Mohon tunggu...
Louis SebastianAndrew
Louis SebastianAndrew Mohon Tunggu... Lainnya - Saya adalah seorang pelajar SMA Kolese Kanisius

Mantap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perubahan Mendadak: Kanisian Perlu Beradaptasi dengan Cepat

16 September 2024   09:10 Diperbarui: 18 September 2024   19:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penurunan kompetensi atau kesenjangan umur? Mana yang lebih relevan dengan dunia saat ini? Perlu disadari bahwa keduanya memengaruhi perkembangan diri seseorang.

Perjalanan panjang yang telah dilalui oleh Kolese Kanisius dalam membentuk generasi pemimpin bangsa sungguh mengagumkan. Sejak didirikan pada tahun 1927, sekolah ini telah menjadi salah satu institusi pendidikan yang paling dihormati di Indonesia. Tidak jarang kita mendengar sorakan "Kanisius, sekolah terbaik di Jakarta!" Berbeda dengan banyak sekolah lain yang hanya berfokus pada pencapaian akademik, Kanisius selalu menekankan pengembangan holistik, yaitu pembentukan pribadi yang unggul di berbagai aspek, baik akademik maupun non-akademik. Pendekatan ini menjadi ciri khas yang membedakan Kanisius, dimana setiap peserta didik tidak hanya diajarkan untuk berprestasi, tetapi juga untuk menjadi pemimpin yang memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi.

Menjadi seorang pemimpin adalah proses yang membutuhkan waktu dan ketekunan. Nilai "magis" sering kali ditekankan oleh Kanisius sebagai tolok ukur keberhasilan siswa selama masa sekolah. Apabila seorang Kanisian tidak mengalami perkembangan selama proses pembentukan di Kanisius, bisa dikatakan program-program yang telah dirancang dengan matang tidak berhasil. Oleh karena itu, para Kanisian selalu dituntut untuk memanfaatkan setiap detik dan menit, baik untuk mengembangkan aspek akademik maupun non-akademik. Salah satu contoh nyata dari proses ini adalah melalui penyelenggaraan Canisius College Cup.

Canisius College Cup atau yang lebih dikenal sebagai CC Cup adalah acara besar tahunan yang diselenggarakan oleh Kolese Kanisius dengan mengundang ratusan sekolah dari seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam berbagai perlombaan. Cabang perlombaan yang tersedia pun sangat beragam, mulai dari basket, cubing, hingga paduan suara. Pada CC Cup tahun 2024, tercatat ada 21 jenis perlombaan yang akan dipertandingkan. Sekarang, bayangkan setiap cabang perlombaan tersebut diatur oleh puluhan siswa. Sangat menakjubkan bukan? Perasaan yang sama saya rasakan ketika pertama kali mengambil bagian dari kepanitiaan pada tahun pertama saya masuk ke Kolese Kanisius. Menurut saya, hal ini merupakan bagian dari rencana Kolese Kanisius untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan setiap Kanisian. Sejak kelas 7 SMP, para Kanisian sudah diberikan peran yang berbobot dalam acara besar ini. 

Anak berumur 11-13 tahun sudah menjadi panitia humas? Menurut saya hal itu tentu dapat melatih kepemimpinan para Kanisian. Mereka juga harus memiliki mental yang kuat untuk menghadapi orang-orang asing yang jauh lebih tua dari mereka untuk memastikan setiap kegiatan dapat berjalan sesuai yang direncanakan. Namun, muncul pertanyaan baru, apakah ini satu-satunya tujuan Kolese Kanisius dalam menyelenggarakan CC Cup?

Mari kita berkaca pada beberapa tahun sebelumnya. Baru-baru ini, Kolese Kanisius memilih melakukan perubahan konsep pendidikan dengan menggabungkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi satu kesatuan, "Kolese Kanisius." Saya meyakini bahwa salah satu tujuan penggabungan ini adalah untuk menghilangkan hierarki dan rasa senioritas di antara para Kanisian. Hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan, termasuk CC Cup. Sebelum penggabungan, CC Cup selalu dipisahkan antara SMP dan SMA. Namun, penggabungan ini membuat acara CC Cup SMP dan SMA diselenggarakan secara bersamaan, dimana anggota kepanitiaan terdiri dari Kanisian kelas 7 hingga kelas 12. Perlu disadari bahwa semakin besar suatu acara, semakin banyak pula panitia yang terlibat, dan tuntutan akan kerjasama antar-Kanisian pun semakin tinggi.

Perubahan mendadak ini membawa tantangan tersendiri dalam hal adaptasi siswa, bahkan memicu kontroversi pada pelaksanaan CC Cup tahun 2023. Banyak Kanisian merasa bahwa penggabungan antara SMP dan SMA justru menghambat efektivitas acara karena Kanisian dari SMP dianggap sulit untuk diajak bekerja sama. Tidak terdapat kesamaan, baik dari segi penyampaian informasi hingga cara bersikap satu dengan yang lainnya. Dari pengalaman pribadi saya sebagai panitia divisi dekorasi, memang hanya beberapa Kanisian kelas 11 dan 12 yang aktif bekerja hingga larut malam, sementara Kanisian kelas 7, 8, dan 9 kurang terlibat. Saya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka karena ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi, seperti larangan orang tua untuk pulang malam, kurangnya pengalaman bekerja sama, hingga masih adanya rasa takut untuk berbicara dengan kakak kelas. Namun, menurut saya, hal tersebut tetap mempengaruhi keberhasilan berlangsungnya persiapan acara.

Tidak hanya belajar untuk memimpin orang lain, para Kanisian harus belajar cara memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Percaya atau tidak, para Kanisian tetap melaksanakan proses pembelajaran seperti biasa selama CC Cup berlangsung. Tuntutan akademik tidak pernah berhenti, meskipun mereka harus mempersiapkan acara besar. Dibalik sibuknya rapat acara, pengajuan proposal, dan lain sebagainya, para Kanisian masih harus membagi waktu mereka untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah dan luar sekolah. Harapannya seperti itu, namun realita tidak selalu berjalan sesuai keinginan.

Dari pengalaman nyata, masih banyak Kanisian yang membagi waktu untuk perihal yang tidak diperlukan. Hal ini memicu fenomena "Asik Sendiri" dimana ketika koordinator panitia bersama dengan Kanisian kelas 11 dan 12 sibuk mempersiapkan acara, banyak Kanisian kelas 7,8, dan 9 yang sibuk bermain game di handphone. Fenomena tersebut menyulut amarah dan pertengkaran baru, karena tugas sekolah maupun tuntutan persiapan acara tidak ada yang terselesaikan. Hal ini juga mungkin menjadi salah satu cara Kolese Kanisius memaksa perkembangan para Kanisian. Konflik yang muncul harus diselesaikan dengan solusi, dan Kanisian diajak untuk saling melengkapi kekurangan satu sama lain agar masalah serupa tidak terulang pada CC Cup tahun 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun