Mohon tunggu...
Lucia Erine
Lucia Erine Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Pola Pikir Masyarakat Kota dan Desa

26 April 2017   09:40 Diperbarui: 11 Agustus 2022   11:40 45217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini saya akan membuat kritikan tentang perbedaan pola fikir masyarakat desa dan kota, perbedaan masyarakat kota dan desa dari cara berfikir mereka. 

Sebelum saya lebih jauh menjelaskan perbedaan pola fikir tersebut, saya akan terlebih dahulu memberikan perbedaan dari segi definisi dan juga ciri masing – masing antara masyarakat desa dan kota. 

Masyarakat perkotaan merupakan sekelompok orang yang tinggal di sebuah kota besar, masyarakat perkotaan ini bisa disebut juga dengan urban community yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut

Masyarakat yang tinggal di kota – kota besar umumnya mempunyai gaya hidup yang glamour atau sering di sebut dengan pola serba mewah, Orang – orang kota cenderung memikirkan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. 

Fasilitas umum lebih banyak memadai di kota, Adat – istiadat kurang dijunjung tinggi oleh masyarakat perkotaan, Pola pikir masyarakat perkotaan umumnya rasional ( tidak begitu percaya dengan takhayul ), Lapangan pekerjaan juga lebih banyak tersedia untuk orang – orang yang tinggal di kota.

Masyarakat pedesaan merupakan sekelompok orang yang tinggal di desa, masyarakat pedesaan memiliki ciri – ciri sebagai berikut : Gaya hidup masyarakat pedesaan sangat sederhana.

Orang – orang pedesaan umumnya solid, rukun, kompak dan kekeluargaan sangat di nomersatukan, Adat – istiadat masih di junjung tinggi dalam kehidupan.

Sebagian besar orang – orang di desa hidup bergantung dari hasil bumi, Masyarakat pedesaan biasanya memiliki sifat yang ramah, sopan dan peduli terhadap lingkungan, Lapangan pekerjaan di desa sangat minim dan jarangnya di buka lapangan pekerjaan baru.

Pola perilaku masyarakat kota dan desa tentunya berbeda namun dengan perbedaan itulah yang menjadikan keduanya saling bergantungan. 

Oleh karena itu masyarakat kota dan desa memiliki hubungan yang sangat erat, dengan ini masyarakat yang tinggal di kota bergantung pada hasil bumu dan ternak yang diolah di desa yang berupa bahan panganan, seperti : besar, susu, dan gandum. Karena lapangan pekerjaan dan fasilitas umum lebih banyak terdapat di kota – kota besar. 

Masyarakat desa  juga banyak yang datang ke kota (urbanisasi) untuk mencari lapangan pekerjaan, karena di desa dangat nimin dengan lapangan pekerjaan. 

Selain itu di kota juga mamproduksi barag – barang elektronik yang dapat digunakan untuk membantu meringankan pekerjan di desa. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat kota dan desa saling membutuhkan satu sama lain.

Pada masyarakat kota cara berfikir yang memiliki sifat yang memintingkan diri sendiri dan materi atau kebutuhan mereka sendiri, kedua sikap tersebut tidak sepenuhnya buruk tetapi memiliki dampak yang positif dan juga negatif. 

Karena bagi masyarakat kota memiliki hidup yang cukup untuk diri sendiri dan keluarga sudah lebih baik dari pada mengurusi hidup orang lain. 

Tetapi sikap tersebut kurang baik di pandang oleh sebagian masyarakat yang memiliki nilai kehidupan sosial yang tiggi contohnya yaitu masyarakat desa, cara berpikir masyarakat kota cenderung kompetitif juga dan tidak jarang masyarakat kota mereka secara tidak sengaja atau sengaja membangun rumah yang bertembok pagar tinggi, dengan alasan takut di masukin maling atau rampok sudah tembok pagar besi juga masih pelihara anjing untuk menjaga keamaan di rumah. 

Padahal dengan tembok pagar yang tinggi  dan hanya dijaga oleh seekor anjing ini bahkan akan rawan dengan kemalingan, seorang maling akan mudah masuk rumah dengan cara mengasih makanan untuk anjing kemudian maling akan mudah masuk ke dalam rumah dan tidak diketahui oleh tetangga sebelah dikarenakan pagar tembok yang sangat tinggi tersebut sehingga tidak kelihatan dari luar pagar tembok. 

Berbeda dengan orang desa mereka bikin rumah kebanyakan tidak berpagar tembok tetapi juga jarang dimasukin oleh maling mereka saling percaya terhadap tetangg, sehingga jika tejadi hal – hal yang tidak di ingginkan mereka saling mengetahui dan mengingatkan. Dengan ini kita perlu saling percaya dengan tetangga tidak hanya memfokuskan menjaga rumah dengan seekor anjing.

Pola pikir masyarakat kota yang individual sudah mendarah daging bahkan sulit untuk di rubah dengan ini perilaku yang individualisme tersebut menyebabkan ketidak pedulian terhadap orang lain. saling acuh satu dengan yang lain terkadang nama tetatngga sebelah saja tidak mengetahui mungkin hanya mengetahui nama ketua RT saja, ini menyebabkan kesombongan terhadap orang lain. 

Mungkin penyebab utama mereka bersifat seperti ini adalah pekerjaan karena mereka bekerja berangkat pagi pulang malam sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan komunikasi atau bertegur sapa dengan orang luar atau tetangga rumah sekitar. 

Mereka pulang kerja sudah merasa capek  sehingga sesampai di rumah langsung tidur, orang kota juga tidak memiliki kepekaan sosial semisal tetangga meninggal dunia pasti mereka hanya mendatangai sebentar itupun terkadang hanya di jalan dan tidak menanyakan apa penyebab kematian orang tersebut. 

Kesopanan orang kota juga tidak begitu di perhatikan mereka menyamakan derajat orang yang lebih tua dan muda terkadang mereka menganggap orang tua sebagai teman sendiri, sangat berbeda dengan pola pikir masyarakat desa yang saling tegur sapa dengan orang lain bahkam mereka kenal degan warga satu desa semua tanpa terkecuali. Mereka masi menggunakan sikap gotong royong yang tinggi jadi hidup mereka semua saling membutuhkan orang lain sangat dinomer satukan, meskipun banyak pekerjaan masih sempat meluangkan waktu sebentar untuk komunikasi dengan warga sekitar. 

Dengan ini sikap kesombongan warga desa sangat jarang, mereka saing mengenal satu sama lain antara muda dan tua mereka juga menjaga kesopanan semisal, berbicara dengan orang yang lebih tua pasti menggunakan bahasa yang sopan tidak disamakan dengan temen sebaya. Jika juga menanyakan penyebab kematian orang tersebut, terkadang ada juga yang mengikuti sampai keberangkatan pemakaman jeazah.

Masyarakat kota juga menyukai makanan – makanan yang serba instan mereka malas untuk memasak sendiri, mungkin tidak ada waktu untuk memasak. Mereka juga malas berpergian karena keadaan jalan yang macet dan banyak polusi udara di luar rumah jadi mereka membeli makanan istan dengan menggunakan jasa gojek online untuk membeli makanan instan tersebut. 

Meskipun upah lebih mahal dibandingkan masak sendiri mungkin, anggota keluarga yang sedikit sehingga memilih untuk membeli dibanding memasak sendiri, karena memasak sendiri membutuhkan waktu yang lama dan belom tentu habis di makan semua. 

Dengan membeli makan yang instan menyebabakan pemborosan dan terkadang juga menimbulkan penyakit karena banyaknya bahan tambahan lainnya. 

Sedangkan masyarakat desa lebih memilih memasak sendiri karena jarang ada yang berjualan di daerah sekitar mereka juga memikirkan anggota keluarga yang banyak sehingga, memilih untuk memasak sendiri di bandingkan beli karena posrsi memasak lebih banyak dari pada memeli. Masyarakat desa ketinggalan akan pengertian order makanan yang disebut dnegan go food.

Masyarakat kota tidak terlalu mengerti tentang adat – istiadat karena adat istiadat tersebut warisan dari orang- orang yang lebih tua dari pada kita. Di perkotaan kebanyakan para pendatang sehingga jarang yang membawa kebudayaan setempat, banyaknya para pendatang juga mengakibatkan perbedaan budaya sehingga mereka mengaggap kebudayaa tidak terlalu penting. 

Sedangkan di masyarakat desa adat – istiadat sangat di hidupkan karena beranggapan adat – istiadat itu warisan para leluhur yang sudah turun temurun, mereka masi sangat percaya dengan kebudayaan dan masih menjalankan dengan baik. Adat – istiadat jika tidak dilakukan di masyarakat desa mereka berfikir hal yang tidak – tidak.

Pekerjaan di kota sangat banyak karena luasnya lapangan pekerjaan sehingga masyarakat kota tidak akan bingung dengan pekerjaan, sedangkan masyarakat desa sangat minim akan lapangan pekerjaan padahal setiap tahun jumlah penduduk di desa semakin meninggat, jumlah penduduk meningkat terus tetapi lapangan pekerjaan tidak begitu banyak akhirnya menyebabkan urbanisasi masyarakat desa ke kota. Dengan ini di wilayah kota semakin padat penduduk. 

Dengan banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan kemancetan yang tidak dapat dihindara, polusi yang banyak dan kurang sadarnya masyarakat tersebut dengan kebersihan.

Masyarakat pedesaan kehidupannya berbeda dengan masyarakat perkotaan, perbedaan pola fikir tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perbedaan – perbedaan berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan personalitas dan segi – segi kehidupan. Tidak hanya mengenal ciri – ciri masyarakat pedesaan saja. 

Akan lebih mudah jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Dapat dijelaskan bahwa perbedaan atau ciri – ciri dari masyarakat kota dan desa dalam hal lingkungan umum dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, diferensiasi sosial, pelapisan sosial dan mobilitas sosial. 

Dapat dijelaskan sebagai berikut. Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam masyarakat pedesaan berhubungan kuat denga alam, disebabkan oleh lokasi goegrafi di desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan – kepercayaan dan hukum – hukum alam, sperti dalam pola pikir kehidupan. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota, yang berkehidupan bebas dadi realitas alam karena sempitnya lahan. 

Pekerjaan atau mata pencaharian,  kebanyakan mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani dan berdagang sebagia pekerjaan sekunder. 

Namun di masyarakat perkotaan mata pencaharian cenderug menjadi bisnis untuk di kembangkan sendiri.  Ukuran komunitas dalam mata pencaharian di bidang pertahian, imbalan tanah dengan industri dan mengakibatkan daerah pedesaan mempunyai penduduk yang rendah pperkilometer perseginya.

Oleh karena itu komunitas pedesaan lebih kecil dari pada komunitas perkotaan. Kepadatan penduduk desa lebih rendah jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk kota.

Dan pada akirnya dapat disimpulkan antara masyarakat perkotaan dan pedesan yang membedakan pada dasarnya adalah pola pikir dan fasilitas yang ada di daerah desa dan di kota. 

Untuk mengurangi perbedaan yang ada ini seharusya pemerintah dituntut untuk bekerja keras dalam menangani maslaah yang ada di kota. Dan berfikir bagaimana caranya daerah – daerah di desa tidak tertinggal jauh dengan perkotaan, di butuhkan kerja keras dan peran pemerintah untuk mengatasi masalah ini dengan serius agar tidak terjadi ketimpangan sosial. 

Pemerintah harus membuka lapangan pekerjaan di daerah desa karena masyarakat desa pertumbuhannya sangat pesat sehingga membutuhkan pekerjaan untuk menumpuh hidup dan agar tidak terjadi urbanisasi secara besar besaran ke daerah perkotaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun