Sebagai hunian, sebagai tempat singgah, sebagai tempat melepas lelah, sebagai tempat berkumpul dengan keluarga, sebagai sarana edukasi bagi anak, sebagai ladang mencari nafkah, sebagai tempat bersilaturahmi dengan orang lain, dan sebagainya.Â
Tentu fungsi rumah ini berbeda antata satu keluarga dan lainnya. Jadi, mohon untuk hargai privasi rumah orang lain.Â
Jika ingin berkunjung, tetaplah memggunakan etika yang baik, mengingat tidak semua orang dan keluarga merasa nyaman dengan kehadiran orang lain di rumah mereka.
Sehari-hari kita juga tidak tahu aktivitas setiap keluarga. Sekalipun itu tetangga. Bisa jadi pada jam tersebut, keluarga A sedang makan, bekerja, mengajari anaknya, memasak, mandi, dan sebagainya.Â
Ritmenya pun bisa berbeda dengan ritme yang saya dan Anda terapkan di rumah. Dan sangat mungkin, jika dalam kegiatan tersebut mereka tidak ingin diganggu oleh siapapun.Â
Apalagi jika pagar dan pintu sudah jelas-jelas tertutup. Jangan sampai Anda membukanya tanpa mengetuk dan mengucapkan salam. Sekalipun Anda membawa kabar yang sangat penting.
Sekarang kita dibekali dengan kecanggihan teknologi. Alangkah lebih sopannya, ketika hendak bertamu bahkan sekadar ngerumpi, Anda menelepon atau mengirim pesan lewat ponsel. Apapun respon dari orang tersebut, kita sudah berusaha untuk bersikap sopan.
"Halah, ini kan anak-anak," mungkin ada yang berkilah demikian.
Moms and Dads, anak-anak adalah manusia seutuhnya. Bukan jiwa yang terperangkap di dalam tubuh yang berukuran kecil. Anak-anak tetap bisa kita ajari bertingkah laku sopan kok, asal kita mau melakukannya.Â
Bahkan mereka bisa lebih cerdas daripada orang dewasa lho! Kalau orangtua tidak mau mengamati anaknya dan mengajak berkomunikasi tentang kegiatan sehari-hari, bagaimana anak dapat mengerti mana yang baik dan buruk?
Saya ingin membagikan sedikit pengalaman. Saya memiliki anak balita. Sejak kecil, saya mengajarkannya untuk menghargai privasi orang lain. Salah satunya dengan tidak berlama-lama bermain di rumah temannya atau tetangga.Â