Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Banjir Unggahan MPLS di Gawai, Orang Tua Mulai Abai?

19 Juli 2024   10:10 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:26 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh MPLS di tingkat sekolah dasar (ilustrasi: Kompas TV)

"Sebentar, Mbak Luana, maksudnya bagaimana?" Mungkin ada sebagian dari pembaca yang mempertanyakan.

Baik, saya jelaskan secara perlahan. Begini, bapak dan ibu, sebagai sesama orang tua, saya tidak menampik bahwa para orang tua memiliki rasa senang dan bangga yang luar biasa ketika anak memasuki fase baru dalam kehidupannya. 

Sekolah, salah satunya. Bahkan kebahagiaan anak yang masuk sekolah tidak hanya dirasakan oleh kedua orang tuanya, tetapi juga sang kakek dan nenek.

Jika ada slogan yang berbunyi "jarimu harimaumu", nah dalam masa MPLS ini saya melihat rasa penuh bangga para orang tua maupun kakek-nenek yang diungkapkan dengan membagikan konten di media sosial. 

Sekali lagi, apa pun jenis media sosialnya. Melalui foto dan video yang disampaikan, ada isi hati para orang tua maupun kakek nenek yang tersirat, "Ini lho anakku/ cucuku sudah besar dan sekolah. Kami pilihkan sekolah yang terbaik untuknya. Ini lho anakku/ cucuku sudah bisa melakukan ini dan itu di sekolahnya."

Foto dan video yang diunggah seakan-akan menjadi bukti nyata, jika selama ini para orang tua maupun kakek-nenek menceritakan sang buah hati sebagai topik pembicaraan bersama teman-teman. Jadi kemampuan anak (dan orang tua) tidak hanya disampaikan dalam bentu narasi lisan, tetapi juga ada bukti otentiknya.

Namun sayangnya, rasa senang dan bangga orang tua maupun kakek-nenek dalam mengunggah hal-hal seputar dunia anak membuat mereka menjadi abai perihal keselamatan anak. 

Padahal saya percaya, bahwa keselamatan anak pun menjadi bagian dari tanggung jawab kita sebagai orang tua kepada anak. Kakek dan nenek pun tentu turut memiliki tanggung jawab menjaga keselamatan anak, jika memang mereka dilibatkan dalam proses pengasuhan anak.

Contoh twibbonize (sumber: Twibbonize)
Contoh twibbonize (sumber: Twibbonize)

Terkait hal tersebut, ketika para orang tua mengunggah foto maupun video kegiatan anak di sekolah yang baru, sudah bisa dipastikan bahwa ada identitas yang tertera di sana. Apapun bentuknya, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Kita rinci satu persatu.

  • Nama anak (bisa berupa nama panggilan yang tertulis di dada, nama lengkap yang tertera di buku maupun arsip, panggilan anak ketika kita menyebut namanya, dll)
  • Nama orang tua (sebagai pengunggah file di media sosial, nama tertera di arsip, dll)
  • Sekolah anak (baik tertera secara langsung maupun dicermati dari twibbonize, desain sekolah, dll)
  • Rumah orang tua (karena terkadang juga diunggah dalam postingan sebelumnya)
  • Foto anak, orang tua, hingga keluarga besar.
  • Dan sebagainya.

Kita bisa jadi tidak melakukannya dalam satu kali unggahan. Biasanya tidak akan seperti itu, karena kita masih waspada dan sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun