Beberapa waktu yang lalu, media massa mainstream cukup marak membahas tentang tingginya permintaan dispensasi nikah di sejumlah kota di Tanah Air. Apapun alasannya, penilaian positif maupun negatifnya, dan cara menyikapinya tidak akan saya bahas di sini.Â
Namun sejak awal pemberitaan ini mencuat, ada satu pertanyaan yang menggelitik di batin saya bagi mereka yang menjalaninya. Ini murni pertanyaan ya, tanpa tendensi apapun. Di usia kalian yang sangat muda, bagaimana kesiapan teman-teman terhadap perencanaan kehamilan?
Silakan dipikirkan dan ditahan dulu jawabannya!
Selama ini ketika mendengar kata "nikah muda", sebagian besar masyarakat mengasosiasikan dengan hal buruk yang terjadi. Ada yang menyoroti sisi kehamilan di luar pernikahan, perjodohan dengan alasan apapun, putus sekolah, dan sebagainya. Bisa dibilang masih banyak juga masyarakat yang melakukannya sampai saat ini, terutama di pedesaan.
Berbicara tentang pernikahan pun, tentu ada konsekuensi di dalamnya, yaitu kehamilan. Dari segi norma maupun agama, mereka yang sudah menjalani pernikahan secara sah dan berstatus sebagai pasangan suami-istri sudah berhak untuk melakukan hubungan seksual. Seperti apa yang pernah kita pelajari di bangku sekolah, pertemuan sel telur/ ovum dan sperma melalui  hubungan seks memungkinkan terjadinya pembuahan atau kehamilan.Â
Jadi, ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan melakukan hubungan seksual, baik dalam ikatan pernikahan maupun tidak, sama-sama berpeluang untuk menghasilkan anak.
Ketika pernikahan direncanakan dengan matang, tentu diharapkan perencanaan soal anak pun sudah dilakukan, karena hal ini tidak lepas dari kesiapan fisik, mental, dan finansial suami dan istri. Namun bagaimana jika ada pasangan muda yang berpikir soal "yang penting nikah aja dulu, yang lainnya dipikir aja nanti" ?
Adik-adikku, ketika kalian sudah terikat dalam pernikahan, potensi memiliki anak itu tetap ada. Sekalipun kalian mencoba untuk menghindarinya. Kalau Tuhan bilang sekarang saatnya, kalian tidak bisa menghindar. Begitu juga sebaliknya. Jika Tuhan katakan belum waktunya, kehamilan tidak akan terjadi sekalipun kalian melakukannya setiap hari.
Kira-kira apa saja yang perlu disiapkan menjelang dan saat usia kehamilan?
Pertama, aspek fisik
Begitu ada dugaan kehamilan, seperti siklus menstruasi yang terlambat, segera berangkat ke bidan atau dokter. Jangan tunggu beberapa bulan, karena pembentukan organ vital janin sangat cepat!Â
Selanjutnya, pastikan tubuh dalam keadaan sehat, perhatikan makanan dan vitamin yang dikonsumsi, hindari penyinaran dengan sinar X maupun pengobatan menggunakan radiasi karena dapat mengganggu perkembangan otak janin, rajin berolahraga ringan, dan jangan merokok.
Kedua aspek mental
Aspek mental ibu hamil harus dijaga karena tidak kalah pentingnya dengan aspek fisik. Pasalnya, ibu hamil yang mengalami tekanan emosi berat dapat berpengaruh pula pada kesehatan mental janin yang dikandungnya. Untuk itu, ibu hamil disarankan rajin melakukan yoga maupun latihan relaksasi untuk membantu kesiapan mental.
Beberapa klien saya yang masih kesulitan mengatur ketenangan batin selama masa kehamilan, biasanya saya bantu menggunakan metode hipnoterapi. Selain memberikan ketenangan, hipnoterapi mampu menyiapkan mental ibu hamil agar lebih siap menghadapi proses melahirkan.
Di tengah pro-kontra maraknya dispensasi nikah, bagi mereka yang menjalaninya, life must go on. Tetaplah melangkah ke depan. Kalau kalian sudah dikaruniai anugerah untuk mengandung sang buah hati, jaga amanah tersebut dengan hati-hati. Ketika mendengar bisik-bisik kanan-kiri, cuek saja dan tetaplah melangkah ke depan, karena saat ini kesehatan mentalmu dan janinlah yang utama.
Surabaya, 3 Februari 2022
Luana Yunaneva, S.I.Kom., CPS, CHt., ci
Professional Hypnotherapist & Trainer BNSP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H