Mohon tunggu...
Luayzahirul Ginting
Luayzahirul Ginting Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

@Luayzahirul02

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeritan dari Kolong Jembatan

7 Januari 2014   20:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tugas pertamaku adalah mengelilingi kota jakarta,iyah sebuah ibukota indonesia.cukup besar,padat,kemacetan dimana mana,yang paling banyak anak jalanan dan para pengemis. Ini pertama kalinya aku membuat laporan tentang padatnya kemiskinan ibukota,waktu itu aku dan kerabat wartawan mengendarai toyota avanza,dengan Plat nomor B 2244 RY.tak sengaja kami melewati jalan yang memang sering macet,temanku yogi dan ari tertunduk lesu, si arypun mengeluarkan kata kata mengeluh dengan suara keras “ahk beginilah jakarta,macet dimana mana.gimana coba kalau kita ada tugas mendadak kalau macet begini bisa bisa potong gaji” ujar ary menyender pada bangku depan. Yogi yangtak kuasa menahan tawa mendengar keluhan sang teman itu,” hahaha...eh bung kalau kau mengeluh saja kau tak dapat buat jalan tuh lancar,jadilah kau gubernur biar kau urus nih ibu kota” ujar yogi dengan logat khas bataknya. Aku hanya menatap layar laptop dengan sambungan internet sambil mendengarkan celotehan ke 2 temanku itu,aku membuka twitterku @Bung_Ay dan melihat isi timeline dengan nada politik,ada yang berkata. “rakyat sengsara dan kita harus bertindak” ada juga Farhat abas, iyah kayanya dia salah satu biang politik yang memanas di twitter,saya sering sekali membaca tweetnya terlalu merendahkan 1 bidang dan sering sekali mencari sensasi,saya bosan dengan itu itu saja. Tak lama kemudian mobil avanza kami berhenti disebuah kolong jembatan,waktu aku turun dari mobil. Aku melihat seorang ibu dengan pakaian tidak layak berjalan dengan memikul anak kecil,ibu itu terlihat lelah. Ada lagi lelaki tua yang aku taksir umurnya 75an terlihat sedang mendorong gerobak sampah dengan pakaian dinas kebersihan kota jakarta,lelaki tua itu sangat tidak layak untuk bekerja dan sudah saatnya dia duduk tenang menikmati masa tuanya,sungguh aku tidak percaya. Aku berjalan menuju rumah kardus narasumber yang tahu bagaimana kejamnya ibukota.

“assalamualaikum pak buk” ujar ku dengan teman teman,kami dipersilahkan duduk

“ada apa yah nak datang kemari,bapak mohon maaf gak ada tempat yang bersih” ujar lelaki tua itu.

“begini pak,kami ingin bertanya sudah berapa lama bapak tinggal di kolong jembatan dan sejak kapan bapak bekerja sebagai tukang sapu di ibukota” ujar ku bertanya. Yogi menulis apa yang di jawab lelaki itu dan ari sedang merekam liputan kami ini.

“bapak tinggal disini sejak 4 tahun yang lalu,karena waktu itu rumah kami digusur oleh pemerintah untuk apa tanahnya kami kurang tahu,pada waktu itu bapak hanya pasrah. Yah beginilah keadaaannya,kan bapak udah tua gak mungkin untuk kerja keras keras,kalau tukang sapu ini sudah 2 tahun mas udah gitu gajinya kecil mas masih mendingan singapore yah mas kata orang sih di bayar mahal mas hehe ongkosnya juga mahal kalau kesana” ujar pak hartono namanya dengan celotehan khasnya.

“jadi menurut bapak apa yah harus pemerintah atau gubernur DKI lakukan untuk rakyat seperti bapak” ujarku lagi

“yah diberi tempat tinggallah mas,kan kasihan ibu ibu yang lagi hamil gak ada biaya periksa ke dokter,udah gitu anak anak kecil sakit pada gak tau harus kemana mas,kami disini berjuanglah mas untuk masing masing,penghasilan disini gak di atas 20ribu lah mas,kalau mulung bisa sih mas dapat 100 atau paling dikit 45 ribu,anak anak disini pengen sekolah mas,kasihanlah kaum muda disini mas nganggur gak ada pekerjaan kalau bisa pemerintah memberikanpekerjaan sederhana ntah jadi buruh gitu mas,untuk menghidupi keluarganya aja mas.” Ujar pak hartono dengan menyeruput kopi hitam sesekali

“tahun ini ada pemilihan bangku president pak,jadi bapak tertarik untuk memilih??” tanyaku lagi

“oh iya kata orang orang sih gitu mas!!” ujar pak hartono

“loh emang bapak gak tau yah” tanyaku lagi

“yah gimana mas,orang jarang nonton TV denger radio,baca koran bekas aja syukur mas. Saya gak ngerti politik mas,yah saya pikir president tahun ini siapa aja asal jujur dan tahu bagaimana mengatasi kemiskinan indonesia ini mas.” Ujar pak hartono

“ada 3 pertanyaan lagi pak,kalau bapak sering ke kota pernah gak liat spanduk caleg caleg gitu.”

Ujarku

“oh iya mas,ada yang namanya jowo kalimo haha kaya nama wayang yah mas,dia ngomong gini aspirasi rakyat milik saya seutuhnya,toh kalau mereka duduk dan terpilih tuh bakalan tidur dan tidak menghiraukan visi misinya.” Ujar pak hartono tertawa

“jadi pak menurut bapak itu cuman kibulan para dpr dan mpr??” ujarku bertanya

“yah begitulah mas,bapak pernah melihat mereka berorasi dengan para partainya itu,semua soal rakyat mas,bapak yang lagi nyapu siang itu cuman bisa ngelus dada,mereka cuman bisa ngomong doang mas,yah gimana mas kalau omongan itu bener kami gak dikolong lah mas.” Ujar pak hartono

“pertanyaan terakhir ni pak,pernah gak bapak emosi atau marah dengan parah koruptor atau sebaliknya bapak gak mau tahu” ujarku

“yah itu dia mas,bapak bosen baca koran kasus hambalanglah,centurylah,atutlah,banyak lagi mas. Terkadang mereka makan enak mas cuman ngomong didepan dengan muka 2,kami kerja keras mas cuman untuk 20ribu,mereka punya uang kami mas sampai triliunan bukan untuk amal malah untuk beli mobil mewah.” Ujar pak hartono

“kalau begitu saya permisi yah pak,terima kasih waktunya pak. Semoga aspirasi bapak di dengar president dan pemerintahnya pak” ujar ku

Dan wawancara kepada bapak hartono selesai pada malah hari jam 8,avanzapun bergegas pulang. Jeritan dari kolong jembatan ini semoga didengar kaum kaya dan kaum kaum intelek.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun