MENGATUR POLA MAKAN SAAT PUASA
Rasa lemas dan lesu di siang hari saat berpuasa memang wajar. Namun, hal tersebut bisa di minimalisir dengan mengatur pola makan dan asupan apa saja yang seharusnya kita makan pada saat berbuka puasa dan sahur. Hal itu menjadi penting apalagi buat seseorang yang pada siang harinya mempunyai banyak kegiatan seperti bekerja. Jangan sampai ibadah puasa menjadi alasan utama untuk tidak bersemangat dalam melakukan aktifitas seperti hari-hari biasanya karena lapar, haus serta rasa lemas hingga menyebabkan pusing yang tidak terkontrol. Demi menghindari itu, saya akan berbagi tips bagaimana caranya agar ibadah puasa tetap lancar, tetap bugar tanpa mengganggu aktifitas harian. Tips ini saya dapatkan dari seorang dokter cantik ahli gizi Dr. Grace Judio-Kahl,MSC, MH, CHT. yang pada hari Sabtu, tanggal 27 Juni 2015 kemarin menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan "KOMPASIANA NANGKRING; Sunpride Road To Fruit Summit 2015 yang saya ikuti.
Dalam sesi seminarnya, Dr. Grace mengatakan; di saat berpuasa, terjadi perubahan jadwal makan. Yakni yang biasanya 3 kali sehari berubah menjadi utamanya 2 kali sehari, untuk itu kita harus pandai menyiasati pemilihan menu makan yang tepat di waktu sahur dan berbuka.
Hal tersebut guna mempertahankan kadar gula darah agar tetap stabil selama puasa, sehingga tidak akan mudah merasa lapar dan menjadi lemas. Pola makan saat sahur, hendaknya kita memilih makanan yang dapat bertahan lama di tubuh. Asupan gizi-pun harus seimbang antara karbohidrat, protein, dan lemak. Jangan berkurang ataupun jangan berlebihan. Hindari juga terlalu banyak menu gorengan, lebih baik jika di steam atau kukus, karena banyak gorengan bisa membuat kita mudah haus. Sebaiknya pilih nasi beras merah sebagai asupan karbohidrat kompleks untuk menjaga kestabilan kadar gula darah. Meskipun, jika memakan nasi beras putih pun tidak apa-apa, asal di seimbangkan komposisinya! Nasi adalah karbohidrat, jangan ditambah lauk seperti bihun, dan mie sebagai teman pendamping nasi. Sebaiknya lauk adalah makanan yang mengandung protein. Seperti tahu, tempe, atau daging.
Pada saat sahur tubuh juga sangat butuh asupan konsumsi buah. Sebaiknya, buah dikonsumsi tidak dalam bentuk jus tetapi di makan langsung. Karena dengan memakannya secara langsung, karbohidrat dan serat yang terkandung di dalam buah dapat diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan, dan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil seharian. Pola makan sahur yang baik akan menjaga kita tetap merasa kenyang jadi tidak mudah lemas.
Jangan lupa bahwa air putih juga tetap diperlukan. Meskipun di dalam buah juga mengandung air, tetapi minumlah secara cukup untuk menjaga agar tidak terjadi dehidrasi.
Setelah makan sahur jangan langsung tidur lagi, agar makanan yang dicerna bisa diserap dan diproses secara sempurna oleh tubuh. Jika Anda langsung tidur setelah makan, biasanya asam lambung akan naik, dan hal ini bisa menyebabkan berbagai gangguan pencernaan seperti mulas, kembung, dan semacamnya.
Pola makan saat berbuka puasa, biasanya kita dianjurkan menyantap yang manis. Kudapan manis dalam masyarakat kita biasanya diartikan menyantap kolak, es sirup, dan semacamnya. Padahal kolak banyak mengandung santan dan sirup juga merupakan gula buatan. Sebaiknya minumlah jus buah (tanpa gula) sebagai asupan gula alami. Saat berbuka, kadar gula darah sudah sangat rendah sehingga harus segera dinaikkan kembali dengan yang manis. Pilihlah kurma atau buah yang banyak kandungan airnya. Hidangkan dalam bentuk jus atau dibuat es campur sesuai selera.
Yang terpenting jangan berlebihan. Karena sebenarnya kita hanya membutuhkan 1800-2000/kal setiap harinya. Kelebihan kalori akan menimbulkan penyakit dan tentu saja bertambahnya bobot berat badan. Dr. Grace menyarankan, untuk mau menghitung terlebih dahulu makanan yang akan kita konsumsi agar tidak berlebihan dan tetap sehat.
HARAPAN PASAR BUAH LOKAL

Kepada seluruh kompasiana yang hadir, di putarkan video mengenai proses penanaman sampai pada proses panen. Pisang Cavendish menjadi salah satu jenis varietas pisang unggulan dari PT. Sewu Segar Nusantara ini. "Bentuknya memang terlihat seperti pisang import, tapi sebenarnya pisang Cavendish ditanam di tanah negeri kita sendiri. Kebun pisang Sunpride berlokasi di Lampung, dengan area kebun seluas 3200 Hektar."
Mendengar pernyataan demikian, saya agak-agak terharu dan bangga tentu saja. Masih ada area kebun yang sedemikian luas di Indonesia ini, untuk menanam produk tani buah. Bahwa artinya, di pasar buah senusantara baik yang di pasar modern, swalayan, maupun pasar tradisonal. Kita sebagai masyarakat dan konsumen masih mempunyai pilihan untuk memilih jenis buah apa yang kita makan. Yang lokal atau yang import?Â
Bahwa yang import tidak selalu lebih baik, bukan?. Beberapa bulan yang lalu, Indonesia pernah dihantui maraknya penyebaran bakteri yang terdapat pada jeruk dan appel import. Belum lama, terdapat pula berita tentang adanya beras impor yang mengandung plastik. Buat saya pribadi, mengenai pengamanan bahan pangan yang langsung di konsumsi untuk masyarakat sendiri adalah tanggung jawab sepenuhnya pemerintah. Dalam hal ini tentu saja menteri perdagangan, yang dibantu BPPOM dan pihak terkait lainnya. Tetapi pun, masih berkali-kali 'lepas kendali' dan tidak bisa memberikan jaminan 'aman' pada produk makanan yang sudah sampai pasar. Sebagai masyarakat, saya tentu berharap apa yang sudah tersedia di pasar adalah produk yang sehat dan aman di konsumsi karena sudah melewati tahap pengawasan yang baik dari pemerintah. Agar tidak terjadi kecemasan, apakah itu beras, buah buahan, makanan kaleng dan lainnya.Â
Akan tetapi karena jaminan itu masih kurang, sebaiknya kita sebagai masyarakat dan konsumen sendirilah, yang harus pandai berjaga-jaga, memilah dan memilih untuk melindungi kesehatan tubuh sendiri dan keluarga kita.
Salah seorang kompasianer bertanya soal harga perbandingan buah import dan lokal yang jauh harganya. Ibu Lutfiany mencoba menjelaskan, "barang import memang lebih mahal daripada barang lokal. itu juga berlaku pada buah. Kenapa buah import lebih murah daripada buah lokal? karena cost pengiriman barang dari luar negeri lebih murah dibandingkan cost pengiriman barang dari daerah satu ke daerah yang meskipun masih sama-sama di wilayah Nusantara. Selain faktor harga, kecenderungan pola pikir masyarakat sudah baku. Bahwa yang import lebih baik, untuk buah apel misalnya, warna cerah dan mengkilat dari apel lebih disukai ketimbang jenis buah apel malang yang berwarna hijau".
Pendapat saya pribadi, adanya ketimpangan soal harga antara barang impor dan barang lokal tidak terlepas dari pengaruh kebijakan import yang di keluarkan oleh pemerintah. Pintu import di Indonesia terlalu terbuka sangat lebar, baik dari pelabuhan maupun bandara Internasional. Hitungan jari ada 7 pintu import yang legal, minus hitungan pintu import yang illegal. Khusus untuk buah saja terdapat 4 pintu, 3 dari pelabuhan dan 1 dari bandara Soeta. Jika dibandingkan dengan Malaysia, tingkat protektif, negara kita masih kalah! Pemerintah negara lain lebih eman-eman untuk menjaga sesuatu yang 'asing' masuk kenegaranya. Karena di khawatifkan barang-barang yang masuk bisa menimbulkan akibat buruk, tidak hanya dari segi ekonomi (pengusaha lokal yg kalah bersaing), melainkan juga dari segi kesehatan, menjaga virus yang dimungkinkan menular ikut masuk. Lebih jauh, bahkan wilayah negara-negara Eropa. Hanya memiliki satu pintu masuk import yakni di pelabuhan Roterdam di Belanda.
Penyuluhan untuk menghargai produk lokal ketimbang import memang harus lebih sering digalahkan. Agar dapat memupuk rasa kecintaan terhadap sesuatu yang dihasilkan dari tanah air negeri sendiri. Disini peran serta pemerintah tentu saja menjadi yang utama, agar kiranya pemerintah kita mau ikut mengkaji ulang soal kebijakannya peluang import dan mau membatasinya. Soal banyak mengkonsumsi buah-buahan demi memenuhi asupan gizi seimbang bagi tubuh, saya setuju. Soal persaingan produk import dan lokal sepertinya pilihannya kembali lagi pada masyarakat sebagai konsumen. Misal, memilih beli buah-buahan dengan harga lebih murah, belum tentu lebih sehat. Karena itu tadi, buah import pasti telah melalui proses karantina dengan masa waktu yang tidak sebentar, sebelum sampai ke pasar kita. Namun kenapa tetap masih dalam keadaan baik dan segar? Bagi saya sendiri, tanah di negeri kita ini masih sangat cukup subur untuk di olah menjadi buah-buahan. Perusahaan PT. Sewu Segar Nusantara dengan produk dagang, buah-buahannya Sunpride sudah membuktikannya. Lalu kenapa kita tidak coba membuktikannya pula di halaman rumah kita, untuk mulai menanam pohon buah? meski hanya satu-dua pohon. Karena mengkonsumsi buah hasil tanam dari tanah negeri kita sendiri lebih membanggakan, bukan? dan tentu saja, lebih terjamin keamanannya bagi kesehatan tubuh kita. Â
Acara yang berlangsung sangat menyenangkan ini, tidak hanya diisi oleh sharing ilmu yang bermanfaat. Tapi juga ditutup dengan Kultum oleh ustad, dengan isi ceramahnya yang singkat dan padat karena keterbatasannya waktu. Namun intinya pilih makanan jangan cuma yang sehat secara kandungannya saja, melainkan harus yang toyib (di peroleh dengan cara-cara yang halal). Lalu selanjutnya acara disambung dengan berbuka puasa bersama. Alhamdullilah.
Sekian tulisan saya,
Maaf kalau agak nyinyir hehe..(Thanks buat foto-foto: hasil jepretan mas Didik Purwanto yang saya ambil di twitter) Ipun saya ribet kalo pindah-pindah data foto mas, hatur nuhun pisan fotona.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI