Mohon tunggu...
Lubisanileda
Lubisanileda Mohon Tunggu... Editor - I'm on my way

A sky full of stars

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meniru Eka Tjipta, Memaju Daya Cipta

14 September 2022   11:09 Diperbarui: 14 September 2022   11:17 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: Dok Sinar Mas)

Setelah berhenti menjadi seorang kontraktor, Eka beralih sebagai pedagang kopra. Dalam bisnis ini Eka nyaris bangkrut karena adanya aturan dari penjajah Jepang. Eka lalu mencari peluang usaha lain yaitu dengan berdagang gula, teng-teng, wijen, dan kembang gula. Tapi ketika usaha tersebut mulai berkembang, harga gula jatuh dan dia pun rugi besar. Eka kehabisan modal bahkan harus berutang.

Asal Punya Keinginan Berjuang

"Kesulitan apapun dalam menjalankan bisnis, asal punya keinginan untuk berjuang, pasti semua kesulitan bisa diatasi," aku Eka.

Setelah mengalami aral dan rintang tersebut, Eka memang seakan tak bisa berhenti. Dia masuki sekian banyak bisnis. Dia lihat celah guna menciptakan daya cipta. Kerajaan bisnisnya pun dilabeli dengan nama Sinarmas Group. Tercatat, kini, perusahaannya tersebar dari Sumatra sampai ke Papua.

Eka Tjipta Widjaja. (Foto: Dok Kumparan)
Eka Tjipta Widjaja. (Foto: Dok Kumparan)

Begitulah, dalam momen "100 tahun Eka Tjipta Widjaja" ini, sekian keberhasilan Eka ada sebuah contoh yang menarik untuk ditiru. Apalagi, bagi Eka keberhasilannya tidak lepas dari dukungan keluarga dan prinsip hidup yang ia pegang yakni jujur, menjaga kredibilitas, bertanggung jawab, baik terhadap keluarga, pekerjaan, maupun lingkungan sekitar. Hidup hemat dan tidak berfoya-foya.

"Bila kita hidup hemat, uang yang ditabung bisa digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan,'" begitu katanya.

Untuk menyalurkan pikirannnya itu, pada Maret 2006, Eka mendirikan sebuah yayasan yaitu "Eka Tjipta Foundation (ETF)". Yayasan ini dibangun dengan fokus aksi pada bidang pendidikan dan lingkungan hidup, dengan sumber daya lingkungan yang terkelola baik sebagai tanggung jawab sosial yang nyata ke masyarakat sekitar.

Eka langsung menjadi ketua badan pembinanya. Hal ini penting, karena Eka sangat paham seperti apa beratnya hidup. Dia yang langsung mengalami jatuh bangun hingga bisa menjadi contoh nyata. Maka tak berlebihan ketika yayasan ini membangun program dan terlibat langsung dalam upaya menciptakan daya cipta, sejalan dengan motto yang dipilih: menanam kebaikan menuai kesejahteraan. Semua tak lain demi mewujudkan "Sinar Mas untuk Indonesia".

Dan, Eka paham betul, Indonesia adalah bangsa yang jamak. Tidak dikuasai oleh satu suku bangsa. Semua sama di mata bangsa. Setiap individu memiliki peran masing-masing tanpa harus mengusik individu lainnya; yang dibutuhkan dukungan, bukan perundungan. Contohnya dia, lahir di China, tapi berusaha sekuat tenaga untuk membangun Indonesia.  Maka dari itu, "Sinar Mas dan Keberagaman" adalah sebuah prinsip yang wajib dipegang teguh.

"Kita harus sebisa mungkin berusaha membantu orang lain yang kurang mampu, tanpa diskriminasi. Kemanusiaan itu tidak pandang bulu," begitu katanya.

Sejalan dengan yayasan yang semakin masif, dia pun sudah tak lagi masuk ke dalam dunia bisnis, anak-anaknya yang memegang perusahaan. Dan, anak kecil yang menginjakkan kaki di Makassar ketika berusia sembilan tahun itu, pun banyak menghabiskan hari-harinya untuk melakukan kegiatan sosial juga bertemu dengan teman-teman lama. Untuk apa? Jawabnya, semua untuk Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun