Mohon tunggu...
BETI ZANIA
BETI ZANIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis, memulai menuangkan ide

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Masyarakat Seni Bangunan, Tradisi Tegak Rumah Kerinci

2 Desember 2024   11:41 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tegak rumah merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat lempur (lekuk 50 tumbi lempur) di kecamatan gunung raya kabupaten kerinci,untuk mendirikan rumah melaui serangkaian adat. Tradisi tegak rumah ini memiliki sifat gotong-royong. Adat lamo pusako usang, tradisi membangun rumah kayu ini bersifat gotong -royong, jadi sepangkalan yang punya hajat. 

Untuk membangun rumah apabila seorang warga atau masyarakat ingin mendirikan rumah itu di adakan pertemuan suku hindu, darah daging, sanak keluarga anak jantan anak betino, bahwa kita mengundang sanak keluarga tersebut, untuk, mendatangi dalam pertegakkan rumah kayu tersebut      

Tiang -tiang kayu yang akan didirikan akan dipasangi beberapa simbol seperti: tebu, setandan pisang tujuh macam jenis pisang , dua buah kelapa, pinang, sirih, lemang bambu, , keris, emas, baju keluarga yang medirikan rumah tersebut, baju adat dan seperangkat alat ibadah.

Adapun pelaksanaan tradisi tersebut, melalui beberapa pelaksanaan dan acara yang di laksanakan:

Pertama diawali dengan prosesi tabing malu, dimana kerabat atau saudara membawa kain untuk dipasangkan diantara tiang kayu yang akan didirikan sambil menutupi semua bagian. Tabing malu ini memiliki simbol kepedulian kerabat atau saudara, terhadap sanak saaudaranya yang akan mendirikan rumah. 

Namun belum terlaksana seluruhnya, jika yang membangun rumah adalah sanak laki-laki, maka saudara perempuanya yang memasang kain tabing malu, jika yang mengadakan adalah sanak perempuan maka yang memasang kain tabing malu tersebut adalah sanak laki-lakinya. 

Dari istilah tabing malu tersebut memiliki arti yaitu, kalau lah rumah besar tidak dihuni, kalau mayat terbujur tidak dikafani atau diselimuti, malu lah anak jantan anak betinu, itu lah makna kain atau tabing malu itu di bentang pada alang atau tiang kayu tersebut.

Ketiga, yaitu kerabat yang datang itu tidak dengan tangan kosong, dengan membawa beras dan didalam beras tersebut terdapat uang, dengan jumlahnya tidak ditentukan. Tujuannya dalah membantu yang punya hajat atau membantu sanak keluarga tersebut untuk mendirikan rumah.

Keempat, acara akan dibuka oleh sesepuh adat yang menjelaskan maksud dan tujuan dari yang punya hajat, lalu sesepuh adat akan membacakan doa untuk kemaslahatan Bersama.Kelima, yaitu menegakkan tiang  rumah yang akan dibangun tersebut secara Bersama-sama. 

Tiang pertama yang akan didirikan adalah tiang tengah dan diberikan pasak, selanjunya tiang bagian kanan dan tiang bagian kiri dan diberikan pasak, kayu yang didirkan harus pas dengan pondasi yang telah dibuat. Dan acara yang terakhir ramah tamah dan makan Bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun