Mohon tunggu...
Luca Cada Lora
Luca Cada Lora Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Entrepreneur, vegan & energy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

PLTA

26 Agustus 2017   20:11 Diperbarui: 6 Oktober 2017   22:56 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : GE

Berkaca dari keadaan yang terjadi pada PLTB di Bantul, pembuatan bilah atau baling-baling raksasa dari PLTB sebetulnya bukan hal yang sangat prospek di negara kita. Berbeda dengan dataran Eropa yang lebih mendapatkan pusaran angin karena iklimnya yang subtropis.

Letak geografis Indonesia yang kurang proporsional sebagai kebun kincir, seharusnya lebih difokuskan pada penelitian dan pengembangannya agar pembangunannya lebih efisien dan tidak sekedar membuang-buang anggaran. Misalnya yang dilakukan oleh Pusat Studi dan Pengembangan Energi Terbarukan di Ciheras, Jawa Barat. Tanah tandus ini telah disulap oleh Ricky Elson yang meninggalkan karirnya sebagai insinyur di Jepang untuk membangun Indonesia. Teknologi dan patennya berupa optimasi kincir angin, seharusnya menjadi fokus untuk saat ini. Dengan hasil patennya, bilah-bilah yang tadinya baru berputar dengan kecepatan angin tertentu dapat berputar dengan hembusan sekecil apapun. Hal ini disebabkan oleh coggingless yang berhasil ditemukan oleh Ricky Elson selama dia bekerja di Jepang. Jika anda pernah memutar roda tamiya, rasanya seakan ada yang menghambat perputarannya sehingga berbunyi "tek tek tek". Itulah yang dinamakan cogging yang menghambat perputaran turbin angin, terlebih pada turbin-turbin raksasa. Selain itu, Ricky Elson juga menemukan teknologi furling yang dikemas dalam bentuk kontrol mekanik pada belakang turbin. Teknologi ini sebagai pengaman dari hembusan angin kencang yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Banyak kejadian hancurnya turbin angin raksasa karena terhempas oleh angin sedangkan turbinnya tidak sanggup menahan energi tersebut. Dengan furling ini, kincir yang dikembangkan di Ciheras seakan bergoyang atau menarik sambil berputar menyesuaikan arah datangnya angin. Inilah yang membuat kincir angin di sana disebut dengan Penari Langit.

Site Ciheras

Bukan hanya sekedar mulai membangun pusat penelitian, Ricky Elson telah membangun Penari Langit sebanyak 20 kincir di Sumba sehingga berhasil menerangi 3 Desa yang tidak tersentuh oleh PLN. Ambisi pemerintah untuk mendapatkan 50 MW dari PLTB Bantul kandas setelah setahun beroprasi, teknologi yang digunakan belum cukup mumpuni untuk menghadapi kenyataan bahwa angin tidak selamanya berhembus dengan kecepatan yang stabil. Pembangunan PLTB Sidrap yang dikejar oleh perusahaan swasta PT Binatek Energi Terbarukan dan dikerjakan oleh kontraktor UPC Renewables dengan baling-baling sepanjang 56 meter, menjanjikan suplai energi listrik sebesar 75 MW ke PLN.

PLTB Bantul

Lalu apa yang menjadi rahasia Swedia yang menyandang predikat negara dengan emisi CO2 paling sedikit ? Jawabannya adalah energi nuklir.

Pusat Penelitian Nuklir di Indonesia. Sumber : Dokumentasi pribadi

Dalam memerangi gas rumah kaca dari pembakaran energi fosil, hanya ada dua opsi pilihan, yaitu energi nuklir dan terbarukan. Banyak sumber mengatakan bahwa energi nuklir atau PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) disebut-sebut merupakan energi terbarukan, namun hal tersebut telah diklarifikasi oleh direktur IRENA (International Renewable Energy Agency) bahwa energi nuklik merupakan program energi yang panjang, rumit dan menghasilkan limbah berbahaya. Konferensi Parties di Maroko tahun 2016 bahkan tidak menyinggung sedikitpun tentang energi yang sangat besar ini.

Sumber : EIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun