Mohon tunggu...
Wardhani Lubis
Wardhani Lubis Mohon Tunggu... Konsultan - LEAD Fellow Cohort-9

learn and live the moment !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pramuka Sumut Adakan Workshop SDGs

16 Desember 2020   21:57 Diperbarui: 16 Desember 2020   22:13 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Anda yang tidak bertempat tinggal di perumahan elit, pemandangan parit tumpat atau tidak jelas alirannya tentulah hal biasa. Tumpukan sampah yang terserak di sana sini juga bukan dianggap hal aneh. Padahal ketika musim penghujan, pemandangan biasa itulah yang merupakan salah satu faktor penyebab naiknya genangan atau banjir. 

Tumpukan sampah yang tidak pada tempatnya akan tersapu air di kala hujan lebat. Sesuai sifatnya, air hanya akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Maka terkumpullah sampah tak bertuan tadi ke selokan yang mampet dan tidak jelas arah alirannya. 

Jika sudah demikan, maka jalanan dan bangunan yang menjadi sasaran. Air membanjiri jalanan dan rumah-rumah penduduk tanpa ampun. Sesuai pribahasa, siapa menabur dialah yang akan menuai. Akibat ulahnya sendiri, manusia harus merasakan kerugian dan kesusahan akibat banjir.

Di dalam dunia kepramukaan, ada janji untuk selalu mencintai alam dan untuk selalu ikut serta dalam proses membangun masyarakat. Berbekal dua dasar ini, maka seharusnya sudah jadi kewajiban seorang Pramuka untuk berperan aktif di tengah masyarakat menjaga lingkungannya. 

Sebuah aksi kecil yang dapat dimulai dari diri sendiri, yaitu bijak mengurangi pemakaian benda-benda yang menghasilkan sampah. Konsisten menolak minum air kemasan botol sekali pakai, dan selalu siap membawa tumbler (tempat air minum) pribadi kemana-mana. Dimulai dari diri sendiri, lalu keluarga, kemudian mayarakat di sekitarnya. 

Pramuka bukan hanya baris berbaris, tali temali atau semaphore saja tetapi kini Pramuka semakin berkembang seiring kemajuan zaman. Pramuka tidak sekedar gagah-gagahan memakai seragam saja, tetapi pramuka terus berpacu membuktikan dirinya untuk aktif ikut serta dalam membangun masyarakat sebagaimana janji Tri Satya. Pramuka, sejatinya adalah contoh teladan yang selalu berada di muka.

Sebagai bagian dari tujuan mulia kepanduan dunia, yaitu menciptakan dunia yang lebih baik, Gerakan Pramuka juga turut berkontribusi aktif dalam aksi-aksi global sebagaimana dicanangkan WOSM (World Scout Organization Movement) sebagai induk organisasi kepanduan seluruh dunia. Salah satu program global tersebut adalah Scouts for SDGs atau Pramuka untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 

Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs  merupakan 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan waktu yang telah disepakati 193 negara di dunia melalui UNDP (United Nation Development Programme) sebagai agenda dunia dalam pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. 

Pada 21 Oktober 2015 lalu, resolusi PBB diterbitkan, salah satunya adalah negara-negara lintas pemerintahan mencanangkan tujuan pembangunan berkelanjutan ini dengan target hingga tahun 2030. Secara garis besar, 17 tujuan SDGs dapat dikelompokkan dalam empat pilar, yakni pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup, dan governance.

Gerakan Pramuka di Indonesia yang memiliki jumlah anggota terbesar di dunia, yaitu sekitar 17 juta orang merupakan potensi sumber daya manusia yang semestinya dapat ikut serta berperan aktif dalam program SDGs. 

Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang Pramuka dalam upaya kontribusi dirinya mencapai tujuan SDGs, metode dan platform juga telah disediakan. Tinggal bagaimana Pramuka dapat meningkatkan peran aktifnya melakukan karya-karya nyata di tengah masyarakat yang akan berdampak pada pencapaian tujuan SDGs di Indonesia dan dunia.

Salah satu  contoh sederhana dimana Pramuka dapat mengambil peran adalah menularkan kebiasaan baik untuk mengurangi dan mengelola sampah. Isu mengenai masalah sampah tidak hanya menjadi isu nasional bahkan telah menjadi perhatian global, didorong oleh percepatan urbanisasi dan pertumbuhan populasi, World Bank (2018) merilis timbulan sampah tahunan global diperkirakan akan melonjak menjadi 3,4 miliar ton selama 30 tahun ke depan, naik dari 2,01 miliar ton pada 2016. 

Seluruh negara-negara di kawasan pun dituntut untuk bertindak mengatasi masalah sampah tersebut. Sampah plastik dianggap paling bermasalah jika tidak dikumpulkan dan dikelola dengan benar karena dampak jangka panjang yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Pada 2016, dunia menghasilkan 242 juta ton limbah plastik, atau 12 persen dari semua limbah padat.

Pramuka dapat menerapkan kebiasaan baik ini pada diri sendiri maupun masyarakat. Menghentikan konsumsi air dalam kemasan plastik adalah salah satu hal kecil yang dapat dilakukan. 

Sebagai gantinya, Pramuka harus membiasakan diri untuk membawa tempat air minum sendiri yang dapat digunakan berulang kali, misalnya tumbler stainless atau botol plastik yang aman digunakan berulang (HDPE/LDPE/PP). Dengan demikian Pramuka telah mengambil peran untuk mewujudkan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan dalam agenda 2030 yakni tujuan ke-12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab.

Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Sumatera Utara (Pramuka Sumut) merasa sangat terpanggil untuk memahami lebih dalam mengenai program Scouts for SDGs, karena itulah pada tanggal 12-13 Desember 2020 diselenggarakan Workshop "Scouts for SDGs" secara daring dan luring yang diikuti oleh perwakilan 33 Kwartir Cabang se-Sumatera Utara dan Pramuka lainnya. 

Kegiatan lokakarya tersebut menghadirkan narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya secara virtual melalui platform Zoom Meeting yaitu Ms. Cynthia Marquez dari kantor WOSM Kuala Lumpur; Mr. Syd Castillo dari kantor APR (Asia Pacific Region)-WOSM Makati City, the Philippines; DR. Rachman Kurniawan dari Sekretariat SDGs/Kementrian PPN-Bappenas RI; dan Kak Berthold DH Sinaulan dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka di Jakarta.

Peserta Workshop Scouts for SDGs perwakilan Kwarcab se-Sumut yang hadir langsung di Hotel Grand Kanaya Medan. Foto: Dok. Hublu Kwardasu
Peserta Workshop Scouts for SDGs perwakilan Kwarcab se-Sumut yang hadir langsung di Hotel Grand Kanaya Medan. Foto: Dok. Hublu Kwardasu

Fasilitator Kak Prawidya HRS sedang memandu penyusunan RTL. Foto: Dok. Hublu Kwardasu
Fasilitator Kak Prawidya HRS sedang memandu penyusunan RTL. Foto: Dok. Hublu Kwardasu
Workshop tersebut menghasilkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) peserta yang visible dan doable untuk direalisasikan di kota/kabupaten masing-masing. Pada acara tersebut juga dilangsungkan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kwartir Daerah Sumatera Utara dengan PT. Syncore Indonesia (Bumdes.id) untuk program "Pramuka Pendamping Desa" 2021 sebagai tindak lanjut dari komitmen Pramuka Sumut untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Penandatanganan MoU diwakili Kak H. Nurdin Lubis (Ketua Kwarda Sumut) dan Bapak Rudy (Direktur PT. Syncore Indonesia). Foto: Dok. Hublu Kwardasu
Penandatanganan MoU diwakili Kak H. Nurdin Lubis (Ketua Kwarda Sumut) dan Bapak Rudy (Direktur PT. Syncore Indonesia). Foto: Dok. Hublu Kwardasu

(Ditulis oleh Yulia Indawardhani Lubis, Andalan Kwardasu Bidang Kerjasama Luar Negeri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun