Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Menjadi Istri, Ibu, Sekaligus Wanita Karier, Siapa Bilang Enggak Bisa?

6 Agustus 2018   14:57 Diperbarui: 8 Agustus 2018   11:22 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anamaria Hening Puspasari, wanita penggagas kreasi syal batik perca dari Kabupaten Kediri (foto: akun Instagram Ahening14)

Meraih mimpi sembari menjalankan peran yang seharusnya, #SiapaBilangGakBisa? Tercatat sebagai seorang istri, bukan berarti wanita harus berhenti berkarya dan bekerja. Semuanya tetap bisa dijalankan secara bersamaan dengan baik. Hal inilah yang diserukan penyanyi Anggun Cipta Sasmi dalam single terbarunya yang berjudul #SiapaBilangGakBisa.

Lagu milik penyanyi kelahiran Jakarta, 29 April 1974 tersebut menginspirasi saya bahwa wanita memiliki peran yang luar biasa dalam kehidupan. Ya sebagai istri, ya sebagai ibu, ya sebagai wanita karier yang tak henti berkarya. Dalam hidup bermasyarakat, terkadang ada saja bisik-bisik tetangga yang terdengar, meski sebenarnya mereka tidak mengetahui apa yang terjadi dan dirasakan oleh wanita yang menjalankan ketiga peran tersebut beserta keluarganya. Jika Anda berada di posisi ini, tenang saja! Jangan terbelenggu kata-kata orang hanya mengganggu dan membuatmu ragu. Lebih baik fokus saja pada peran yang harus dijalankan dengan ketulusan hati.

Pertama, sebagai seorang istri, wanita harus mematuhi, melayani dan mendampingi suami. Seperti kata pepatah, di balik suami yang hebat, ada istri luar biasa yang ada di belakangnya. Mengutip pernyataan yang pernah disampaikan ayah saya ketika menjadi seorang pembicara di sebuah seminar kementerian, "Di balik pria yang hebat, ada istri yang cerewet di belakangnya." Saya pikir, pernyataan itu ada benarnya juga. Dengan gaya banyak bicaranya tersebut, wanita ingin memberikan yang terbaik bagi pasangannya.

Kedua, sebagai seorang ibu, kaum hawa tak hanya rela meregang nyawa demi melahirkan anak tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam membesarkan, merawat dan mendidik sang buah hati. Ibu menjadi orang pertama yang menjadi guru sang anak dalam mengenal banyak hal di dunia ini, mulai dari cara makan, berjalan hingga mengenal kehidupan di sekitarnya. Bahkan kedekatan emosional yang sangat baik antara ibu dan anak mampu menjadikan keduanya menjadi sahabat yang selalu berbagi cerita.

Ketiga, sebagai seorang wanita karier, tentu tugas yang diemban semakin berat. Selain disibukkan dengan pekerjaan rumah, aktivitas di kantor juga menuntut perhatian lebih. Bisa dikatakan, tak ada hari libur untuk wanita karier. Setelah menjalankan tanggung jawabnya di kantor, pekerjaan rumah sudah menunggu untuk dikerjakan selepasnya. Hari libur pun justru menjadi hari untuk membersihkan rumah dan memperhatikan keluarga, begitu penuturan rekan-rekan wanita saya yang sudah menikah dan memiliki anak.

Secara pribadi sebagai seorang wanita, terkadang saya berpikir, bagaimana bisa perempuan dapat menjalankan beberapa peran sekaligus dengan segala kompleksitas di dalam bahtera rumah tangga. Namun kenyataannya, wanita-wanita di sekitar saya bisa menjalankan perannya dengan baik, bahkan menjadi teladan, termasuk ibu. Pemikiran saya pun semakin dikuatkan dengan lagu dari Anggun dan pengalaman salah seorang pengusaha wanita yang tinggal tidak jauh dari kediaman saya.

Mengenal Sosok Anamaria, Wirausaha yang Terinspirasi dari Buah Hati

Memilih untuk menjadi ibu rumah tangga sekaligus berwirausaha adalah opsi yang dipilih oleh Anamaria Hening Puspasari. Wanita asal Desa Bangkok, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini manjadikan craft atau kerajinan tangan sebagai bidang yang digelutinya sejak tahun 2007.

Berawal dari keinginannya untuk mewujudkan keinginan buah hati, Ave dan Filemon yang ingin mengenakan topi santa pada perayaan Natal di tahun yang sama, wanita yang akrab disapa Ning ini mencoba memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Namun, ia tak menyangka bahwa kedua anaknya sangat menyukainya. Bahkan, karya yang tadinya hanya untuk menyenangkan hati sang buah hati justru diminati jemaat di gerejanya. Terbukti, mereka menyampaikan keinginan untuk memiliki topi santa yang sama.

Dari sinilah, Ning menyadari potensi yang ada di dalam dirinya. Dengan tekun dan ulet, wanita berambut ikal ini mencoba membuat craft lainnya, seperti gelang, kalung, gantungan kunci dan masih banyak lagi.

Salah satu koleksi yang saat ini ia kembangkan adalah syal batik perca. Bahan yang digunakannya bukan sembarang kain melainkan kain batik perca atau sisa kain jahitan bermotif batik. Wanita berkulit langsat ini tidak hanya menggunakan kain batik khas Kediri tetapi juga melayani pesanan khusus kain batik dari berbagai daerah di Indonesia.

"Siapa bilang kain perca gak bisa jadi aksesoris yang cantik? Batik Indonesia ini kan memiliki motif yang berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Sayang sekali lho kalau cuma dijadikan baju, gaun dan kebaya, lalu sisa kainnya dibuang," katanya. "Padahal kalau bisa menata dan menonjolkan nilai dari motif batik itu sendiri, wah, bakal istimewa sekali syalnya!"

Namanya juga kain perca, tentu panjang dan lebarnya terbatas. Bahkan terkadang ada motif yang terpotong tak beraturan. Namun, itulah yang menjadi keistimewaan kain perca, tukas Ning, di mana membutuhkan kreativitas tinggi untuk menentukan motif mana yang akan dipilih untuk menjadi fokus utamanya.

Mengubah Kain Perca menjadi Aksesoris Cantik, #SiapaBilangGakBisa?

Saat berkunjung ke galeri milik Ning, saya berkesempatan untuk mencoba membuat syal batik perca langsung dengan ahlinya, yaitu sang pemilik. Tak disangka, ternyata bahan-bahan yang dibutuhkan relatif mudah didapatkan di sekitar kita antara lain kain batik perca, pengait, bebatuan, lem tembak, manik-manik, benang dan jarum. Saya pun sudah membawa kain perca batik khas Papua yang merupakan pemberian dari Mama tercinta. Jadi, tinggal praktik deh!

Cara membuatnya pun tidak sulit. Pertama, kain perca ditata memanjang, kemudian dirapikan bagian sisinya menggunakan gunting. Lalu kedua sisi yang panjang dijahit, tanpa mengurangi keindahan motif batik yang menjadi fokus utama syal. Supaya rapi, kain pun disetrika, kemudian dijahit serta dipasang pengait ada bagian ujung-ujungnya. Nah, pengait inilah yang nantinya tinggal diberi tambahan manik-manik, bebatuan maupun logam sesuai keinginan. Supaya lebih serasi, sebaiknya gunakan manik-manik sesuai warna kain batik.

Ning menunjukkan cara membuat syal batik perca bersama pegawainya (foto: Luana Yunaneva)
Ning menunjukkan cara membuat syal batik perca bersama pegawainya (foto: Luana Yunaneva)
Kelihatannya mudah ya? Tetapi untuk bisa menghasilkan syal cantik dengan motif khas yang menonjol dari batik, ternyata membutuhkan kesabaran. Jika perlu saat menjahit, menyetrika dan memasang manik-manik, suasana hati pun dilibatkan agar kain yang dihasilkan semakin indah.

 "Jadi sewaktu menyetrika syal ini tidak boleh asal. Motifnya harus terlihat jelas saat proses melipat dan menyetrika. Itulah yang membuat syal ini menjadi eksklusif. Tidak akan ada yang menyamai." 

Penulis berfoto dengan Ning dan aneka kreasi syal batik perca buatannya (foto: Luana Yunaneva)
Penulis berfoto dengan Ning dan aneka kreasi syal batik perca buatannya (foto: Luana Yunaneva)
Berkat ekslusivitas motif dan model syal yang dihasilkan, tidak heran jika Ning memberikan kategori premium pada jenis koleksinya yang satu ini. Dibanderol dengan harga mulai Rp50.000,00, Ning yakin, siapapun yang mengenakan syal batik perca buatannya akan tampil semakin percaya diri, baik dalam suasana santai bersama orang terkasih maupun acara-acara khusus.

Untung saja Ning adalah wanita yang sabar dalam membimbing saya yang sangat minim pengalaman di bidang tata busana sehingga syal batik perca hasil kolaborasi kami menjadi luar biasa dan cocok digunakan dalam segala suasana. Ini dia tampilannya!

mix-5b6800a26ddcae06fe3a2352.jpg
mix-5b6800a26ddcae06fe3a2352.jpg
Keyakinan wanita kelahiran Mojokerto 9 Juni 1972 tersebut dalam menghasilkan aneka aksesoris kaum hawa, terutama berbahan kain perca, membuahkan hasil. Berkat tangan kreatifnya, Ning tak sekadar menjadi ibu rumah tangga yang memiliki penghasilan tambahan dari kerajinan tangan tetapi juga memberdayakan kaum wanita yang ada di sekitar rumahnya. Tercatat delapan orang menjadi karyawan Ning yang mampu menghasilkan lebih dari 100 aksesoris perhari.

Tak berhenti sampai di situ, sepak terjang lulusan Ilmu Manajemen di Lembaga Bisnis Manajemen Indonesia (LIBMI) Mojokerto ini dibuktikan dengan mengikuti sejumlah pameran produk usaha kecil dan menengah (UKM) di Tanah Air, antara lain Nusantara Ekraft Expo 2018 di Trans Studio Mall Bandung pada 22-25 Februari 2018, Gelar Krita Dekranasda Jawa Timur di Grandcity Mall Surabaya pada 15-18 Maret 2018, Batik Bordir dan Aksesoris Fair di Grandcity Mall Surabaya pada 9-13 Mei 2018 serta Jakarta Fair Kemayoran di JIEXPO Kemayoran Jakarta pada 23 Mei-1 Juli 2018.

"Kunci yang saya pegang ketika mengembangkan usaha ini adalah terus berpikir kreatif untuk menghasilkan karya yang berbeda," pungkas wanita yang murah senyum ini.

   

Kediri, 3 Agutus 2018

Luana Yunaneva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun