinginan untuk menjadi seperti dia dan hal itu juga memicu orang-orang untuk menjadi percaya akan usaha apa yang digeluti sehingga menjadi kaya raya seperti itu.

Fenomena tersebut sama dengan teori dari Kierkegaard yang berisi tentang eksistensi manusia yang di mana eksistensi manusia sendiri memiliki tiga tahap perkembangan, yaitu tahap estetis, etis, dan religius. 

Namun, untuk fenomena ini lebih mengarah ke tahap estetis yang di mana di tahap ini manusia mengambarkan kehidupannya hanya untuk kesenangan, penuh nafsu dan keinginan, hanya sebagai acuan pola hidupnya sesuai dengan trend di zamannya. 

Oleh karena itu, kita harus pandai dalam menilai dan juga harus berhati-hati dengan orang-orang yang muncul di media sosial kemudian langsung memamerkan harta kekayaan mereka yang begitu mewah itu. Di sisi lain, globalisasi juga membawa pengaruh perubahan perkembangan teknologi informasi dan perilaku sekaligus perubahan sosial budaya pada masyarakat saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun