Mohon tunggu...
Rahmi Angreni
Rahmi Angreni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Menonton

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kejahatan "Anak" Makin Menjadi Akibat Pornografi, Bagaimana Membentengi Generasi?

13 September 2024   13:05 Diperbarui: 13 September 2024   13:05 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." - Ir Sukarno

Generasi muda memiliki peran yang sangat strategis bagi masa depan bangsa karena mereka adalah ujung tombak kemajuan dan pembangunan bangsa. Generasi muda merupakan agent of change, moral force, guardian of value di tengah masyarakat. Baik buruknya suatu Negara dapat dinilai dari kualitas pemudanya.

Namun sangat disayangkan, generasi hari ini jauh dari kualitas generasi pembangun peradaban. Bahkan kelakuan mereka sama dengan/lebih rendah dari hewan. Semakin hari kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak semakin marak saja.

Baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan kasus empat remaja di bawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP. Mirisnya, keempat pelaku tersebut masih duduk di bangku SMP dan SMA. Berdasarkan pemeriksaan, keempat remaja itu mengaku melakukan pemerkosaan itu untuk menyalurkan hasrat usai menonton video porno dan ternyata kejadian tersebut merupakan kejadian yang direncanakan. (cnn.indonesia)

Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kali, kita sudah sering mendengar kasus kekerasan yang pelakunya merupakan anak-anak. Sedihnya lagi, pemerintah atau kepolisian tidak pernah memberikan solusi yang tuntas terkait persoalan ini. Bahkan, konten-konten pornografi yang merupakan salah satu penyebab dari kejadian ini, semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Lantas, bagaimana nasib generasi ke depan?

Potret Generasi Hari Ini

Potret generasi makin suram adalah realita hari ini. Hal ini tampak dari perilaku pelaku yang kecanduan pornografi dan tega melakukan perbuatan keji hingga membunuh. Mereka bahkan bangga dengan kejahatan yang dilakukan.

Paparan pornografi dari generasi ke generasi sungguh luar biasa. Anak-anak tidak hanya memiliki akses terhadap pornografi, mereka juga berisiko menjadi korban kejahatan pornografi. Di sisi lain pemerintah tidak serius dalam menangani masalah ini. Media massa hari ini didominasi dengan tayangan liberal, banyak komunitas yang menjadi wadah tayangan pornografi. Sayangnya, Kominfo hanya menjadikan pemblokiran domain situs sebagai strategi utama. Padahal, pornografi tidak hanya tersedia di situs web. Konten pornografi dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi. Faktanya, video porno kini sudah banyak tersebar dan lebih mudah diakses melalui aplikasi media sosial seperti YouTube, Facebook, X, Telegram, dan WhatsApp.

Padahal kecanduan pornografi jelas merusak generasi karena berujung pada gangguan perkembangan otak, emosi, bahkan kemampuan sosial. Pornografi juga menyebabkan banyak dampak lanjutan yang serius. Pornografi telah mengakibatkan merajalelanya pergaulan bebas, kehamilan yang tidak diinginkan, dan maraknya permohonan dispensasi nikah, pernikahan dini, perceraian, dan bahkan aborsi. Apalagi pornografi juga bisa berujung pada tindak pidana pemerkosaan dan pembunuhan seperti yang terjadi di Palembang.

Ini adalah gambaran mengenai kerusakan generasi yang disebabkan oleh maraknya pornografi. Anak-anak kehilangan masa kecil  yang bahagia dan kesempatan bermain dan belajar dengan tenang serta tumbuh sesuai fitrah mereka dalam lingkup kebaikan.

Islam Membentengi Generasi

Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam (khilafah), negara berperan sebagai junnah (tameng), melindungi generasi dari segala sisi.

Pertama, karena negara berlandaskan akidah Islam, maka sistem pendidikan pun berlandaskan akidah Islam. Penyusunan kurikulum juga bermula dari Islam guna menciptakan generasi bertakwa. Perbuatan mereka tidak bebas melainkan berpatokan pada halal dan haram. Negara juga akan mengembalikan fungsi orang tua sebagai pendidik anak dengan edukasi kepada ayat terkait peran pentingnya dalam pendidikan anak, memberikan kesejahteraan yang merata sehingga para ibu tidak perlu bekerja dan hanya fokus pada mendidik anaknya, serta negara akan memberikan aturan pemberian gawai (hp) kepada anak.

Kedua, negara akan menghilangkan konten pornografi dari media massa dan media sosial. Negara akan menggunakan pakar IT untuk menutup situs-situs porno dengan sungguh-sungguh. Negara juga akan memblokir media sosial, yang terbukti memiliki peluang untuk konten pornografi.

Ketiga, Negara juga akan menerapkan sistem sanksi yang adil dan ketat. Mereka yang terlibat dalam bisnis pornografi akan dihukum berat agar memberikan efek jera. Keberadaan mereka dapat ditentukan melalui pelacakan digital dan transaksi keuangan, dan mereka dapat ditangkap dan dihukum sesuai hukum Islam. Negara juga akan menerapkan kembali definisi anak, yaitu seseorang yang belum mencapai usia dewasa. 

Sebaliknya, mereka yang telah mencapai usia dewasa diposisikan sebagai mukalaf, atau pihak yang dapat dikenai beban hukum dan sanksi. Oleh karena itu, seperti kasus di Palembang, ketika pelaku sudah dewasa, ia akan dihukumi dengan hukuman zina atas kejahatan pemerkosaan, yaitu cambuk sebanyak 100 kali karena mereka belum menikah.

Dengan solusi komprehensif dari sistem Islam, generasi akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perannya bagi peradaban. Akan lahir generasi yang unggul bukan hanya dalam satu aspek keilmuan tetapi faqih dalam agama juga mumpuni dalam sains dan teknologi. Sebagaimana generasi Islam terdahulu, yang dari merekalah segala kemajuan teknologi bisa kita rasakan hari ini.

Wallahu’alam bishshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun