Mohon tunggu...
Luana Yunaneva
Luana Yunaneva Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Certified Public Speaker, Hypnotist and Hypnotherapist

Trainer BNSP RI, Public Speaker & Professional Hypnotherapist email: Luanayunaneva@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar Kredit Rumah dari Orang Tua, Mengapa Tidak?

18 Oktober 2017   23:36 Diperbarui: 19 Oktober 2017   00:32 2394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Joko Widodo semakin gencar membantu masyarakat memiliki tempat tinggal yang layak dengan harga terjangkau melalui program sejuta rumah. Bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), program yang mengusung konsep Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) ini mengggandeng sejumlah bank dan pengembang agar masyarakat bisa mewujudkan impian hunian sesuai kebutuhan.

Banyaknya perumahan baru di tempat tinggal saya, Kota Kediri yang menawarkan KPR dengan nominal yang cukup murah setiap bulannya, membuat saya penasaran. Keingintahuan saya tentu tidak lepas dari tipe, model dan bahan bangunan. Yang terpenting lagi adalah pembayaran rumah menggunakan sistem tunai dan kredit yang disediakan oleh pihak pengembang.

Sebagai seorang karyawati lajang, tentu saya berpikir panjang untuk membeli rumah secara tunai. Uang sebanyak itu dari mana bisa saya dapatkan, begitu pikir saya.

Sementara untuk pembelian secara kredit, menurut saya, cicilannya perbulan cukup terjangkau. Namun kalau saya membelinya sekarang saat masih berstatus lajang, pasti sepi sekali jika harus tinggal sendirian di rumah. Jadi saya pikir, alangkah indahnya jika menikmati hunian bersama pasangan saja kelak.

Setidaknya, itulah yang saya pelajari dari kedua orang tua tercinta. Saya bersyukur terlahir di tengah keluarga yang cukup terbuka. Ketika kebanyakan orang tua merahasiakan banyak hal kepada anak-anaknya, kedua orang tua saya tidak pelit membagikan kisah hidup mereka. Bahkan ketika saya ingin mengetahui, bagaimana mereka mengusahakan sebuah hunian yang nyaman, tepatnya pada rumah yang kami tinggali hingga saat ini. Menariknya, tempat tinggal kami yang menenangkan ini diperoleh dengan cara KPR melalui bank.

 

Jadi, begini ceritanya…

Bermodalkan cinta dan keyakinan yang kuat, orang tua saya menikah pada pertengahan tahun 1989 di usia yang masih tergolong muda, yakni saat Papa berusia 24 tahun dan Mama 23 tahun. Mereka bahkan mengambil risiko untuk mengontrak rumah sejak awal pernikahan, meski orang tua masing-masing juga tinggal di  daerah yang sama, Kota Kediri, Jawa Timur. Tidak nyaman, diakui mereka, pasti. Namun konsekuensi tersebut mereka ambil agar bisa hidup mandiri, tanpa campur tangan orang tua masing-masing.

Di usia yang sesungguhnya sangat ideal untuk membangun karier, keduanya justru mendapatkan berkat ketika Mama melahirkan saya setahun berikutnya. Pemikiran mengenai tempat tinggal sendiri pun mulai menari-nari di benak mereka. Hingga akhirnya ketika masa kontrak rumah hendak berakhir, keduanya memutuskan untuk membeli sebuah rumah di salah satu perumahan baru di Kota Kediri dengan sistem kredit.

Pemilihan KPR bukan tanpa pertimbangan. Papa yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan Mama yang menjadi ibu rumah tangga tentu hanya memiliki penghasilan dari satu sumber, yakni Papa. Dengan begitu, membeli rumah secara tunai tentu tidak memungkinkan mengingat gaji bulanan saat itu hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Daripada membayar sewa rumah kontrakan yang jelas-jelas tidak bisa kami miliki, akhirnya kami putuskan untuk mencicil rumah. Meskipun kecil dan sederhana, rumah itu bisa ditempati selama proses cicilan berlangsung dan rumah pun jelas milik pribadi. Soal renovasi, nanti kan bisa dilakukan sambil “jalan” pelan-pelan,” tutur Papa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun