Sebaik-baiknya kecerdasan adalah kecerdasan kesosialan dalam usaha menghasilkan ilmu. Karena kecerdasan kesosialan menyangkut berbagai kecerdasan yang ada, baik kecerdasan emosional, inetegensi, spiritual, dll.
Ada dua prinsip pada kecerdasan kesosialan:
- Hubungan kecerdasan antar manusia
- Hubungan kecerdasan manusia dengan Tuhan.
Karena prinsip kecerdasan pada hakekatnya adalah hubungan sesuatu dengan sesuatu. Bila tidak terjadi hubungan maka tidak terjadi kecerdasan.
Seorang yang cerdas otaknya adalah karena terjadi hubungan antar sel neoron. Seorang yang cerdas emosinya adalah karena terjadi hubungan antar emosi. Seorang yang cerdas spiritualnya adalah karena terjadi hubungan dengan Tuhan dan karena Tuhan.
Begitu juga kecerdasan kesosialan. Seseorang yang memiliki kecerdasan kesosialan adalah karena terjadi hubungan keceradasan antar manusia dan hubungan kecerdasan manusia dengan Tuhan.
Sehingga orang yang memiliki kecerdasan kesosialan yang bagus pada kesimpulannya adalah orang yang selalu bersyukur terhadap manusia di saat nikmat berilmu datang lewat manusia dan selalu bersyukur pada Tuhan.
Apakah anda seorang yang selalu bersyukur terhadap Tuhan? Maka syukur anda tidak akan dianggap kalau tidak bersyukur kepada manusia yang sebagai perantara pemberian nikmat berilmu dari Tuhan.
Sehinga orang memiliki kecerdasan kesosialan yang bagus tidak merasa pintar karena kepintaran itu datang dari perantara orang lain, tidak merasa hebat karena kehebatan itu datang dari perantara orang lain, tidak merasa sukses karena kesuksesanya itu datang dari perantara orang lain.
Anda itu hidup dalam dunia kemanusiaan. Maka pandanglah manusia dan bersyukurlah kepada manusia yang menjadikan diri anda seorang yang berilmu dan mulia di mata Tuhan. Terutama bersyukurlah terhadap manusia yaitu Muhammad SAW dengan cara memperingati hari kelahiran, membaca solawat dan sebagainya dengan penuh pengagungan, penghormatan.
Ada sebuah cerita bahwa ada seorang guru yang mendapat hidayah justru dari seorang murid. Seorang murid itu melihat belatung dalam hati si guru. Ternyata selama ini si guru hatinya busuk.