Mereka mempertanyakan alasan saya dan menjelaskan kekhawatiran mereka jika saya banting setir. Namun, saya berusaha menunjukkan keseriusan saya dengan menunjukkan prestasi yang tetap baik dalam bidang eksak, meski tengah nyambi bidang sosial.
Ketiga, konsisten. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan ketik nama saya tercantum sebagai salah satu peserta yang lolos seleksi. Artinya, perjuangan saya tidak sia-sia.
Namun saya menyadari, ini bukanlah akhir melainkan awal proses yang harus saya jalani di mana saya harus mempertanggungjawabkan dan menunjukkan kepada orang tua bahwa pilihan yang saya ambil ini benar.Â
Tak cukup saya kuliah dengan baik dan menunjukkan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang bagus, tetapi juga mengembangkan potensi diri sehubungan passion yang dimiliki. Saat kuliah, saya mengikuti sejumlah kegiatan, seperti paduan suara mahasiswa, klub sinematografi dan radio.
Tak disangka, meski berlabel radio komunitas, siapapun yang bergabung di dalamnya dididik secara profesional oleh para konsultannya. Mulai dari nol, saya belajar banyak hal di sana.Â
Mulai dari cara membuat naskah radio, bersiaran menggunakan bahasa tutur dan beragam ekspresi, menjalin relasi dengan orang lain, mengurus administrasi radio, menjadi event organizer (EO), dan masih banyak lagi. Proses demi proses yang saya lalui, membuat saya yang awalnya pendiam -- menurut teman-teman di radio -- menjadi lebih banyak berbicara.
Ya, ketika orang-orang dengan bahagia mudik ke kampung halaman, saya harus bersiaran, melaporkan berita terkini seputar Idul Fitri dan arus lalu lintas.
Passion dalam public speaking juga tidak hanya terasah saat siaran tetapi juga sewaktu meliput ke lapangan dan mewawancarai narasumber. Berkat menjalani hidup sesuai passion, saya bersyukur dapat bertemu dan berbincang langsung dengan para petinggi instansi maupun musisi yang selama ini saya idolakan.