Mohon tunggu...
suryadi martodiwiryo
suryadi martodiwiryo Mohon Tunggu... -

pernah kuliah th 1963 di fak pertanian Unbra tidak selesai, pernah menjadi ketua kop susu Bogor, menjadi manajer di penginapan Legian bali, pernah menjadi manager di perusahaan campuran Indonesia Jepang dan banyak pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya hoby membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lahan Gersang di Malam Bulan Purnama

8 Juni 2013   08:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:22 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahangersang di malam purnama

(OlehBintangRina)

Lenguh sapi tengahmalam di kejauhan membangunkan tidurnya yang pulas. , “Hanya sapi melenguh” pikirnya lalu ditariknya sarungnya agar lebih rapat menyelimuti badannya. Tetapi beberapa detik kemudian dia tersentak bangun lalu duduk termangu . Tetapi pikirannya hampa. Gemuruh kali Kantayang teratur membuat malam terasa semakin larut dan sepi.

Sekitarduabelas tahun yang lalu lahan ini pernah disewa dan ditanami dengan rumput gajah. Waktu itu ia adalah petani dan peternak sapi perah dan hidupnya bahagia. Namun rumah tangga yang semula biasa-biasa saja itu tanpa diduga mengalami guncangandan akhirnya terjadi perceraian gara-gara orang ketiga yang menghendaki warisan mertuanya.. Ia kalah total dan pergi hanya membawa kopor saja karena sawah , ladang dan harta lainnya yang ada di rumah tangganya itu memang milik istrinya .Sebagai menantu ia hanya bekerja keras dan tekun.

Sampai disitu tiba-tiba lamunannya terhenti , berganti gelisah. .Ia merasa ada sesuatu yang tidak wajar disekitarnya. Matanya langsung menyapu sekelilingnya dengan waspada.”Sepi” pikirnya sambil menguap.

Malam-malam kemarin hatinya tenteram dan damai setiap kali mengamati pategalan kosong di sekitarnya Tetapi tidak untuk malam ini.Munir, demikian nama lelaki 35 tahun itu, merasa ada yang menggelisahkan. Matanya otomatis menyapu lahan yang ada disekitarnya.

Tiba-tibaia ingin keluar dari gubuk itu dan melanjutkan tidurnya di balik gerumbuldi pinggir pategalan karena disana tampaknya lebih aman. Namun untuk sampai ketempat itu ia harus menyeberangi lahan kosong yang agak luas karena dangau itu ada di tengah ladang .Dan resikonya ia akan terlihat oleh siapapun yang kebetulan ada disana.. Sejenak ia bimbang. Tikar butut yang sudah digulung dan siap dibawa diletakkan lagi.karena tiba-tiba muncul pikiran lain bahwa semua kegelisahan hatinyaitu tak mempunyai dasar atau alasan yang kuat, sehingga ia berniat kembali tidur .

Baru saja ia akan kembali masuk dangau , ia terhenyak karena dari ujung jalan setapak tampak dua bayang-bayang manusia berjalan kearahnya dengan langkah bergegas. Akhirnya dengan cekatan tanpa menimbulkan suaraia berputar keluar dangau dan bersembunyi di balik dinding yang gelap. Ia berdiri waspada. Yang datang itu ternyata sepasang anak manusia yang tidak muda lagi.. Melihat caranya berjalan dan berbicara tampaknya mereka sudah biasa mendatangi tempat ini. Semakin mereka dekat, Munir semakin hati-hati. Dan tak lama kemudian Munir bisa menangkap pembicaraan mereka.

“Malam ini kita mempunyai waktu yang panjang.” yang lelaki berkata.

“Mengapa demikian ?”Tanya si wanita.

“Musim hujan sudah tiba dan sudah turun di atas dam kali Kanta. Sejak kemarin pagi para petani mulai sibuk lagi dengan berbagai kerja bakti . Jadi malam ini bisa dipastikan mereka pasti kelelahan dan tidurnya pulas sekali.”

“Lalu ?”Terdengar suara wanita bertanya tak mengerti.

“ Selain waktunya panjang, udara bersih, malam ini kita bisa bebas walaupun bermain di tengah lahan , tak seorangpun yang melihat.” sang lelaki berkata polos dengan suara penuh birahi.

“Ah kau jorok!” ,berhenti sebentar, “aku takut kepergok orang.” kata si perempuan. Dialog itu membuat jantung Munir berdebar kencang . Dari celah dinding bambutampak perempuan itu masih ragu-ragu membuka pakaiannya.

“Jangan ragu-ragu, tokh selama ini aman-aman saja. Bahkan malam ini aku lebih yakin karena kulihat semua pos ronda yang kulewati pun kosong. Jadi apapun yang kita lakukan di malam ini dijamin tak ada yang tahu.” Kata lelaki tadi dengan gaya yang yang lebihseronok.

“ Idih kau nekat amat. Kita di dalam saja yuk.”

Tak berapa lama kemudiandialog tak terdengar lagi. Sebagai gantinya yang ada hanya rayuan, desahan dan rintihan. Untuk beberapa saat Munir tegang jantungnya berdebar kencang. Ia tak menyangka ada manusia senekat itu. Cerita bercinta di tengah ladang di malam purnama adalah cerita abadi artinya selalu ada dari jaman ke jaman, tetapi menyaksikannya baru kali ini. Setelah beberapa kali ia mengintip, dan suara –suaragejolak nafsu semakin mewarnai gubuk, tiba-tiba timbul pikiran usil di kepala Munir. Dengan ekstra hati-hati ia merangkak mendekati gubuk . Beberapa saat kemudian dia bisa menyaksikan dari jarak teramat dekat mereka yang sedang mereguk nafsu hewaninya secara bebas

.Setelahmerayap dan bergerak hati-hati dan penuh waspada, maka Munir berhasil mencuri semua pakaian kedua orang yang sedang dimabuk cinta haram itu. Ia kembali mundur lalu dengan secepat kilat tanpa menimbulkan suara ia masuk kedalam gerumbul dan terus menyisiri semak-semak sepanjang sisi tegal itu menuju suatu tempat tak jauh dari sungai Kanta. Selanjutnya dengan cekatan ia memanjatpohon besar yang bercabang banyak dan rindang. Sesampainya disatu cabang yang besar dan tinggidigantung-gantungkannya semua pakaian yang berhasil dicurinya. Setelah selesai ,untuk beberapa saat ia duduk di cabang yang besar dengan perasaan bangga dan puas dengan ide gilanya .

Setelah diam beberapa saat tiba-tiba ingatannya kembali kepadakedua orang tadi. Ia lalu berdiri di atas cabang besar dan menengok ke arah dangau sambil membayangkan kira-kira apa yang akan dilakukan oleh pasangan mesum itu setelah tahu pakaiannya tidak ada. Tetapi yang disaksikan sangat di luar dugaan, mengejutkan dan mengerikan.

Di tempat terbuka di depan gubuk itu, dia melihat dengan jelas punggungwanita bugil tadi disabet golok yang disusul dengan jerit lengking kesakitan

Suara jeritannya mengatasi gemuruh air dari sungai-Kanta. Selain itu matanya juga menyaksikan lelaki bugil pasangan mesum si wanita juga sedang berkelit ke kesamping dan menjatuhkan diri. Ketika sipembawa golok sedang terkesima karena ia telah membacok wanita yang tahu-tahu ada diantara mereka yang bertarung, tiba-tiba ia menutup kedua matanya dengan sebelah tangannya yang bebas. Beberapa detik kemudian Munir melihat sipembawa golok itu terjengkang kebelakang karenasebuah potongan kayu menghantam lengan dan kepalanya.. Rupanya lelaki telanjang tadi sengaja menjatuhkan diri . Lalu sambil berkelit lincah tangannya mengambil tanah kering berpasir dan pada kesempatan yang ada pasir tersebut di lemparkan kearah mata lawanya yang membawa golok. Perkiraannya tepat. Mata sipembawa golok kemasukan tanahsehingga pedih. Pada saat itulah sebuah potongan kayu menyambar lengan dan mengenaikepala lawannya. Namun sang lawan tidak menyerah begitu saja. Walaupun matanya pedih ia masih bisa mengira-kira dimana posisi lawannya. Lalu secepat kilat disabetkannyagoloknya kearah yang telah diperkirakan. Ternyata tidak salah. Lengan kiri dan sebagian kuping lelaki bugil tadi terkena sabetan .Terdengar suaramengaduh dan disusulgerak mundur dan limbung.Sebelum ia jatuh menimpa si wanita , lelaki bugil tadi masih sempatmenghantamkan potongan kayunya ke kepala si pembawa golok yang akhirnya juga roboh.

Setelah itu lahan kosong kembali sepi. Menyaksikan pemandangan itu Munir takut. Dadanya bergemuruh melebihi gemuruh arus kali Kanta. Belum lagi Munir sadar sepenuhnya dari keterkejutannya , tiba-tiba muncul dari berbagai penjuru orang-orang kampung menuju ke tempat pertarungan tadi. Ternyata tempat itu sudah dikepung oleh warga sejak awal. Bahkan ketika Munir akan turun dan melihat ke bawah,ternyata di bawah sudah menunggu beberapa orang penduduk. Mereka disertai dua orang Linmas bersiaga menunggu dirinya turun..“Hei kau yang di atas segera turun dan sekalian bawa ke sini pakaian-pakaian yang kau curi.!”

“Saya tidak mencurinya pak !” Kata Munir dari atas. Ia tidak berani turun takut dikeroyok masa.

“Pokoknya segera turundan bawa kesini lagi pakaian-pakaian itu!”Seseorang berseragam Linmas memerintah sambil mengacung-acungkan pentungan karetnya.

“Saya ingatkan saudara-saudara tidak boleh main hakim sendiri !” Tiba-tiba terdengar suara lain yang lebih tegas. Polisi telah datang dan berteriak lantang. Lahan kosong itu kini menjadi ramai.

Sambil turun dari pohon Munir berdoa semoga dirinya tidak dipukuli massa karena dikira maling. Dalam hati ia menyesal tidak menuruti kata hatinya agar meninggalkan dangau itu, malahan iseng mengambil pakaianorang yang berzina.

Tiga bulan setelah itu, Munir baru bebas Murni. Pengalaman yang bisa dipetik selama ia berurusan dengan penegak hukum itu banyak, semuanya menakutkan dan secara mental melelahkan . Ia beruntung bahwa selama proses penyelidikan itu berlangsung ia ditemani oleh mertua dan kakak iparnya yang datang dari Tanjung Karang. Di bulan keempatseharusnya ia ia sudah kembali ke keluarganya karena dua lelaki yang bertarung di malam purnama itu kini telah dipenjara, Mereka berdua berkelahi karena saling berebut giliran menguasai sang wanita,sedangkan perempuan yang terkena sabetan golok itupun sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, dan berobat jalan. Tiba-tiba ada berita baru. kepulangan Munir harus ditunda.

Entah dari mana dan oleh siapa ,tahu-tahu Munir yang semula sudah diijinkan pulang , di tahan lagi selama seminggu gara-gara ada berita baru yang isinya menyatakan bahwa yang memprovokasi perkelahian dua orang di lahan kosong empat bulan yang lalu itu adalah Munir . Penyebabnya ia sakit hati dan ingin membalas dendam kepada kedua play boy kampung itu . Gossip yang beredar saat itu adalah kedua orang itu telah lama berselingkuh dengan mantan istrinya Munir. Dan malam itu adalah malam dimana Munir berhasil mengadu domba dua pejantan kampung tadi agar saling berbunuh-bunuhan.

Setelah diusut ternyata Munir tidak pernah kenal apalagi bertemu dengan kedua lelaki yang berduel itu. Demikian pula kedua lelaki itu menyatakan selama memacari berbagai janda dan wanita mereka berdua tak pernah melihat atau kenal dengan Munir.Lagipula perceraian Munir dengan mantan istrinya itusudah terjadi lebih sepuluh tahun yang lalu, sebelum kedua pejantan kampung itu menggauli mantan istrinya.

Usut punya usut ternyata berita itu bersumber dari mantan istrinya sendiri, yang sakit hati atas perbuatan kedua pejantan kampung itu. Rupanya selama itu kedua orang jagoan tadi sengaja mengancam para lelaki yang berani mendekati beberapa wanita idaman kedua lelaki itu,antara lain mantan istrinya Munir. Sehingga hanya dua pejantan kampung itu saja yang menguasai beberapa janda di kecamatan itu. Tetapi keduanya tak berniat melamarnya. Mereka secara bergantian mendatangi janda itu di saat mereka ingin melampiaskan nafsunya .

Akhirnya Polisi mempertemukan mereka semua, dua lelaki jagoan yang bertarung di lahan kosong tempo hari, Munir dan mantan istrinya. Setelah dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang sering jorok , kasar dan tanpa perasaan oleh Polisi, maka sambil menangis mantan istrinya Munir mengatakan bahwa sejak bercerai itu ia tak pernah bertemu dengan mantan suaminya.. Bahkan janda tadi mengaku baru bertemu Munir hari itu saat mereka semua dipanggil Polisi. Selanjutnya ketika Polisi bertanya bila tak pernah berjumpa sebelumnya mengapa ada berita semacam itu dan siapa yang menyebar luaskan beritanya ?. Akhirnya dengan terisak sedih sang jandabercerita bahwa sejak bercerai dengan Munir ia merasa tak mempunyai pelindung lagi. Ia hanya menjadi bahan mainan para lelaki hidung belang. Walaupun ia sering diajak oleh kedua pejantan pergi secara bergantian, juga oleh beberapa pria nekat lainnya secara diam-diam, tetapi ia sebenarnya tidak suka karena dirinya bukan type wanita yang suka mengumbar sahwat. Ketika mendengar cerita keributan di tepi kali Kanta dimana ada nama mantan suaminya, maka tiba-tiba saja wanita setengah baya itu merasa puas, janda itu membayangkan mantan suaminya datang untuk membalaskan sakit hatinya selama ini. Akhirnya ia dengan bangga bercerita dan bergossip-ria ke mana-mana bahwa mantan suaminya masih memperhatikan dirinya dan mau membalaskan sakit hatinya atas perbuatan para lelaki yang telah mempermainan dirinya.

Ketika Polisi untuk kesekian kalinya bertanya mengapa ia menyebarkan gossip itu?, maka dengan menangis malu dan sedih wanita tadi berterus terang bahwa ia masih sangat mencintai Munir. Dan sepeninggal lelaki itu, hidupnya merasa hampa . Tak ada yang melindungi waktu dirinya takut, dan tak ada yang menghiburnya disaat hatinya risau. Cerita rekaannya itu paling tidak bisa menghibur dirinya bahwa ia masih mempunyai pelindung dan pembela . dan tentu saja perbuatannyaitu tidak untuk mencelakakan Munir.

Sehari sebelum meninggalkan desa Kandangan , Munir untuk terakhir kalinya mendatangi gubuk kenangannya.. Sesampainya disana ia terkejut , karena di gubuk itu ia melihat kutang dan celana dalam wanita.. Itu jelas bukan pakaian yang dulu itu. Lama Munir tertegun dengan pikiran penuh dugaan. Lalu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.iamenjauhi gubuk itu .

Dikelak kemudian hari yang membuatnya gelisah dan risau bukanlah perlakuan Polisi yang kasar sewaktu menginterogasi dirinya ,melainkan ucapan mantan istrinya,

“Hidupku seperti gubuk di lahan gersang. dimusim kemarau, dimana semua orang bisa bersenang-senang di gubuk tadi. Setelah itu pergi lagi tanpa memperdulikan bagaimana pilunya hati sang gubuk yang hanya dipakai sebagai tempat pelampiasan nafsu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun